Kisah Tokoh Tokoh MAHABHARATA

By Mun4555

828K 8.9K 436

Penggalan kisah Mahabharata yang diambil dari berbagai sumber. Menitik beratkan pada penggambaran Tokoh tokoh... More

Prolog
BASUDEWA KRESNA
KISAH KRESNA & PANDAWA
PANDAWA
KURAWA
BISMA - Putra Gangga
RAJA SENTANU
SATYOWATI- Istri Raja Sentanu
CITRANGGADA & WICITRAWIRYA
AMBA, AMBIKA dan AMBALIKA
DRETARASTRA -yang terlahir buta
PANDU- Ayah Pandawa
WIDURA-Tokoh yang Bijaksana
GANDARI - Ibu Kurawa
KUNTI - Istri Pandu 1
MADRI - Istri Pandu 2
SANGKUNI - Tokoh Jahat dan Licik
DRONA - Guru Pandawa & Kurawa
DRUPADA-Raja Pancala
KARNA - Raja Angga
DURYUDHANA - Kurawa Pertama
BIMA - Pandawa Kedua
DURSASANA - Kurawa Kedua
ARJUNA - Pandawa Ketiga
Kurawa Kurawa Lain
NAKULA - Pandawa Kembar
SADEWA - Pandawa Kembar
DURSALA - Kurawa Wanita
HIDIMBI - Raksasa Wanita
SUBADRA - Istri Arjuna
DRUPADI - Istri Pandawa
SRIKANDI - Wanita Tangguh
DRESTADYUMNA
VRUSHALI - Istri Karna
RUKMI & RUKMINI
SISUPALA
ASWATAMA
Part BONUS - Pertemuan Kunti dengan Karna
JAYADRATA
RADHA & ADIRATA - Orang Tua Angkat Karna
Extra Part - Semua dipertaruhkan
GATOTKACA Putra Bima
ABIMANYU - Putra Arjuna
BEGAWAN PARASURAMA
Putra - Putra Pandawa (PANCAWALA)
UTTARA & UTTARI
BALARAMA/BALADEWA
SALYA, RAJA MADRA
RESI BYASA

YUDISTIRA - Pandawa Pertama

26K 193 6
By Mun4555

Yudistira adalah salah satu tokoh protagonis dalam wiracarita Mahabharata. Ia merupakan seorang raja yang memerintah kerajaan Kuru, dengan pusat pemerintahan di Hastinapura.

Yudistira merupakan yang tertua di antara lima Pandawa atau para putra Pandu.

Dalam tradisi pewayangan jawa (versi Indonesia) Yudistira diberi julukan Puntadewa, sedangkan kerajaannya disebut dengan nama Kerajaan Amarta. Dalam kitab Mahabharata, ia juga disebut dengan nama Bharata (keturunan Maharaja Bharata) and Ajatasatru. Ia juga dikenal dengan sebutan Dharmaraja, yang bermakna "raja Dharma", karena ia selalu berusaha menegakkan dharma sepanjang hidupnya.

Beberapa julukan lain yang dimiliki Yudistira adalah: Kurumukhya, "pemuka bangsa Kuru ". Kurunandana, "kesayangan Dinasti Kuru ". Kurupati, "raja Dinasti Kuru ". Pandawa , "putra Pandu ". Partha, "putra Prita atau Kunti ".

Beberapa di antara nama- nama di atas juga dipakai oleh tokoh-tokoh Dinasti Kuru lainnya, misalnya Arjuna, Bisma, dan Duryudhana.

Yudistira adalah putera tertua pasangan Pandu dan Kunti. Seperti yang sudah diceritakan sebelumnya dalam bab Pandu dan Kunti bahwasanya Pandu mendapat kutukan setelah membunuh brahmana yang menyamar menjadi Kijang bernama Resi Kindama tanpa sengaja. Brahmana itu terkena panah Pandu ketika ia dan istrinya sedang bersanggama dalam wujud sepasang rusa.

Pandu yang dikutuk akan meninggal jika bercinta dengan istrinya kemudian menyepi kehutan bersama 2 istrinya. Pengasingan itu disamping ingin menebus dosa juga dilakukan untuk mengurangi hawa nafsu mereka.

