The Time I Have For You (Yaoi...

By Mavi_Blue11

75.9K 4.9K 322

Haru dikejutkan oleh pasien kritis yang datang tengah malam ke Instalasi darurat. Kemudian ketika pasien itu... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Author's Note
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19 (END)
Bonus

Chapter 4

4.6K 351 7
By Mavi_Blue11

"Kagura-Sensei, ini laporan terbaru tentang perkembangan Aki-kun. Soal kepalanya, karena teriakan dan depresinya kemarin ada pembengkakan di beberapa syaraf otaknya, aku takut kita akan melakukan operasi lagi... eh... Sensei?" Reishi yang sudah bicara panjang lebar menyadari kalau Haru menatapnya tapi pikirannya tidak di sana. Dan wajahnya merona.

"Sensei? Kamu baik-baik saja?" Tanya Reishi mendekati Haru dan menepuk bahu Haru.

Haru kaget dan mengerjapkan matanya beberapa kali. "A.. ada apa Sensei?" Tanya Haru bingung.

Reishi ingin tertawa karena belum pernah melihat Haru seperti itu. Tapi dia menahannya dan menyodorkan laporan yang dia pegang pada Haru.

"Ini laporan terbaru keadaan Aki-kun, Sensei." Kata Reishi tersenyum.

Haru menatap laporan itu, menerimanya dan menoleh pada Reishi. "Tadi... dia menciumku... kenapa?"

Reishi menutup mulutnya atau dia akan tertawa terbahak-bahak karena ekpresi Haru yang polos dengan wajah merona itu benar-benar lucu.

"Jadi Sensei dicium Aki-kun?"

Haru mengangguk. "Dan aku tidak pernah merasa seperti ini, maksudku... aku sudah pernah berciuman dengan wanita. Tapi tidak begini rasanya. Jantungku rasanya aneh, begitu juga tubuhku. Setiap mengingat ciuman singkat itu darahku berdesir dan aku ingin lebih dari itu... astaga... apakah aku juga tertarik pada lelaki??"

Reishi duduk di depan Haru sambil tersenyum menopang dagunya. "Coba tebak?"

Haru menatap Reishi dan melirik cincin di jarinya. "Kamu sudah menikah kan?"

Reishi mengangguk. "Lelaki pirang dan bermata biru yang sering datang kesini adalah pasanganku. Kira-kira hampir 5 tahun kami bersama dan sudah 4 tahun menikah, aku mengerti perasaanmu Sensei karena aku dulu juga straight, tapi Louis berhasil menaklukan hatiku. Sensei, kamu berjanji akan melindunginya kan? Jangan jadikan dia adikmu, kalau Aki-kun menciummu berarti dia menyukaimu. Kamu ingin membalas perasaannya kan?"

Haru merasakan hatinya hangat dan mengangguk pelan. "Aku belum  mengerti karena ini pertama kalinya aku memiliki perasaan pada laki-laki. Tapi aku akan mencobanya."

"Nice! Kalau Sensei ragu, aku akan mengadopsi Aki-kun-,"

"Tidak, dia milikku." Haru menutup mulutnya cepat.

"Hehehe, aku tau. Jadi jangan mengulur waktu. Sekarang baca laporannya yah? Aku akan memeriksa Aki-kun dulu." Reishi berdiri sambil tersenyum dan membungkuk sedikit. Kemudian pergi keluar ruangan.

"Cinta... kah?" Tanya Haru pelan dan mencoba membaca laporan walau pikirannya terus melayang pada Aki.

###

Haru mengintip dari sela pintu ruangan Aki. Aki sedang duduk di tempat tidurnya dan Reishi memasang perban di kepala Aki. Aki menepuk pelan lengan Reishi saat Reishi selesai mengganti perban. Reishi tersenyum sambil mengusap kepala Aki. Aki juga tersenyum dan menulis di bukunya.

"Sensei sedang apa?" Suara Keita mengejutkan Haru yang masih mengintip sehingga dia terlompat sambil melotot pada Keita.

"Maaf aku mengagetkan Sensei." Kata Keita menahan tawa.

"Tidak apa... kenapa kamu ke sini?"

"Aku mau menemui Rei sebentar, Sensei tidak masuk?"

"Iya, aku akan masuk. Ayo." Haru mencoba tenang walau wajahnya merona. Keita jarang sekali melihat ekspresi seperti itu dari dokter kaku dan dingin ini.

