The Time I Have For You (Yaoi...

De Mavi_Blue11

75.8K 4.9K 322

Haru dikejutkan oleh pasien kritis yang datang tengah malam ke Instalasi darurat. Kemudian ketika pasien itu... Mai multe

Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Author's Note
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19 (END)
Bonus

Chapter 1

13.4K 493 50
De Mavi_Blue11

"Sensei! Tolong ke instalasi gawat darurat! Ada pasien kejang karena kelainan syaraf otak!" Seru salah satu perawat dengan terengah-engah ke ruangan Haru yang sedang memeriksa laporan kesehatan pasien.

"Lho, dokter yang jaga di sana?"

"Kami butuh anda." Jawabnya.

"Baiklah, aku akan ke sana." Haru berjalan cepat ke instalasi gawat darurat diiringi perawat laki-laki itu.

"Kagura-Sensei! Maaf aku harus memanggil anda, dia kejang sampai mengeluarkan darah dari hidung." Seru seorang dokter magang berambut hitam panjang dengan panik menoleh pada Haru.

"Ya, aku rasa kamu baru bertemu pasien seperti ini, Yamazaki-Sensei" Kata Haru sambil mendekati pasien.

"Rei, ini gawat sekali, apa dia bisa selamat?" Tanya dokter magang yang seorang lagi yang bertubuh besar dan rambut hitam seleher.

"Aku tidak tau Kei  ada apa dengan syaraf otaknya ya?" Tanya Reishi menatap khawatir pada pasien itu.

"Kita akan melakukan rontgen, gejala yang dia tunjukkan adalah pembengkakan syaraf di otak, kalau terlalu parah, mungkin akan operasi.  kamu sudah menyuntik dia?" Tanya Haru.

"Sudah Sensei, walau sempat patah tadi jarumnya." Jawab Reishi.

"Oke, kita bawa ke ruang rontgen setelah ini, Arisawa-Sensei, tolong hubungi ruang rontgen, dan Yamazaki-Sensei, bersihkan darah di hidungnya. "

"Baik!" Jawab Keita dan Reishi serentak.

Haru memperhatikan pasien baru itu yang mulai tenang. Tubuhnya kurus dengan rambut coklat gelap yang panjang dan menutupi matanya. Kira-kira umurnya mungkin masih 17 tahun. Tapi terlihat lebih muda karena kulit yang pucat dan tubuh yang kecil.

"Yamazaki-Sensei, tolong temui keluarganya dan tanyakan segala hal tentang riwayat penyakitnya, agar kita tidak salah mengambil keputusan nanti." Kata Haru sambil menepuk pundak Reishi.

"Baik Sensei." Reishi mengangguk dan berjalan cepat keluar ruangan.

"Ruangan sebentar lagi siap Kagura-Sensei, kita bisa bawa dia sekarang ke sana." Kata Keita.

"Oke, ayo kita bawa sekarang." Kata Haru sambil berbalik.

Keita dan beberapa perawat di sana mengangguk dan mendorong tempat tidur pasien itu keluar ruangan menuju ruang rontgen.

"Sensei." Reishi memasuki ruangan di mana Haru duduk membaca rekam medis pasien baru tersebut.

"Yamazaki-Sensei, bagaimana laporannya?" Tanya Haru sambil berdiri.

"Pasien bernama Sakurai Aki, umur 17 tahun. Sebelumnya dia pernah kecelakaan motor dan cedera berat di kepala. Waktu itu umurnya 16 tahun, dan setahun ke belakang, dia sudah mengeluh kepalanya sering sakit tapi karena setelah meminum pain killer dia kembali nyaman sehingga keluarga tidak begitu mencemaskannya. Dan tadi ayah pasien yang mendapati Sakurai-san kejang-kejang di tempat tidurnya dan langsung membawanya ke sini."

"Apa waktu itu dia sempat koma? Setelah kecelakaan?" Tanya Haru sambil berdiri.

"Ya, sekitar 2 hari. Dia dirawat dan rehabilitasi lebih dari sebulan, tengkoraknya retak. Kata keluarganya saat pulang dari rumah sakit, dia sudah sembuh total."

Haru meremas kertas kosong yang ada di dekat tangannya dan melempar dengan marah ke tong sampah. "Sembuh total selama kurang dari 2 bulan? Rumah sakit di mana itu?? Aku tidak sabar menunggu rontgennya untuk membuktikan kalau tengkorak Sakurai-san belum 100% sembuh."

Reishi menatap Haru yang marah dengan sedikit takut. Haru memang terkenal dengan sifatnya yang dingin, tegas dan mudah marah. Marah di sini bila dia mendapati kelalaian dokter atau perawat dalam bekerja. Memang pantas menjadi kepala bagian Neurologi ini.