Pada suatu hari, Pandu mengutarakan niatnya ingin memiliki anak. Kunti yang menguasai mantra Adityahredaya segera mewujudkan keinginan suaminya itu. Mantra tersebut adalah ilmu pemanggil dewa untuk mendapatkan putera.

Dengan menggunakan mantra itu, Kunti berhasil mendatangkan Dewa Dharma/Dewa Yama dan mendapatkan anugerah putera darinya tanpa melalui persetubuhan. Putera pertama itu diberi nama Yudistira. Dengan demikian, Yudistira menjadi putera sulung Pandu, sebagai hasil pemberian Dharma, yaitu dewa keadilan dan kebijaksanaan. Sifat Dharma itulah yang kemudian diwarisi oleh Yudistira sepanjang hidupnya.

Yudistira dan keempat adiknya, yaitu Bima (Bimasena), Arjuna, Nakula, dan Sadewa kembali ke Hastinapura setelah ayah mereka (Pandu) meninggal dunia.

Adapun kelima putera Pandu itu terkenal dengan sebutan para Pandawa, yang semua lahir melalui mantra Adityahredaya. Kedatangan para Pandawa membuat sepupu mereka, yaitu para Kurawa yang dipimpin Duryudhana merasa cemas. Putera-putera Dretarastra itu takut kalau Pandawa sampai berkuasa di kerajaan Kuru. Dengan berbagai cara mereka berusaha menyingkirkan kelima Pandawa, terutama Bima yang dianggap paling kuat.

Di lain pihak, Yudistira selalu berusaha untuk menyabarkan Bima supaya tidak membalas perbuatan para Kurawa.

Pandawa dan Kurawa kemudian mempelajari ilmu agama, hukum, dan tata negara dari Resi Krepa. Dalam pendidikan tersebut, Yudistira tampil sebagai murid yang paling pandai. Krepa sangat mendukung apabila tahta Hastinapura diserahkan kepada Pandawa tertua itu. Di Serial Mahabharata ANTV tidak ada bagian cerita tsb.

Pandawa dan Kurawa kemudian berguru ilmu perang kepada Resi Drona. Dalam pendidikan ini, Arjuna tampil sebagai murid yang paling pandai, terutama dalam ilmu memanah. Sementara itu, Yudistira sendiri lebih terampil dalam menggunakan senjata tombak.

Selama Pandu hidup di hutan sampai akhirnya meninggal dunia, tahta Hastinapura untuk sementara dipegang oleh kakaknya, yaitu Dretarastra, ayah para Kurawa. Ketika Yudistira menginjak usia dewasa, sudah tiba saatnya bagi Dretarastra untuk menyerahkan tahta kepada Yudisthira, selaku putera sulung Pandu.

Sementara itu putera sulung Dretarastra, yaitu Duryudana berusaha keras merebut tahta dan menyingkirkan Pandawa.

Dengan bantuan pamannya dari pihak ibu, yaitu Sangkuni, Duryudhana mencoba membunuh kelima sepupunya dalam peristiwa di istana Waranawata, dimana gedung dalam istana itu terbuat dari bahan yang mudah terbakar.

Saat malam tiba, para suruhan Kurawa membakar gedung tempat para Pandawa dan Kunti, ibu mereka, setelah sebelumnya mencoba meracuni makanan mereka.

Namun, Yudistira dan saudara saudaranya sudah mendapat petunjuk sebelumnya dari pamannya Widura adik Pandu sehingga kelima Pandawa dan Kunti berhasil lolos dari maut. Pandawa dan Kunti tidak mau kembali ke Hastinapura dan lebih senang menjalani kehidupan berkelana dan menjadi Brahmana. Hal itu dilakukan untuk menghindari konflik lebih lanjut dengan pihak Kurawa dan Raja Destrarasta.

Setelah hidup di hutan para Raksasa, para Pandawa dan Kunti kemudian pergi melintasi kota Ekachakra, lalu tinggal sementara di kerajaan Pancala. Arjuna berhasil memenangkan sayembara di kerajaan tersebut dan memperoleh seorang puteri cantik yang bernama Drupadi.