Aki menoleh ke pintu dan tertawa ceria saat melihat Haru memasuki ruangan. Dan saat itu Haru juga tidak bisa menahan senyumnya karena senyuman yang dia rindukan dia dapati di pagi yang cerah itu.

"Pagi Aki, bagaimana keadaanmu?" Tanya Haru tersenyum lembut dan mengusap kepala Aki saat sampai di dekatnya.

Aki mengacungkan jempol kanannya sambil menyengir. Haru terkejut menyadari betapa bahagianya dia melihat cengiran itu. Wajah tampan yang kurus itu sangat indah saat tersenyum. Begitu indah.

"Kei? Ada apa? Kamu mau ajak sarapan? Ayo, ayo? Sensei, kami duluan ya?" Reishi menarik tangan Keita yang terpana karena melihat Haru tersenyum dan sekarang berpandangan dengan Aki.

"Ah, baiklah." Jawab Haru menoleh sebentar ke arah Reishi dan kembali menatap Aki.

Aki tersenyum sambil meraih jemari Haru dan mengecup jemari itu. Aki kembali menatap Haru yang menatapnya tak berkedip dengan wajah kaget.

"Ha...ru... ch.. chan... a... ri... ga... t...tou..." kata Aki terpatah-patah dan kurang jelas. Tapi Haru menangkapnya dengan jelas.

"Untuk apa berterima kasih?"

Aki menulis dengan cepat. "Andai saja aku bisa lebih cepat bicara, aku ingin mengungkapkan betapa beruntungnya aku bertemu denganmu. Kamu tidak membiarkanku sendiri. Mengembalikan akal sehatku dan mengobati hatiku yang hancur. Haru-chan, seumur hidup pun aku tidak akan bisa membalasnya. Hanya hatiku yang bisa ku berikan padamu bila kamu menginginkannya..."

Buku itu terjatuh dari tangan Haru dan menatap Aki dengan mata berkaca-kaca. Aki tersenyum sambil mengulurkan tangannya ingin menyentuh pipi Haru. Haru mendekat dan membiarkan Aki menyentuh pipinya. Sentuhan lembut Aki di pipi Haru memberikan kehangatan sampai ke hatinya.

Haru menutup matanya dan menyatukan dahinya dengan dahi Aki. Saat membuka matanya dia mendapati mata Aki yang berlinangan air mata menatapnya lembut. Dan tersenyum tulus.

Haru mengecup bibir Aki pelan sekali. Darahnya berdesir sampai ke otaknya saat kembali merasakan bibir lembut Aki di bibirnya. Haru kembali mengecupnya dengan jantung berdetak sangat kencang. Tangannya menyentuh kepala bagian belakang Aki membawa Aki lebih dekat padanya dan mengecup lagi bibirnya.

Aki membalas kecupan itu dengan lembut. Jantungnya seperti ingin melompat keluar saking kuat dan kencangnya berdetak. Tangannya melingkari leher Haru sambil terus mencoba merasakan bibir Haru yang tak henti mengulum bibirnya.

Dan mereka sama-sama mendengar jantung yang berdetak sangat kencang. Haru memeluk Aki dengan erat masih mencium Aki dan kemudian dia menarik kepalanya sedikit sampai hanya hidung mereka yang bersentuhan. Dan saling pandang dengan mata sama-sama meneteskan air.

Bunyi ponsel mengagetkan Haru dan menatap Aki linglung. Aki menyengir dan menganggukkan kepala mengisyaratkan Haru mengangkat teleponnya.

"Ya? Oh, baiklah aku ke sana." Haru menutup telepon. Dia membuka kacamata untuk mengusap pipi dan matanya kemudian memasangnya lagi dan menatap Aki.

"Aku diminta untuk mendampingi operasi, aku pergi dulu ya? Jangan lupa sarapannya ya?" Haru mengusap kepala Aki dengan lembut.

Aki mengangguk sambil tersenyum dan menyentuh pelan dada Haru. Haru tersenyum dan berbalik. Dan dengan cepat berjalan keluar ruangan.

Aki berbaring dan menyentuh dadanya. Jantungnya belum berdetak dengan normal. Malah terus berderap kencang saat mengingat bagaimana Haru mengecup bibirnya. Begitu lembut. Haru tidak mengucapkan apa-apa namun ciuman itu memberi keyakinan pada Aki atas perasaannya Haru dan dirinya sendiri. Menguatkan Aki untuk terus hidup. Agar bisa berada di samping Haru.

