Shoots!

By xosfro

8.3K 1.1K 147

He has Irene, She has Sehun. Warn ; gore genre (Hunrene thriller / horror oneshoot story) More

case : murder
sub-case : beginning
bloody Theater 1
bloody theater 2
goodnight n go
Bookstore
kau temanku kan?
Grant your wish
Valentine gift
Cousin
scar(y)s

who u r?

904 107 15
By xosfro

Chap ini lil bit weird dan panjang, so just prep ur eyes ya readers 💜
Oh ya, mohon maaf agak vulgar dan nama di ganti jadi lokal.

_ _ _

Kali ini Rina berbeda, ia datang menghampiri dengan wajah ayunya yang gembira, Arsen tersenyum dan menyapa Rina.

"Malam Rina" Rina tersenyum manis.

"Malam juga Arsen"

"Mau upload cerita lagi?"

Irene menggeleng.

"Enggak, aku mau seneng-seneng aja malam ini, biasa fangirling-an"

"Ooh" Arsen mengangguk.

"Jadi mana nih yang kosong?"

"Paling pojok kiri aja Rin"

Irene memiringkan tubuh melihat ke dalam.

"Perasaan yang depan kosong deh Sen, jangan-jangan..." tanya Irene menyelidik.

"Eㅡeh, enggak. Apaan sih. Itu... Biar acara fangirlmu aman gak ke ganggu sama anak-anak yang main game. Ini malam minggu pasti banyak yang dateng buat main game" wajah Arsen sedikit memerah.

Rina hanya tertawa.

"Hahaha, bercanda doang Sen."

Arsen mengalihkan kecanggungan.

"Lagian kamu gak kapok apa? Nge upload tulisanmu yang selalu apik dan nyata tapi pasti di jiplak orang lain terus di jadikan hak mereka. Aku jadi kamu sih jelas ngamuk"

Rina tersenyum tipis.

"Enggak apa-apa kok Sen, aku percaya karma does exist jadi ya pasti mereka bakal nerima karmanya"

Arsen hanya mengangguk.

"Oke deh, makasih ya Sen. Aku mau fangirling-an nih"

Kemudian Rina berjalan menuju bilik yang di ujung warnet tersebut.

_ _ _

Arsen seorang mahasiswa yang punya pekerjaan sampingan menjaga warnet milik pakdenya tiap sore. Dan Rina mahasiswi yang punya hobi menulis di salah satu aplikasi baca online. Arsen tau, Rina selalu menulis dan meng-upload hasil tulisannya. Menurut Arsen, tulisan Rina sangat bagus dan patut naik cetak. Cerita Rina rata-rata misteri dan thriller, yang rasanya begitu mendetail dan nyata. Membuat Arsen berpikir dua kali untuk penilaiannya pada Rina yang menurutnya sangat lembut, polos dan manis, karakter yang di ceritakan Rina juga sangat kuat. Rina benar-benar cerdas menuangkan pikirannya dalam tulisan yang ia buat.

Melihat kedekatannya dengan Rina, Arsen jadi ingat bagaimana pertama kali bertemu Rina.

Waktu itu menjelang malam dan hujan deras, Arsen sedikit mengantuk dan pintu warnet terbuka. Menunjukkan seorang gadis basah kuyub yang ia ketahui sebulan ini bernama Rina. Hampir Arsen memaki untuk mengusir Rina dari warnet, tapi begitu melihat wajah Rina, Arsen mengurungkan niat. Ia malah memberikan gadis tersebut tempat duduk, membuatkan teh hangat, meminjami handuk yang selalu Arsen bawa dan juga kaos untuk Rina ganti. Arsen larut dalam tatapan Rina, Rina punya warna iris mata cokelat hazel yang menghayutkan Arsen. Diam-diam Arsen menyukai Rina.

_ _ _

Setelah itu Rina sering ke warnet, kadang sore atau malam. Tidak menentu.

Kali ini jam 8 malam Rina datang ke warnet dengan pakaian yang membuat Arsen sedikit panas-dingin. Menelan susah payah ludahnya, Arsen memberi nomer bilik ke Rina yang di balas kecupan pipi kiri dari Rina. Rina menggodanya?
Dan Rina pergi ke dalam tanpa sepatah kata apapun.

Sampai jam 10 malam, Rina belum juga pulang padahal warnet harus tutup. Tapi di komputernya, Rina sudah memutuskan jaringan dari sejam yang lalu. Arsen memilih menutup dan mengunci pintu depan, berniat menghampiri dan mengantarkan Rina pulang dari pintu belakang.

"Rin, warnet udah tutup. Balik yuk, aku anter"

Rina tidak bergeming, hanya memandangi Arsen yang tampak tersihir. Rina mendekati Arsen dengan tatapan dalam dan menarik tangannya hingga Rina terkukung oleh Arsen yang menghindari Rina. Sedetik kemudian, Rina mencium Arsen panas. Arsen jelas menolak tapi tubuhnya seperti ada yang mengendalikan hingga membuatnya tak sadar apa yang ia lakukan dengan Rina. Terus saling mencumbu dan dari bilik itu hanya terdengar suara saling lengguhkan nama dan kata-kata cinta.