Tanpa sengaja Kunti memerintahkan agar Drupadi dibagi lima. Akibatnya, Drupadi pun menjadi istri kelima Pandawa. Sebelumnya Arjuna menawarkan agar Yudistira saja yang menikah dengan Drupadi dan keempat saudaranya hidup membujang selamanya, namun usul tersebut tidak diterima Kunti maupun Yudistira.

Dari perkawinan dengan Yudistira Drupadi melahirkan anak yang bernama Pratiwindya, dari Bima lahir Sutasoma, dari Arjuna lahir Srutasena, dari Nakula lahir Satanika, dan dari Sadewa lahir Srutakirti.

Versi pewayangan Jawa, setelah memenangkan sayembara, Arjuna menyerahkan putri itu kepada Puntadewa/Yudistira selaku kakak tertua. Semula Puntadewa menolak, namun setelah didesak oleh ibu dan keempat adiknya, akhirnya ia pun bersedia menikahi Drupadi. Dari perkawinan itu lahir seorang putera bernama Pancawala.

Jadi, menurut versi asli tokoh Drupadi menikah dengan kelima Pandawa, sedangkan menurut versi Jawa, ia hanya menikah dengan Yudistira.

Setelah menikahi dengan Drupadi, para Pandawa kembali ke Hastinapura dan memperoleh sambutan luar biasa, kecuali dari pihak Duryudhana.

Persaingan antara Pandawa dan Kurawa atas tahta Hastinapura kembali terjadi. Setelah peristiwa pembakaran di Warawanata, para Pandawa dan ibunya dianggap telah meninggal sehingga Duryudana diangkat menjadi putra mahkota menggantikan Yudistira. Ketika Yudistira kembali dalam keadaan hidup, Duryudhana tetap tidak mau melepas tahtanya sebagai putra mahkota.

Para sesepuh akhirnya sepakat untuk memberi Pandawa sebagian dari wilayah kerajaan tersebut.

Oleh Raja Destrarasta, anaknya Kurawa mendapatkan istana Hastinapura, sedangkan Pandawa mendapatkan hutan Kandawaprastha sebagai tempat untuk membangun istana baru. Meskipun daerah tersebut sangat gersang dan angker, namun para Pandawa mau menerima wilayah tersebut.

Selain wilayahnya yang seluas hampir setengah wilayah kerajaan Kuru, Kandawaprastha juga merupakan ibukota kerajaan Kuru yang dulu, sebelum Hastinapura.

Para Pandawa dibantu sepupu mereka, yaitu Kresna dan Baladewa berhasil membuka Kandawaprastha menjadi pemukiman baru.

Para Pandawa juga memperoleh bantuan dari Wiswakarma, yaitu ahli bangunan dari kahyangan, dan juga Anggaraparna dari bangsa Gandharwa. Dalam versi serial ANTV pembangunan istana dibantu sepenuhnya oleh Dewa Indra. Maka terciptalah sebuah istana megah dan indah bernama Indraprastha, yang bermakna "kota Dewa Indra".

Dalam versi pewayangan Jawa, nama Indraprastha lebih terkenal dengan sebutan kerajaan Amarta. Menurut versi ini, hutan yang dibuka para Pandawa bukan bernama Kandawaprastha, melainkan bernama Wanamarta.

Kitab Mahabharata bagian kedua atau Sabhaparwa mengisahkan niat Yudistira untuk menyelenggarakan upacara Rajasuyayasna demi menyebarkan dharma dan menyingkirkan raja-raja angkara murka.

Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa memimpin tentara masing-masing ke empat penjuru Bharatawarsha (India Kuno) untuk mengumpulkan upeti dalam penyelenggaraan upacara agung tersebut. Kalau dalam versi serial ANTV upacara tersebut untuk mendapat pengakuan atas berdirinya kerajaan baru Indraprasta dan agar bisa lepas dari Kerajaan Hastinapura.

Pada saat yang sama, seorang raja angkara murka juga mengadakan upacara mengorbankan seratus orang raja (di Serial ANTV yang dikorbankan adalah 100 pengikut Krisna). Raja tersebut bernama Jarasanda dari kerajaan Magadha. Yudistira mengirim Bima dan Arjuna dengan didampingi Kresna sebagai penasihat untuk menumpas Jarasanda.

Akhirnya, melalui sebuah pertandingan seru, Bima berhasil membunuh Jarasanda.