###

"Saiki! Aku di sini!" Keita melambai-lambai saat Saiki dan Louise berjalan kebingungan mencari mereka.

"Wah, apa kantinnya sudah pindah tempat ya?" Tanya Saiki sambil tertawa berjalan mendekati Keita dan Reishi yang duduk di cafe rumah sakit.

"Rumah sakitnya besar sekali, kami sampai lupa cafe-nya di mana." Kata Louise tersenyum pada Reishi dan duduk di sampingnya.

"Kenapa kamu tidak memberi tau kalau mau ke sini?" Tanya Keita mendekap bahu Saiki yang meneguk susu pesanan Keita.

"Aku lupa. Aku juga lupa tadi ponselnya aku letakkan di mana. " jawab Saiki dengan susu belepotan di bibirnya.

Keita mengusap bibir Saiki dengan tisu sambil menelengkan kepalanya. "Saikiii... ini sudah ponsel yang ketiga lho,"

"Kalau begitu jangan beli ponsel lagi, kan Rui selalu bersamaku, kamu hubungi Rui saja." Jawab Saiki sambil menyengir.

"Baiklah, kalau begitu jangan pergi sendirian ya? Selalu bersama Rui-kun, kalau misalnya tidak denganku. Dan jangan naik kereta sendirian lagi. Aku sudah tidak ingat berapa kali kamu tersesat."

"Siap!" Saiki memberi pose hormat sambil menyengir dan tertawa.

Reishi dan Louise memandangi mereka dengan hati haru. Dan tertawa ketika melihat Saiki menjahili Keita dengan memasukkan bunga yang entah dia dapat dari mana ke dalam baju Keita.

"Aku ke toilet sebentar, kalian tidak akan kemana-mana kan?" Tanya Saiki sambil berdiri.

"Kami memangnya mau kemana Sai?" Tanya Louise tersenyum geli.

"Memangnya kamu ingat di mana toiletnya?" Tanya Keita.

Saiki meletakkan ujung telunjuk kanannya di bibir dan menyengir. "Tidak."

Keita tersenyum dan berdiri. "Ayo aku temani."

Saiki tersenyum dan menoleh ke kiri karena merasa ada yang menghampirinya.

"Haru-Sensei! Ohayou!" Saiki membungkuk dan menepuk bahu Haru yang mengangguk padanya.

"Saiki-san, lama tidak bertemu." Kata Haru sopan sambil membungkuk.

"Lama tidak bertemu. Sensei tetap keren dan kaku seperti biasa ya? Hehehe." Saiki menyengir lagi memandang Haru yang sama tinggi dengannya.

Haru menepuk pelan kepala Saiki. "Kamu memang selalu ceria ya? Rasanya sudah lama sekali sejak saat itu. Selalu sehat dan semangat ya? Oh ya aku harus ke kamar pasienku, Yamazaki-Sensei, ponsel untuk Aki mungkin sudah ada di ruanganku, nanti kamu bawakan ke kamarnya ya?"

"Baik Sensei." Reishi berdiri dan membungkuk sedikit.

Haru mengangguk dan membungkuk sedikit pada Saiki dan juga Keita. "Sampai ketemu lagi Saiki-san."

"Ya Sensei! Aku akan sering ke sini." Kata Saiki juga membungkuk dan melambai pada Haru yang berjalan cepat dari sana. Keita juga membungkuk dan berdiri lagi sambil melirik Saiki.

"Jadi ke toilet?" Tanya Keita.

"Iya, ayo." Saiki berjalan dan tangannya ingin mendekap bahu Keita namun kakinya tidak berpijak dengan tepat saat melangkah dan terhuyung ke depan. Keita dengan cepat menangkapnya.

"Hahaha, aku ini sibuk sendiri saja." Kata Saiki tertawa dan mendekap bahu Keita yang menatapnya sendu namun menggeleng pelan dan tersenyum

"Dasar menggemaskan." Kata Keita dan mengacak pelan rambut Saiki yang bersenandung.

"Keita! Lihat dia memakai baju begitu ke rumah sakit." Kata Saiki menunjuk seorang lelaki berpakaian Harajuku melintas di depan mereka.

"Ssst. Jangan menunjuk orang begitu." Keita menurunkan tangan Saiki cepat sebelum orang itu menyadari.

Reishi dan Louise yang memperhatikan mereka kemudian saling pandang dan tersenyum.

"Kapan kita adopsi bayi?" Tanya Reishi membuat Louise melotot.