Entah jam berapa, Arsen tersentak bangun. Wajahnya pucat dan berkeringat dingin. Ia bermimpi buruk yang sangat amat buruk, apa lagi sekarang ia tengah berpelukkan dengan Rina yang keduanya hanya di tutupi oleh kemeja yang Arsen pakai tadi. Kacau.

"Ada apa Sen?"

Merasa di sampingnya ada pergerakkan, Rina bangun. Arsen melihat Rina.

"Nggak ada apa-apa"

"Kamu kecapekan ya?" Tanya Rina sambil mengulurkan tangannya ingin menyeka keringat namun di tepis kasar oleh Arsen. Arsen menyesali perbuatannya, namun ia lebih merasakan kengerian mimpinya tadi dari pada merasa bersalah pada Rina.

Rina kaget dan menarik tangannya, mereka berdua saling memandang. Rina merasa ia di tolak Arsen setelah apa yang mereka lakukan tadi. Arsen juga kaget, mengapa ia takut disentuh oleh Rina hingga menepis kasar tangan Rina.

Dengan raut kecewa, Rina melepaskan pelukkan dan menggunakan bajunya susah payah lalu berjalan tertatih meninggalkan Arsen. Arsen tidak menghentikan Rina dan mengumpat. Ia melihat sekeliling bilik yang kacau juga. Ia melirik jam, sudah jam 5 pagi. Ia bangkit mengambil kaos dalamnya dan mengelap noda darah juga sisa-sisa kegiatannya dengan Rina semalam.

_ _ _

Arsen merasa bersalah pada Rina, namun entah ia tidak berani menghubungi Rina duluan.

Akhirnya Arsen lebih memilih mengerjakan revisi cerita di kamar kos sambil menonton tv. Namun ketika mendengar isi berita dari tv, ia diam mematung.
Isi berita tersebut sama dengan apa yang ia impikan semalam, sangat mirip dan persis secara mendetail.

Semuanya sama.

Ia terngiang lagi mimpi buruknya semalam, suara bisikan mengerikan yang memengaruhi pikirannya dengan cutter tajam yang di mainkan. Lalu korban menggores nadi tangannya sendiri dan menikmati setiap cairan darah segar yang keluar. Mengubah air kolam renang menjadi warna merah seperti kolam darah.

Nafas Arsen tercekat, namun ia menenangkan diri dengan menarik nafas dalam dan mengeluarkannya perlahan. Berfikir, mungkin hanya kebetulan.

Sampai ia mendapat pesan dari Rina.

Arsen! Kamu ngehindarin aku ya? :(

Belum sempat ia membalas pesan dari Rina, gadis itu menghubungi Arsen dengan video call.
Arsen menghela nafas, ia belum siap dengan Rina.

"Arsen, kamu lama angkat vc nya" serbu Rina ketika Arsen akhirnya memilih menjawab panggilan video tersebut.

"Maㅡmaaf, aku lagi banyak kerjaan"

Dengan sinis Rina menjawab.
"Kerjaan?"
"Kerjaan mengetik ulang ceritaku maksud kamu?!"

Bagai tersambar petir, Arsen benar-benar syok. Dari sana Arsen bisa melihat senyum Rina yang dulu baginya manis tapi sekarang terlihat makna dari senyuman manis itu. Arsen gemetar.

"Jangan takut sayang, santai aja. Aku tau kok kamu vivi father's"

Arsen terpaku.

"Kamu bukan satu-satunya yang nyuri ceritaku kok Sen"

Rina melihat Arsen serius.

"Tapi aku nemuin satu karakter yang beda dari kamu, jadi aku biarin aku hidup"

"Mㅡmaksud kamu apa?" Tanya Arsen terbata.

"Kamu munafik, tapi baik dan tulus ke aku. Aku suka. Jadi aku biarin kamu hidup, karena semalemkan udah aku bilang, aku cinta kamu"

Arsen terpaku.

"Sayang, kamu tau gak kenapa ceritaku terasa hidup? Karena emang aku yang ngelakuin dengan mendetail"

Arsen merasa ia tidak bisa lagi bernafas.

"Setting tempat kejadian, alur, tokoh dan semuanya memang nyata, sayang. Tokoh utamanya semua yang ada di mimpi kamu itu. Aku sugestiin mereka lewat video call supaya melakukan apa yang aku suruh, kayak kita sekarang"

Rina tersenyum penuh teror pada Arsen.

"Aku sugestiin Merry biar bakar diri, terus Dika biar menyayat tangannya sendiri di kolam renang. Mereka masuk ke mimpimu semalam kan sayang? Tapi tenang aku gak akan buat kamu jadi tokoh utama kayak mereka kok" Arsen hanya diam mematung.