Setelah semua persyaratan terpenuhi, Yudistira melaksanakan upacara Rajasuyayasna yang dihadiri sekian banyak kaum raja dan pendeta.

Dalam kesempatan itu, Yudistira ditetapkan sebagai Maharajadhiraja.

Kemudian muncul seorang sekutu Jarasanda bernama Sisupala yang menghina Kresna di depan umum.

Setelah melewati penghinaan ke-100, Krishna akhirnya memenggal kepala Sisupala di depan umum.

Ketika menjadi tamu dalam acara Rajasuyayasna, Duryudhana sangat kagum sekaligus iri menyaksikan keindahan istana Indraprastha. Timbul niatnya untuk merebut kerajaan itu, apalagi setelah ia tersinggung oleh ucapan Drupadi dalam sebuah pertemuan. Sangkuni membantu niat Duryudhana dengan memanfaatkan permainan dadu. Yudistira menerima undangan Duryudhana dengan baik.

Permainan dadu pandawa melawan Kurawa diadakan di istana Hastinapura. Mula-mula Yudistira hanya bertaruh kecil-kecilan. Namun semuanya jatuh ke tangan Duryudhana berkat kepandaian Sangkuni dalam melempar dadu.

Hasutan Sangkuni membuat Yudistira nekad mempertaruhkan semua hartanya, bahkan Indraprastha. Akhirnya, negeri yang dibangun dengan susah payah itu pun jatuh ke tangan lawan.

Yudistira yang sudah gelap mata juga mempertaruhkan keempat adiknya secara berurutan. Keempatnya pun jatuh pula ke tangan Duryudhana satu per satu, bahkan akhirnya Yudistira sendiri.

Duryudhana yang licik tetap memaksa Yudistira yang sudah kehilangan kemerdekaannya untuk melanjutkan permainan, dengan mempertaruhkan Drupadi. Akibatnya, Drupadi pun ikut bernasib sama.

Ratapan Drupadi saat dipermalukan di depan umum terdengar oleh Gandari ibu para Kurawa. Ia memerintahkan agar Duryudhana menghentikan permainan dan mengembalikan semuanya kepada Pandawa.

Dengan berat hati Duryudhana terpaksa mematuhi perintah ibunya itu.

Duryudhana yang kecewa kembali menantang Yudistira beberapa waktu kemudian. Kali ini peraturannya diganti. Barang siapa yang kalah harus menyerahkan negara beserta isinya, dan menjalani hidup di hutan selama 12 tahun serta menyamar selama setahun di dalam sebuah kerajaan. Apabila penyamaran itu terbongkar, maka wajib mengulangi lagi pembuangan selama 12 tahun dan menyamar setahun, begitulah seterusnya.

Akhirnya berkat kelicikan Sangkuni, pihak Pandawa pun mengalami kekalahan untuk yang kedua kalinya. Sejak saat itu lima Pandawa dan Drupadi menjalani masa pembuangan mereka di hutan.

Kehidupan para Pandawa dan Drupadi dalam menjalani masa pembuangan selama 12 tahun di hutan dikisahkan pada jilid ketiga kitab Mahabharata yang dikenal dengan sebutan Wanaparwa.

Yudistira yang merasa paling bertanggung jawab atas apa yang menimpa keluarga dan negaranya berusaha untuk tetap tabah dalam menjalani hukuman. Ia sering berselisih paham dengan Bima yang ingin kembali ke Hastinapura untuk menumpas para Kurawa.

Meskipun demikian, Bima tetap tunduk dan patuh terhadap perintah Yudistira supaya menjalani hukuman sesuai perjanjian.

Suatu ketika para Kurawa datang ke dalam hutan untuk berpesta demi menyiksa perasaan para Pandawa. Namun, mereka justru berselisih dengan kaum Gandharwa yang dipimpin Citrasena. Dalam peristiwa itu Duryudhana tertangkap oleh Citrasena. Akan tetapi, Yudistira justru mengirim Bima dan Arjuna untuk menolong Duryudhana. Ia mengancam akan berangkat sendiri apabila kedua adiknya itu menolak perintah.