"Reishi! Tolong pertanyaannya dikondisikan!"

###

"Aki-kun! Ini ponsel untukmu!" Kata Reishi semangat saat memasuki ruangan dengan sebuah kotak kecil di tangannya.

Aki mengangkat kedua tangannya gembira dan melompat ke arah Reishi memeluknya.

"Aa... ri... gaa... tou..." kata Aki perlahan membuat Reishi hampir menjatuhkan kotak itu.

"Aki-kuun... kamu sudah bisa bicara?? Ah senangnya..." mata Reishi berkaca-kaca sambil mengusap-usap lengan Aki.

Aki menatap Reishi terpana kemudian kembali memeluk Reishi. Dia merasa hangat dan bahagia juga tidak percaya ada yang menangis untuknya.

"Reishi Nii-chan begitu baik. Aku ingin sekali memiliki kakak sepertimu. Andai saja Nii-chan kakakku..." batin Aki dan melepaskan pelukannya. Mengangkat kepalanya agar bisa menatap Reishi yang lebih tinggi darinya.

Reishi tersenyum dan menyerahkan kotak itu. "Semoga kamu suka yah? Warna dan modelnya dipilihkan oleh Kagura-Sensei."

Aki tertawa ceria sambil mengangguk dan memeluk kotak itu. Dia duduk di tempat tidur dengan membuka segel kotak itu dengan semangat.

"Apalagi yang kamu inginkan? Katakan saja." Kata Reishi duduk di tepi tempat tidur dan mengusap pelan kepala Aki.

Aki menatap Reishi dan tersenyum sambil menggeleng. "N..nai...*"

"Tapi kalau ada katakan saja ya? Padaku, atau pada Kagura-Sensei."

Aki mengangguk lagi dan mengusap lengan Reishi. Kemudian dia menunjuk kotak itu bermaksud membuka penutupnya.

"Ayo buka."

Haru memasuki ruangan tepat saat Aki membuka kotak itu dan tertawa ceria sambil mengangkat ponsel berwarna putih itu dari tempatnya.

"K..ki...rei....*" kata Aki dengan mata berbinar-binar.

Haru termenung memandangi Aki. Matanya seperti terpaku pada Aki sehingga membekukan kakinya.

Aki menoleh pada Haru yang membatu memandangnya. Aki turun dan berjalan ke arah Haru kemudian memeluknya dengan erat.

"H....ha...ru.... ch-chan.... a....ri...g...ga...to...." kata Aki.

"Ya... aku senang kamu suka..." kata Haru membalas pelukan Aki.

Reishi tersenyum memandang mereka dan berdiri. "Aku keluar sebentar ya? Ponselku tertinggal di ruangan."

Haru melirik Reishi ingin mengangguk namun Reishi mengedipkan mata dan melesat keluar ruangan.

Aki masih memeluk Haru dan mendongak menatap Haru yang juga memandangnya. Haru tersenyum dan menggendong Aki dengan mudah.

"Kamu harus banyak makan... kamu ringan sekali..." bisik Haru sambil berjalan ke tempat tidur dan menurunkan Aki dengan perlahan di atasnya.

Aki menggenggam jemari Haru dan tersenyum. Dia menatap Haru lembut.

"Aku ingin lebih cepat bicara, aku ingin mengungkapkan perasaanku dengan jelas... dengan suaraku..." batin Aki memandangi Haru yang juga memandanginya.

"Kenapa rasanya tidak pernah puas memandangimu... aku tidak ingin pergi... Ingin terus merasakan rasa hangat ini saat memandangmu. Dan terus merasakan genggamanmu... apa kamu datang ke sini karena memang ditakdirkan? Untukku?" Tanya Haru dalam hati. Dan terus berpandangan dengan Aki tanpa kata.

______________________________________

To be continued

Fn :
*Nai : tidak ada
*Kirei : indah/cantik

Hi readers! Thanks for reading! Silahkan tinggalkan komen dan votenya yah! ^^

Continue Reading

You'll Also Like

39.7K 2.8K 11
"Sekuel dari cerita Fortune Cookie yang pertama" Hari telah berganti minggu, bulan, dan tahun. Sekarang hubungan pasangan ini sudah bertahan hingga j...
5.3K 479 15
Yi Zhize, seorang pengacara elit yang lulus dari Universitas Ilmu Politik dan Hukum yang terkenal, sangat diminati di lingkaran hukum Kota A. Dia tam...
2.3M 22.4K 27
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
2.7M 195K 35
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...