"Dia mengalami cedera otak traumatik kan Sensei?" Tanya Reishi pelan.

"Ya, dan karena perawatan yang 'Sembarangan', dia harus menanggung sakit sekali lagi." Haru menghela nafas. "Semoga hasil rontgen-nya cepat selesai."

"Saya akan kesana untuk menanyakannya." Kata Reishi.

Haru mengangguk. "Aku tunggu."

Reishi membungkuk pelan dan berlari dari sana.

"Sial, aku paling benci dengan keadaan seperti ini." Batin Haru sambil menyisir kasar rambut pirang kecoklatannya.

###

"Yamazaki-Sensei, aku akan menjadi dokter penanggung jawab Sakurai-san, dan aku butuh kamu untuk membantuku." Kata Haru saat selesai memeriksa hasil rontgen Sakurai Aki.

"Yoroshiku onegaishimasu." Jawab Reishi sambil membungkuk.

"Yoroshiku onegaishimasu." Haru juga membungkuk.

"Persiapkan segala sesuatunya untuk operasi besok, aku akan memeriksanya sebentar." Kata Haru.

"Baik." Reishi mengangguk.

Haru mengangguk dan pergi keluar ruangan menuju ruang perawatan Aki.

Reishi pergi ke rak buku dan mengambil beberapa buku dari sana. Kemudian membawa ke mejanya dan membaca buku- buku itu sambil mengetik di laptopnya.

"Hasil rontgen-nya parah sekali. Entah bagaimana dia menahan sakit selama setahun ini. Kasihan sekali. Aku berharap Kagura-Sensei dan aku bisa menyembuhkannya." Kata Reishi sambil membalik-balik lembar buku dengan pelan dan fokus.

Haru sempat menyampaikan apa yang terjadi pada Aki ke keluarganya. Mereka terlihat sedih dan meminta Haru untuk menyembuhkannya.

"Aku tidak bisa berjanji, tapi aku akan memberikan yang terbaik. Kalau dia bisa sembuh total, aku akan menyembuhkannya." Batin Haru sambil membuka pintu.

Dia mendapati lelaki berwajah lembut dan kulit putih itu tertidur lelap di ranjangnya. Rambutnya yang hampir menyentuh bahu tergerai di bantal. Saat Haru sampai di dekatnya, dia bisa melihat bulu mata pasiennya itu panjang sampai menyentuh pipinya. Bibirnya yang kecil dan penuh terlihat pucat. Hidungnya yang tadi mengeluarkan darah ternyata bentuknya bagus dan mancung.

Haru membuka kacamatanya dan menelengkan kepala saat menyadari anak ini sangat tampan. Sayang sekali dia harus menanggung sakit dan menghabiskan waktunya di rumah sakit untuk waktu yang lama. Haru yakin dia sekarang kesusahan untuk berbicara. Atau mengingat nama dokter yang merawatnya sekarang.

"Semoga aku bisa membantu menyembuhkanmu." Batin Haru sambil menatap Aki dan pergi dari sana.

###

"Haaaah.... operasinya menegangkan sekali." Kata Reishi saat selesai operasi dan pergi ke ruangannya untuk minum.

"Yamazaki-Sensei, waktu BSL dulu kamu sudah pernah ikut operasi?" Tanya Haru yang tadi jalan di belakangnya.

"Ah, iya Sensei, sudah beberapa kali, tapi yang cedera traumatik baru kali ini." Jawab Reishi sambil mengusap rambutnya.

"Hebat sekali, kamu sudah mengoperasi saat masih BSL, aku tidak salah memintamu untuk jadi partnerku." Kata Haru sambil duduk di kursi di depan meja Reishi.

"Hahaha, terima kasih Sensei, tapi aku masih tetap harus belajar dan mendapat bimbingan dari Sensei."

"Hmm... sampai sekarang pun aku terus belajar, masih banyak hal yang harus aku pahami."

Reishi tersenyum dan mengangguk. "Sensei, tadi aku sempat melihat anda kaget saat mengoperasi, ada apa Sensei?"

Haru melirik Reishi dan menghela nafas. "Mungkin tadi kamu belum menyadari saat pertama melihatnya, selain tengkoraknya yang masih retak, pendarahan hebat sedang terjadi, dan ada syaraf otaknya yang berdempet, aku kaget karena dia masih bertahan dengan keadaan separah itu."

"Jadi, itu sangat parah?" Tanya Reishi tak percaya.

"Ya, tentu saja, aku tidak percaya dia masih bisa beraktifitas dengan keadaan otak seperti itu."