Akhirnya kedua Pandawa itu berhasil membebaskan Duryudhana. Niat Duryudhana datang ke hutan untuk menyiksa perasaan para Pandawa justru berakhir dengan rasa malu luar biasa yang ia rasakan.

Peristiwa lain yang terjadi adalah penculikan Drupadi oleh Jayadrata, adik ipar Duryudana suami dari Dursala. Bima dan Arjuna berhasil menangkap Jayadrata dan hampir saja membunuhnya. Yudistira muncul dan memaafkan raja kerajaan Sindu tersebut.

Pada suatu hari menjelang berakhirnya masa pembuangan, Yudistira dan keempat adiknya membantu seorang brahmana yang kehilangan peralatan upacaranya karena tersangkut pada tanduk seekor rusa liar.

Dalam pengejaran terhadap rusa itu, kelima Pandawa merasa haus. Yudistira pun menyuruh Sadewa mencari air minum. Karena lama tidak kembali, Nakula disuruh menyusul, kemudian Arjuna, lalu akhirnya Bima menyusul pula. Yudistira semakin cemas karena keempat adiknya tidak ada yang kembali.

Yudistira kemudian berangkat menyusul Pandawa dan menjumpai mereka telah tewas di tepi sebuah telaga.

Ada seekor bangau (Baka) yang mengaku sebagai pemilik telaga itu. Ia menceritakan bahwa keempat Pandawa tewas keracunan air telaganya karena mereka menolak menjawab pertanyaan darinya.

Sambil menahan haus, Yudistira mempersilakan Sang bangau untuk bertanya. Sang bangau lalu berubah wujud menjadi Yaksa.

Satu per satu pertanyaan demi pertanyaan berhasil ia jawab. Akhirnya, Yaksa pun mengaku kalah, namun ia hanya sanggup menghidupkan satu orang saja. Dalam hal ini, Yudistira memilih Nakula untuk dihidupkan kembali.

Yaksa heran karena Nakula adalah adik tiri, bukan adik kandung. Yudistira menjawab bahwa dirinya harus berlaku adil. Ayahnya, yaitu Pandu memiliki dua orang istri. Karena Yudistira lahir dari Kunti , maka yang dipilihnya untuk hidup kembali harus putera yang lahir dari Madri, yaitu Nakula.

Yaksa terkesan pada keadilan Yudistira. Ia pun kembali ke wujud aslinya, yaitu Dewa Dharma. Kedatangannya dengan menyamar sebagai rusa liar dan yaksa adalah untuk memberikan ujian kepada para Pandawa. Berkat keadilan dan ketulusan Yudistira, maka tidak hanya Nakula yang dihidupkan kembali, melainkan juga Bima, Arjuna, dan Sadewa.

Setelah 12 tahun menjalani pembuangan di hutan, kelima Pandawa dan Drupadi kemudian memasuki masa penyamaran selama setahun.

Sebagai tempat persembunyian, mereka memilih Kerajaan Matsya yang dipimpin oleh Wirata. Kisah ini terdapat dalam kitab Mahabharata jilid keempat atau Wirataparwa.

Yudistira menyamar dengan nama Kanka sebagai seorang brahmana yang mengajari Raja Wirata permainan dadu.

Bima menjadi Balawa sebagai tukang masak, Arjuna menjadi Wrihanala sebagai banci guru tari, Nakula menjadi Damagranti sebagai tukang kuda, Sadewa menjadi Tantripala sebagai penggembala sapi, sedangkan Drupadi menjadi Sailandri sebagai dayang istana.

Pada akhir tahun penyamaran Pandawa, terjadi peristiwa serangan kerajaan Kuru terhadap kekuasaan Wirata. Seluruh kekuatan kerajaan Matsya dikerahkan menghadapi tentara kerajaan Trigartha, sekutu Duryudhana. Akibatnya, istana Matsya menjadi kosong dan dalam keadaan terancam oleh serangan pasukan Hastinapura.

Utara putera Wirata yang ditugasi menjaga istana, berangkat ditemani Wrihanala (Arjuna) sebagai kusir.

Di medan perang Wrihanala membuka samaran dan tampil menghadapi pasukan Duryudhana sebagai Arjuna. Seorang diri ia berhasil memukul mundur pasukan dari Hastinapura tersebut.

