sub-case : beginning

1K 159 10
                                    

Dan masih ada sedikit gore, jadi kalo gak bisa/kuat jgn baca.

      _ _ _

Sehun tipe orang tertutup dan talk less do more. Dari awal meniti karier menjadi detektif di kepolisian, ia menjadi anak emas, tentu tak lain karena otak cemerlang yang di milikinya. Sayang, satu hal ia sembunyikan dari publik. Ia psikopat dan sekarang terobsesi pada gadis yang melihatnya sedang "bermain" dengan korbannya di gang sempit saat hujan deras mengguyur kota.

_ _ _

Pinggir kota, 23.55 malam

Cuaca dingin karena hujan deras dan akhirnya Irene memilih membeli cokelat panas di kafe dekat kantor. Keluar kafe sambil menghangatkan kedua tangan dengan cup cokelat panas dan merapatkan mantelnya. Irene merelakskan diri sebentar sebelum melanjutkan jadwal piket jaganya, mengeluh sebentar dengan cokelat panas. Beruntung besok ia turun jaga, artinya ia libur.

Entah mengapa Irene merasa hujan hari ini berbeda, begitu dingin dan mencekam. Hujan deras namun angin tidak berhembus kencang dengan kabut yang menyelimuti, jarang hujan terjadi seperti itu. Irene mengikuti naluri menyusuri gang yang sempit, gelap, lembab dan bau.

Syok. Itu yang Irene rasakan ketika matanya menangkap pembunuhan sadis tak jauh di depannya. Meski gelap, namun netra Irene masih bisa menangkap dengan jelas bagaimana pelaku yang menggunakan masker hitam mencekik dan menancapkan pisau lipat ke tenggorokan korban dengan gerakan memutar hingga terdengar bunyi "krek" yang memilukan dalam keadaan berdiri dengan binar mata yang gembira. Irene diam mematung menyaksikan. Hey! Bukankah ia seorang polisi, harusnya ia menangkap pelaku sesegera mungkin, tapi entah tubuhnya tidak mengikuti peringatan otaknya. Yang Irene butuhkan sekarang hanyalah rekan jaga piketnya malam ini.

Setelah puas menghabisi korban, pelaku melubangi tengah dada korban dengan perlahan dan menyalakan petasan yang membuat ledakan kecil sekaligus suara menjijikan dan darah muncrat kemana-mana juga beberapa daging yang berserakkan namun tidak terlalu kentara karena hujan deras yang masih saja tidak berhenti, tak lama suara kekehan terdengar dari mulut sang pelaku. Irene ambruk dengan tatapan yang tak bisa di jelaskan, payung yang di genggam terlepas begitu saja. Suara ambruk otomatis membuat atensi pelaku mencari arah suara. Sekuat-kuatnya Irene dulu menjalani pendidikan dasar saat menguliti ular kobra, namun hal di depannya itu sukses membuat mentalnya terusik, jatungnya ikut merasa meledak dan serasa nyawanya hilang separuh. Irene benar-benar pucat dan ketakutan. Sangat ketakutan hingga terasa ke tulang. Kemana jiwa pemberaninya pergi?!

Menemukan Irene dalam keadaan yang tidak bisa di jelaskan, pelaku terkekeh di balik maskernya, mendekati dan membantu Irene berdiri.

"Tenang cantik, aku tidak berminat membunuhmu"

Pelaku berbisik tepat di depan wajahnya membuat Irene memandang mata tajam pelaku dengan gemetar. Benar-benar membuat jiwa Irene tegang dan tergoncang. Sungguh lucu, ia seorang polisi yang sekarang ketakutan dan mengapa kejadian ini harus terjadi saat Irene sedang piket jaga?!

Pelaku balik menatap iris mata Irene yang berwarna cokelat terang tersebut, membuat sang pelaku terpaku namun setelahnya membelalakkan matanya. Kemudian mata pelaku menyusuri pakaian yang di kenakan Irene, dan benar saja ia menemukan bordir lencana kecil yang tersemat di mantel Irene. Irene salah satu anggotanya.

"Cih, orang sepertimu tidak pantas menjadi anggota di tempatku"

Kemudian Irene jatuh ke pelukkan pelaku, Irene tidak sadarkan diri. Pelaku menggendong Irene dengan bridal style menjauhi tempat pembunuhan.

Memandangi wajah Irene yang pucat, pelaku tersenyum tipis "menyusahkan"

_ _ _

Shoots!Where stories live. Discover now