"Tapi sekarang karena kamu udah tau, kamu harus nerima rasa sayang dari aku Sen"

"Raㅡrasa sayang?"

"Iya rasa sayang aku, aku bakal ngirim apa yang aku lakuin ke korban selanjutnya ke mimpi kamu Sen, biar kamu kreatif bikin cerita buat kamu sendiri dan semoga kamu gak gila ya sayang"

Rina tertawa

"Aku khawatir kamu jadi gak bisa memejamkan mata setiap tidur Sen, nanti kamu malah sakit. Tapi semoga kamu bertahan ya sayang"

Kemudian panggilan terputus, meninggalkan Arsen yang duduk terdiam memikirkan perbuatannya.

Andai ia tidak mencuri karya Rina, andai ia tidak merevisinya bahkan lebih parahnya memberikkannya pada salah satu pencetak buku.

"TIDAK!" Erang Arsen frustasi mendadak.

"TIDAAAKKKK!!"

_ _ _

Setahun kemudian

-Rumah sakit jiwa-

"Dia sedang memotong kepalanya"

"Siapa?"

"Pencuri ke 15"

Suster yang merawat Arsen menggelengkan kepala dan menghela nafas. Ia kasihan pada Arsen.
Setahun lalu masuk rumah sakit ini dengan keadaan mengenaskan, dan meracau hal-hal yang mengerikan.
Semua tentang bunuh diri yang di lakukan oleh orang-orang yang tidak ia kenal, suster Ina mengingat jelas 14 cerita tentang bunuh diri yang di ceritakan Arsen.

Mulai menguliti kepala, menggantung diri, memotong nadi, menjatuhkan diri ke jurang hingga menabrakkan diri ke mobil yang melintas sampai yang terakhir ini memotong kepalanya sendiri.
Kadang suster Ina merasa merinding dengan imajinasi Arsen, tapi mungkin itu hanya hal yang di sebabkan oleh sangat terguncangnya Arsen karena di tinggal oleh gadis yang Arsen cintai.

"Kasihan kamu Arsen, kamu pasti sangat mencintainya sampai jadi begini"

Lalu suster Ina meninggalkan kamar perawatan Arsen. Di luar kamar, Ina bertemu dengan gadis cantik yang 3 bulan terakhir selalu mengunjungi Arsen.

"Selamat siang suster Ina" sapa Sherin dengan ramah.

"Selamat siang Sherin. Kamu datang lagi? Mau jenguk pemuda tampan itu lagi ya?"

Sherin mengangguk penuh antusias.

"Dokter Chandra pasti gak bakal suka kalo adiknya jatuh cinta sama pasiennya"

Sherin tertawa

"Hehehe, biarin habis pasiennya ganteng sih"

Suster Ina menggeleng.

"Ya sudah, suster tinggal ya? Jangan lupa suruh Arsen minum obatnya di meja"

"Siap Suster!" balas Sherin dengan semangat.

"Andai Arsen normal, kalian pasti jadi pasangan serasi" guman Suster Ina setelah Sherin masuk ke kamar perawatan Arsen

_ _ _

Sherin mendekati Arsen yang sedang duduk dengan tatapan kosongnya. Ia berdiri di depan Arsen

"Hai, Arsen. Aku dateng lagi" sapa Sherin dengan senyum cerah.

Kemudian Sherin mendekatkan wajahnya pada telinga Arsen.

"Kamu tau, kamu udah menderita satu tahun ini. Jadi hari ini aku mau nyembuhin kamu" bisik Sherin.

Sherin memejamkan matanya, kemudian wajah Sherin mendekati wajah Arsen. Bibir Sherin menempel pada bibir Arsen. Terasa begitu sejuk dan hangat di saat bersamaan. Saat itu pula, angin semilir memasuki kamar Arsen yang dimana di dalamnya terdapat pasangan sedang menyecap rasa masing-masing.

Sherin menjauhkan wajahnya dan Arsen mengerjab sekilas mata bersamaan dengan mata Sherin yang terbuka.

"Kamu siapa?"

"Aku? Aku Sherin" kemudian tersenyum tipis.

"SheRina"

_ _ _

Gimana?

Continue Reading

You'll Also Like

195K 490 19
21+++ Tentang Rere yang menjadi budak seks keluarga tirinya
140K 331 13
21+++ Mengandung unsur kekerasan sexual dan pornografi. Ga suka? Skip. Plagiat menjauh! Tentang Cesa yang menikah dengan seorang pria kaya. Bukannya...
1.2M 102K 51
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟏) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ⚠ �...
260K 22.2K 21
Follow dulu sebelum baca 😖 Hanya mengisahkan seorang gadis kecil berumur 10 tahun yang begitu mengharapkan kasih sayang seorang Ayah. Satu satunya k...