Sementara itu, pasukan Wirata juga mendapat kemenangan atas pasukan Trigartha. Wirata dengan bangga memuji-muji kehebatan Utara yang berhasil mengalahkan para Kurawa seorang diri.

Kanka alias Yudistira menjelaskan bahwa kunci kemenangan Utara adalah Wrihanala. Hal itu membuat Wirata tersinggung dan memukul kepala Kanka sampai berdarah.

Ketika para Pandawa pulang ke Hastinapura demi menuntut hak yang seharusnya mereka terima, Duryudhana bersikap sinis terhadap mereka. Ia tidak mau menyerahkan Hastinapura kepada Yudistira.

Berbagai usaha damai dilancarkan pihak Pandawa namun selalu ditolak oleh Duryudhana. Bahkan, Duryudhana tetap menolak ketika Yudistira hanya meminta lima buah desa saja, bukan seluruh Indraprastha.

Pada puncaknya, Duryudhana berusaha membunuh duta Pandawa, yaitu Kresna , namun gagal.

Perang di Kurukshetra antara Pandawa dan Kurawa tidak dapat lagi dihindari. Para pujangga Jawa menyebut peristiwa itu dengan nama Bharatayuddha. Sementara itu dalam Mahabharata kisah perang besar tersebut ditemukan pada jilid keenam sampai kesepuluh.

sebelum perang hari pertama dimulai, Yudistira turun dari keretanya berjalan kaki ke arah pasukan Kurawa yang berbaris di hadapannya. Duryudhana mengejeknya sebagai pengecut yang langsung menyerah begitu melihat kekuatan Kurawa dan sekutu mereka. Namun, kedatangan Yudistira bukan untuk menyerah, melainkan meminta doa restu kepada empat sesepuh yang berperang di pihak lawan. Mereka adalah Bisma, Krepa, Drona dan Salya. Keempatnya mendoakan semoga pihak Pandawa menang. Hal itu tentu saja membuat Duryudhana sakit hati.

Yudistira kembali ke pasukannya. Ia mempersilakan siapa saja yang ingin pindah pasukan sebelum perang benar-benar dimulai. Ternyata yang pindah justru adik tiri Duryudhana yang lahir dari selir, bernama Yuyutsu, yang bergerak meninggalkan Kurawa untuk bergabung bersama Pandawa.

Bisma memimpin pasukan Kurawa selama sepuluh hari. Setelah ia tumbang, kedudukannya digantikan oleh Drona, yang mendapat amanat dari Duryudhana supaya menangkap Yudistira hidup-hidup. Drona senang atas tugas tersebut, padahal niat Duryudhana adalah menjadikan Yudistira sebagai sandera untuk memaksa para pendukungnya menyerah.

Berbagai cara dilancarkan Drona untuk menangkap Yudistira. Tidak terhitung banyaknya sekutu Pandawa yang tewas di tangan Drona karena melindungi Yudistira, misalnya Drupada dan Wirata.

Akhirnya pada hari ke-15, penasihat Pandawa, yaitu Krisna menemukan cara untuk mengalahkan Drona, yaitu dengan mengumumkan berita kematian seekor gajah bernama Aswatama. Aswatama juga merupakan nama putera tunggal Drona. Kemiripan nama tersebut dimanfaatkan oleh Krisna untuk menipu Drona. Atas perintah Krisna, Bima segera membunuh gajah itu dan berteriak mengumumkan kematiannya.

Drona cemas mendengar berita kematian Aswatama. Ia segera mendatangi Yudistira yang dianggapnya sebagai manusia paling jujur untuk bertanya tentang kebenaran berita tersebut. Yudistira terpaksa bersikap tidak jujur, Ia membenarkan berita kematian Aswatama tanpa berusaha menjelaskan bahwa yang mati adalah gajah, bukan putera Drona.

Jawaban Yudistira itu membuat Drona jatuh lemas. Ia membuang semua senjatanya dan duduk ber meditasi. Tiba- tiba saja Drestadyumna putera Drupada mendatanginya dan kemudian memenggal kepalanya dari belakang. Drona pun tewas seketika. Dalam peristiwa ini yang paling merasa bersalah adalah Yudistira.

