Bitter-Sweet Wedding ✅

By chocodelette

6.6M 200K 4.2K

"Kalian menikah saja?" kata mamanya Tristan tiba-tiba setelah sudah selesai makan. "HAH?!" Luna mendongak. "... More

P R O L O G
Unexpected Dinner
Confused
Wedding Preparation
Day Minus 1
The Day (part 1)
The Day (part 2)
The Feeling
Sick....
Concert
Pregnant??!!
Inheritance
Tears
Merlyn?!?!
WHAT HAPPENED?!?!
Eviction
It's all about: LUNA
Found
Revealed
Unrequited
Special Gift
Welcome Home, Baby....
Spoiled
sweeter than chocolate milk
Epilogue

Tristan's Birthday

155K 6K 134
By chocodelette

Author POV

Lea baru selesai menginput data pasien yang baru saja dilarikan ke UGD karena pendarahan hebat, dan baru saja ia dengar dari beberapa suster yang daritadi lari-larian untuk menyiapkan ruang bersalin yang jaraknya dari ujung lorong ke ujung lorong satunya lagi.

Kini Lea telah bekerja disalah satu rumah sakit terkemuka di daerah Jakarta sebagai administration. Ia sudah berkeja semenjak tiga bulan yang lalu dirumah sakit itu.

Ponsel Lea yang casenya berwarna pink bergambar Hello Kitty itu berbunyi disebelah kursor yang baru saja ia lepas. Lea menekan lingkaran hijau yang ada dilayarnya, yang memaparkan nama orang ya ia sayangi.

"Le, beliin aku cheesecake ukuran sedeng di toko kue disebelah rumah sakit kamu dong" katanya.

"Iya," jawab Lea males-malesan. Walaupun ia menyanyangi orang yang menelponnya, tapi ia males sekali membawakan cheesecake untuk orang ini.

Bukan karena tidak mampu, tapi hari ini ia cukup repot denga segala bawaannya. Tadi, teman kerjanya memberinya oleh-oleh karena habis honeymoon bersama suaminya.

'Seandainya Luna gak ngilang dari Tristan, pasti dia bisa honeymoon juga. Dia kan belom honeymoon' Lea membatin...

"WOY KAMU DENGER AKU NGOMONG GAK SIH?" teriak suara sebrang, terdengar emosi karena merasa diabaikan oleh Lea.

"Eh? Apa? Apa?" Lea mengerjapkan matanya, karena kaget oleh teriakan orang ditelpon itu.

"Lea, astaga... Tadi aku bilang, beliin lilin juga" kata suara diseberang lagi. Kali ini udah ngga teriak lagi seperti sebelumnya.

Lea melihat kalender meja yang ia letakan di meja pembatas antara Lea dan pengunjung rumah sakit ini.

Tanggal 21 Februari.

"Iya, nanti aku beliin sama lilinnya. Mau lilin angka, apa lilin stick gitu?" tanya Lea.

"Lilin stick aja, jangan cuma satu tapi ya" kata suara disebrang sambil cekikikan.

"Iya bos, tenang aja" kata Lea. "Eh kamu gak usah masak, aku bawa makanan banyak" kata Lea.

Sebenernya Lea merasa aneh juga menggunakan kata 'aku dan kamu' tapi mau gimana lagi? Orang diseberang sana yang minta, katanya karena 'perubahan status' jadi dia minta untuk ngomong 'aku, kamu'

"Wah, oke deh, aku tunggu ya" kata suara di seberang sana.

"Iya, aku matiin ya, mau siap-siap pulang" katanya menutup sambungan telpon itu, tanpa menunggu balas dari orang tersebut.

***

Untuk sampe di kontrakan Lea, butuh waktu sejam. Saat jam sudah menunjukan pukul 07.13 menit. Sebelumnya, ia mendapat shift jaga malam, alias dari jam enem sore sampe jam enem pagi, tapi semenjak dua bulan yang lalu keadaan berubah. Ia tidak tinggal sendiri, melainkan berdua. Bersama dengan orang yang menelponnya tadi, jadi ia meminta pindah shift.