"Kalau nanti dia bangun, apa efeknya setelah operasi ini hanya susah bicara?" Tanya Reishi.

"Kemungkinan dia mudah lupa dengan nama kita."

"Astaga..." Reishi menutup mulutnya.

"Aku takut karena sudah didiamkan selama setahun, malah muncul masalah baru."

"Tumor kah?"

"Ya, semoga saja tidak."

Reishi mengangguk dan menghela nafas. "Aku akan berusaha sampai dia sembuh."

"Aku juga." Jawab Haru sambil melepaskan kacamatanya.

###

Haru mendatangi kamar Aki dan mendapati Aki duduk sambil mengusap kepalanya.

"Astaga, sejak kapan kamu bangun?" Tanya Haru kaget sambil mendekati Aki yang kaget dan meringis karena kaget tadi membuat kepalanya berdenyut.

Aki menatap Haru yang menjulang di depannya. Dan membuka mulutnya.

"Aa... aa..." Aki mengeluarkan suara pelan dan menyentuh tenggorokannya.

"Maafkan aku, kamu memang akan kesusahan bicara sekarang, sebelum ini apa kamu bicara dengan lancar?" Tanya Haru.

Aki mengangguk dan mencoba membuka mulutnya ingin bicara. "Aa..."

"Jangan dipaksakan, ini, kamu tulis saja di sini." Haru memberikan buku kecil dan pena yang sudah dia siapkan sebelumnya kalau misalnya Aki sudah bangun.

Aki menerima buku dan pena itu. Kemudian menulis di sana.

"Salam kenal Haru-chan,"

Haru membaca tulisan itu dan menatap Aki bingung.

"Kenapa kamu memanggilku Haru-chan?"

"Itu namamu yang tertulis di name tag."

"Biasanya pasienku memanggilku Sensei."

"Aku berfirasat kalau aku akan lama dirawat olehmu, dokter yang merawatku sepenuh hati dan mengkhawatirkanku, dia bukan orang lain bagiku. Aku tidak ingin membuat jarak denganmu."

Haru termenung menatap Aki dan mengangguk. "Baiklah, terima kasih sebelumnya."

Aki menulis lagi dan tersenyum sambil memberikan buku itu pada Haru.

"Panggil aku Aki-chan juga?"

"Haah? Aku tidak biasa seperti itu pada pasienku." Kata Haru tak terima.

"Pokoknya kapan pun itu kamu akan memanggilku seperti itu."

Haru memandang Aki bingung dan mengusap pelan kepala Aki. "Oke, sekarang jawab aku, kamu masih ingat apa yang terjadi sebelum kamu bangun ini?"

"Ya."

"Katakan padaku, apa yang terjadi."

"Kepalaku sakit luar biasa sejak seminggu yang lalu, sebelumnya sejak keluar rumah sakit selalu sakit setiap hari dan aku hanya meminum parasetamol, saat aku mengeluh, keluargaku bilang minum pain killer saja, kalau ke dokter ternyata ada masalah, mereka tidak ada uang untuk membiayaiku."

Haru menatap Aki kaget. Aki tersenyum padanya walau dia menulis seperti itu.

"Apa waktu itu dokter yang merawatmu yang menyuruh untuk pulang?"

"Tidak, dokter berusaha menahanku karena aku belum sembuh total, tapi mereka memaksaku untuk pulang."

"Berarti apa yang keluarganya laporkan pada Yamazaki-sensei bohong!" Seru Haru marah dalam hati.

"Kemungkinan kamu akan lebih lama di sini, dan biaya pengobatanmu juga tidak sedikit, apa keluargamu mengatakan sesuatu?"

"Aku belum bertemu mereka sejak aku bangun tadi."

Haru menghela nafas dan menatap Aki dengan ekpresi campur aduk. "Jangan pikirkan hal itu sekarang, yang penting kesembuhanmu. Aku akan menyembuhkanmu."

Aki tersenyum dan membungkuk. Kemudian menulis lagi.

"Arigatou, Haru-chan."

Haru mengangguk dan meremas pelan bahu Aki. "Aku akan keluar sebentar, kalau makanan datang, kamu makan ya? Dan simpan bukunya."

Aki mengangguk masih tersenyum. Haru mengangguk dan berbalik pergi dari sana.

"Sial!" Seru Haru dalam hati dengan amarah di dadanya.

"Menyebalkan! Keluarga macam apa itu!!??" Teriak Haru saat masuk ruangan membuat Reishi yang sedang minum teh terbatuk.