Salya adalah kakak ipar Pandu dari istrinya Madri yang terpaksa membantu Kurawa karena tipu daya mereka. Pada hari ke-18, ia diangkat sebagai panglima oleh Duryudhana. Akhirnya ia pun tewas terkena tombak Yudistira.

Setelah kehabisan pasukan Duryudhana bersembunyi di dasar telaga. Kelima Pandawa didampingi Krisna berhasil menemukan tempat itu.

Duryudhana pun naik ke darat siap menghadapi kelima Pandawa sekaligus. Yudistira menolak tantangan Duryudhana karena Pandawa pantang berbuat pengecut dengan cara main keroyok sebagaimana para Kurawa ketika membunuh Abimanyu pada hari ke-13. Sebaliknya, Duryudhana dipersilakan bertarung satu lawan satu melawan salah seorang di antara lima Pandawa. Apabila ia kalah, maka kerajaan harus dikembalikan kepada Pandawa. Sebaliknya apabila ia menang, Yudistira bersedia kembali hidup di hutan.

Bima terkejut mendengar keputusan Yudistira yang seolah-olah memberi kesempatan Duryudhana untuk berkuasa lagi, padahal kemenangan Pandawa tinggal selangkah saja. Dalam hal ini Yudistira justru menyalahkan Bima yang dianggap kurang percaya diri. Duryudhana meskipun bersifat angkara murka namun ia juga seorang pemberani. Ia memilih Bima sebagai lawan perang tanding, yang paling gagah di antara kelima Pandawa.

Setelah pertarungan sengit terjadi cukup lama, akhirnya menjelang senja Duryudhana berhasil dikalahkan dengan dipukul titik kelemahannya, yaitu paha. Ini sekaligus menuntaskan sumpah Bima yang akan membunuh Duryudhana karena penghinaannya terhadap Drupadi.

Balarama marah dan bertekad untuk membunuh Bima karena paha merupakan sasaran yang terlarang dalam duel gada, namun diperingatkan oleh Basudewa Krisna bahwa Bima hanya berusaha menjalankan sumpahnya. Duryudhana pun tewas secara perlahan setelah saling bersilat lidah dengan Kresna.

Setelah perang berakhir, Yudistira melaksanakan upacara Tarpana untuk memuliakan mereka yang telah tewas. Ia kemudian diangkat sebagai raja Hastinapura sekaligus raja Indraprastha.

Yudistira dengan sabar menerima Dretarastra sebagai raja sepuh di kota Hastinapura. Ia melarang adik-adiknya bersikap kasar dan menyinggung perasaan ayah para Kurawa tersebut. Namun Bima selalu saja menyinggung Dretarastra akan perbuatan anak-anaknya sehingga sang raja sepuh pun lengser dari tahta Hastinapura.

Yudistira kemudian menyelenggarakan Aswamedha Yadnya yaitu suatu upacara pengorbanan untuk menegakkan kembali aturan dharma di seluruh dunia. Pada upacara ini, seekor kuda dilepas untuk mengembara selama setahun. Arjuna ditugasi memimpin pasukan untuk mengikuti dan mengawal kuda tersebut.

Para raja yang wilayah negaranya dilalui oleh kuda tersebut harus memilih untuk mengikuti aturan Yudistira atau diperangi. Arjuna mengirim pasukan ke daerah utara, Bima ke timur, Nakula ke barat & Sadewa ke selatan.

Akhirnya setelah beberapa pertempuran, semua kerajaan memilih membayar upeti. Sekali lagi Yudistira pun dinobatkan sebagai Maharaja Dunia setelah Upacara Rajasuya dahulu.

Setelah permulaan zaman Kaliyuga dan wafatnya Krisna, Yudistira dan keempat adiknya mengundurkan diri dari urusan duniawi. Mereka meninggalkan tahta kerajaan, harta, dan sifat keterikatan untuk melakukan perjalanan terakhir, mengelilingi Bharatawarsha lalu menuju puncak Himalaya.

Di kaki gunung Himalaya, Yudistira menemukan anjing dan kemudian hewan tersebut menjdi pendamping perjalanan Pandawa yang setia.