Awalnya pihak rumah sakit tidak mengijinkan, karena Lea dianggap pegawai baru tapi sudah minta pindah shift seenaknya. Tapi setelah Lea menjelaskan, pihak rumah sakit mau menukar shiftnya Lea dan Sophie yang memang saat itu bersedia.

Lea menengok ke jam yang terpasang didinding di atas pintu kamarnya. Jam 07:13. Seperti biasanya.

"Mana kue sama lilin pesenanku?" tanya orang itu sedetik setelah membuka pintu kamar mereka. Ada cengiran lebar disana. Cengiran tak berdosa.

"Aku baru pulang, dipijitin dulu kek, apa kek, ini malah langsung nanyain pesenan" Lea menggerutu.

Dan orang itu tertawa. "Maaf deh cantik, tapi aku emang kepengen banget kuenya" katanya sambil memegang perut buncitnya yang sangat maju.

"Dasar gendut!" Ejek Lea.

"Gapapa gendut itu tanda aku makmur, sejahtera, dan diberkati tau" katanya sambil memamerkan gigi putihnya. "Mana pesenanku?" tangan orang itu bergerak seperti menagih sesuatu.

"Nih," Lea memberikan plastik transparan, yang didalamnya ada sekotak kue berukuran sedang dan kotak orange yang berisi lilin stick.

"Makasih, my darl" katanya, sambil mencium pipi tirus Lea.

"Iya, gue ambil piring dulu ya" katanya dan mendapat pelototan dari orang yang sedang berusaha untuk duduk dikarpet yang tergelar bebas di lantai, di depan pintu.

"EH! Ngomongnya harus 'aku' gaboleh 'gue' Lea" katanya memperingati Lea.

Lea memutar bola matanya jengah, "yailah, buat duduk aja masih susah gara-gara kegedean perut, masih aja gegayaan buat nasehatin...." Lea menggantungkan kata-katanya. "....aku"

Lea menarik kursi yang tak jauh dari jangkauannya, dan mempersilhan orang itu duduk. Lea lelah melihat orang itu terus berusaha. Lea saja yang hanya melihat lelah, apalagi orang itu.

"Thanks" katanya dengan tersenyum.

"You're welcome baby"

Luna melangkahkan kakinya ke dapur yang jaraknya hanya dua meter dari tempat orang itu duduk, saat ia ingin mengambil piring, ia merasa kebelet. Untung saja kontrakan ini hanya sepetak, jadi kalau ia kebelet tidak usah lari-lari seperti di kostan dulu.

Seselesainya Lea dengan urusannya dikamar mandi, ia mendengar suara seseorang menangis terisak-isak. Luna mengabaikan piring yang sudah ia letakan di meja dapur tadi, dan berjalan ke asal tangisan itu. Orang itu menangis.

Tanpa sadar, Lea menangis mendengar kata-kata yang keluar dari mulut orang itu. Sungguh, Lea merasa hatinya seperti disayat-sayat oleh ribuan mata pisau yang baru saja diasah secara bersamaan. Sakit sekali...

"Hiks hiks semoga hiks Tuhan bisa nyampein hiks hiks rasa hiks kangen aku hiks hiks hiks sama hiks hiks kamu......." Orang itu masih menangis, tanpa menyadari Lea sudah duduk disebelahnya.

Lea berusaha meredakan tangisan orang disampingnya ini.... Ia berusaha, tapi ia rasa usahanya sungguh tidak ada guna. Orang itu malah semakin menangis, menerima usapan Lea di bahunya....

Satu tangan Lea yang bebas ia gunakan untuk menekan huruf-huruf qwerty di layar HPnya tanpa sepengetahuan orang yang sedang menangis itu. Setelah ia menekan tombol send, Lea memeluk orang disebelahnya itu.