"Ada apa Sensei?" Tanya Reishi mendekati Haru yang terlihat mengerikan. Padahal saat tidak marah pun dia terlihat seram. Tampan, tapi kaku dan seram.

"Keluarganya memberikan keterangan palsu padamu, Aki sudah bangun dan dia menceritakan yang sebenarnya."

"Apa yang sebenarnya terjadi Sensei?"

"Keluarganya yang memaksa Aki untuk pulang, padahal dia belum sembuh total, dan tidak mau memeriksakan Aki ke dokter walau dia sudah mengeluh sakit luar biasa seminggu ke belakang."

"Astaga, Sensei... kenapa keluarganya seperti itu?

"Aku tidak tau, tapi yang menyakitkan adalah, dia tetap tersenyum padaku."

Reishi terdiam dan menepuk pelan bahu Haru. "Boleh aku ke sana Sensei? Aku juga ingin bicara dengannya."

"Ya, pergilah."

Reishi membungkuk dan berjalan cepat keluar ruangan.

"Sial!" Umpat Haru kesal sambil menendang kursi di depannya.

"Reishi!" Reishi yang berjalan terburu berhenti dan menoleh ke arah suara.

"Ah, Louise! Saiki-kun!" Reishi melambai dan berjalan mendekati mereka.

"Kamu sibuk?" Tanya Louise.

"Tidak, ada apa ke sini?" Tanya Reishi sambil menatap Louise lembut.

"Aku bawakan makan siangmu, kamu lupa membawanya tadi," jawab Louise tersenyum dengan tatapan sayang pada Reishi.

"Ah, terima kasih, maaf aku lupa, aku buru-buru ke rumah sakit karena kepikiran dengan pasien baruku."

"Sakitnya parah?" Tanya Louise.

"Iya, Kagura-Sensei tadi juga marah sekali."

"Ada apa Senpai?" Tanya Saiki.

Reishi menceritakan dengan ringkas apa yang terjadi dan Louise serta Saiki terlihat shock.

"Aku tidak percaya ada keluarga yang tega seperti itu." Kata Saiki menggeleng-geleng.

"Biasanya, orang yang cedera otak traumatik, psikisnya juga rentan. Dia bisa depresi dengan keadaan seperti itu. Tapi dia masih bisa tersenyum."

Louise menatap Reishi dan meremas pelan bahu Reishi. "Aku yakin kamu pasti bisa menyembuhkannya."

Reishi mengangguk. "Terima kasih Louise, aku akan berjuang."

"Omong-omong, Keita di mana Senpai?" Tanya Saiki.

"Ah, dia di IGD."

"Aku ke sana sebentar ya? Hehehe." Saiki berjalan cepat dari sana menuju IGD.

"Aku mau ke ruangannya, kamu mau ikut?" Tanya Reishi.

"Iya." Louise mengangguk dan mendekap Reishi sambil mengagumi penampilan Reishi yang memakai jubah putih. Kadang masih tidak percaya sekarang Reishi sudah bertugas sebagai dokter di rumah sakit.

"Aku tidak sabar menyusulmu." Kata Louise.

"Cepatlah, aku akan menunggumu di sini." Kata Reishi dan keduanya tersenyum ceria.

______________________________________

To Be Continued

Hai readers, kalau ada yang bertanya apakah ini lanjutan dari "How To Say I Love You", bukan ya? Memang masih ada Reishi, Louise, Keita dan Saiki, tapi mereka sebagai figuran di sini. Cerita terfokus pada karakter baru saya Haru dan Aki. Dan cerita ini kira-kira 4 tahun kemudian dari ending "How To Say I Love You". Reishi sudah menjadi dokter di rumah sakit dan dia akan sering muncul di sini karena sebagai partner Haru. Yup. Again ceritanya kembali tentang kesehatan. (Saya juga belum mau berpisah dengan Reishi dan yang lain, jadi mereka masih ada di sini. Hehehe)

Silahkan tinggalkan komentar dan suaranya yah. Thanks. ^^

Continuă lectura

O să-ți placă și

75.1K 8.7K 52
Fantasy - Romance - thriller • • • • • • • • • • • • • • • • • • • Sebastian Logan Tyler. Cowok misterius yang berhasil mengusik hidup Caroline Loren...
30.7K 1.9K 3
Di balik kata kita, kadang Kyle menginginkan kata aku dan kamu. ...................................................... Bukan soal perbedaan, tapi soa...
1.5M 76.1K 53
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
Until I Meet You De Sweety Candy

Ficțiune adolescenți

60.9K 3.2K 9
Terima kasih telah bertemu denganmu. Terima kasih pernah datang ke kehidupanku. Terima kasih membiarkan aku menjadi sahabatmu.