Saat mendaki puncak, satu per satu mulai dari Drupadi, Sadewa, Nakula, Arjuna, dan Bima meninggal dunia. Masing- masing terseret oleh kesalahan dan dosa yang pernah mereka perbuat. Hanya Yudistira dan anjingnya yang berhasil mencapai puncak gunung, karena kesucian hatinya.

Dewa Indra, pemimpin masyarakat kahyangan, datang menjemput Yudistira untuk diajak naik ke swarga dengan kereta kencananya. Namun, Indra menolak anjing yang dibawa Yudistira dengan alasan bahwa hewan tersebut tidak suci dan tidak layak untuk masuk swarga. Yudistira menolak masuk swargaloka apabila harus berpisah dengan anjingnya. Indra merasa heran karena Yudistira tega meninggalkan saudara saudaranya dan Drupadi tanpa mengadakan upacara pembakaran jenazah bagi mereka, namun lebih memilih untuk tidak mau meninggalkan seekor anjing.

Yudistira menjawab bahwa bukan dirinya yang meninggalkan mereka, tapi merekalah yang meninggalkan dirinya.

Kesetiaan Yudistira telah teruji. Anjingnya pun kembali ke wujud asli yaitu Dewa Dharma, Ayahnya. Bersama-sama mereka naik ke sorga menggunakan kereta Dewa Indra.Namun ternyata keempat Pandawa tidak ditemukan di sana. Yang ada justru Duryudhana dan adik-adiknya yang selama hidup mengumbar angkara murka. Indra menjelaskan bahwa keempat Pandawa dan para pahlawan lainnya sedang menjalani penyiksaan di neraka.

Yudistira menyatakan siap masuk neraka menemani mereka. Namun, ketika terpampang pemandangan neraka yang disertai suara menyayat hati dan dihiasi darah kental membuatnya ngeri. Saat tergoda untuk kabur dari neraka, Yudistira berhasil menguasai diri.

Terdengar suara saudara- saudaranya memanggil- manggil. Yudistira memutuskan untuk tinggal di neraka. Ia merasa lebih baik hidup tersiksa bersama sudara-saudaranya yang baik hati daripada bergembira di sorga namun ditemani oleh kerabat yang jahat.

Tiba-tiba pemandangan berubah menjadi indah. Dewa Indra muncul dan berkata bahwa sekali lagi Yudistira lulus ujian, karena waktunya yang sebentar di Neraka adalah sebagai penebus dosa ketidakjujuran Yudistira terhadap Drona soal kematian Aswatama. Ia menyatakan bahwa sejak saat itu, Pandawa Lima dan para pahlawan lainnya dinyatakan sebagai penghuni Surga, sementara para kurawa akan menjalani siksaan yang kekal di neraka.

Continue Reading

You'll Also Like

32.8K 5.1K 171
Lu Gu menikah atas nama saudara laki-lakinya dan menikah dengan pemburu ganas di Desa Qingxi. Betapapun bersalahnya dia, di bawah paksaan pemukulan...
58K 1.7K 63
ยป ๐ฌ๐ฅ๐ข๐ฉ ๐ข๐ง๐ญ๐จ ๐ญ๐ก๐ž ๐๐ข๐š๐ฆ๐จ๐ง๐ ๐ฅ๐ข๐Ÿ๐ž ยซ โ™ฌ ๐˜๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜ถ๐˜ญ/๐˜‘๐˜ข๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฏ/๐˜Š๐˜ฉ๐˜ช๐˜ฏ๐˜ฆ๐˜ด๐˜ฆ โ™ฌ ๐˜™๐˜ฐ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ช๐˜ป๐˜ข๐˜ต๐˜ช๐˜ฐ๐˜ฏ โ™ฌ ๐˜Œ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ญ๐˜ช๐˜ด๐˜ฉ โ™ฌ ๐˜๐˜ฏ๐˜ฅ๏ฟฝ...
496K 68.3K 36
Namanya adalah Naomi,anak dari Jendral Shu. Jika anak seumurannya sedang belajar menyulam atau mengadakan acara minum teh dengan putri dari kediaman...
242K 15.7K 42
TAMAT "Aku tidak bisa melepaskan mereka berdua. Kalian bisa menyebut aku serakah, tapi aku ingin memiliki mereka berdua" -Uchiha Sasuke "Siapa yang p...