"Kalo lo kangen, kenapa lo gak balik aja sih?" tanyanya. Kali ini Lea emosinya sudah terpancing menghadapi orang yang ia peluk. Bukan, Lea bukannya marah, tapi ia kasihan.

"Gue gak mungkin balik, Le," katanya menanggapi omongan itu. Tanpa sadar, ia sudah mengucapkan 'gue dan lo' untuk mengobrol dengan Lea.

"Kenapa?" tanya Lea dengan nada suara yang begitu emosi.

"Gak bisa Le, lo tau kan gue itu...."

"BERENTI NYALAHIN DIRI LO SENDIRI LUN!!" teriak Lea geram. Selama ini ia sudah berusaha sabar untuk menghadapi orang itu. Sahabatnya, Luna.

"Gue gak bisa berenti nyalahin diri gue Le," kata Luna dengan nada bergetar. "Gue yang ngebuat nyokapnya Kak Tristan koma, Le. MAMA MERTUA GUE KOMA GARA-GARA GUE" tanpa sadar Luna sudah berteriak kepada Lea.

"Tristan pasti ngerti keadaan lo waktu itu, lo gak punya pilihan lain, Lun" Lea berusaha sedalam mungkin menahan emosinya.

"GAK LE. DIA PASTI NYALAHIN GUE. KELUARGANYA GAK AKAN BISA MAAFIN GUE" teriak Luna dengan emosi yang sudah memuncak.

Lea tak marah sedikitpun menghadapi sahabatnya yang daridulu memiliki emosi yang labil seperti ini, apalagi dengan keadaannya yang sekarang...... Hamil 7 bulan.

Lea terdiam, ingin meredakan emosi yang ia rasakan. Ia tidak boleh membentak sahabatnya balik, ia tau apa yang Luna rasakan, dan hal itu cukup membuatnya pedih. Tapi sayang, diamnya Lea disalah artikan Luna.

"Le, maaf, gue ga bermaksud buat ngebentak lo" Luna menggenggam tangan Lea yang ia letakan di pahanya.

"Gak Lun, lo gak salah" Lea memeluk Luna yang malah menangis mendengar jawaban dari Lea. Ia merasa bersalah, ia sudah membentak Lea, tapi Lea tidak marah sedikitpun.

"Kita ke kamar aja ya, kuenya dibawa ke kamar"

Luna mengangguk menyetujui ucapan Lea tanpa membantah, ia tak ingin menambah rasa bersalahnya pada Lea.

***

Rega, Dimas, dan Vera sudah berkumpul di rumah sakit untuk menjenguk sang mama yang sampai detik ini belum sadarkan diri.

Mereka bertiga sungguh membenci orang yang menyebabkan mamanya seperti ini, dan orang itu adalah Luna. Adik ipar mereka. Terutama Vera, ia sangat membenci perempuan itu karena dengan telinganya sendiri ia mendengar mamanya menyebutkan nama Luna disaat-saat terakhir sebelum mamanya koma seperti saat ini.

Rega dan Dimas pun membenci Luna, tapi kadarnya berbeda dengan Vera. Sampai detik inipun, setelah enam bulan, dua minggu mamanya terbaring, Rega dan Dimas masih belum percaya kalau hal itu dilakukan oleh gadis sepolos Luna, tapi gak ada bukti lain.

"Tristan dimana?" tanya Vera pada kedua kakakknya.

"Masih di jalan kali, 30 menit yang lalu sih sms bilangnya baru keluar dari kantor" Rega yang menjawab.

"Semoga gak macet, gue udah ga sabar liat reaksi Tristan waktu liat kita ngasih sur....."

Belom sempat Vera menyelesaikan kalimatnya, kata-katanya sudah terpotong oleh Rega yang mengangkat telpon...

"Halo?"

"....."

"Urusan apa?"

"....."

"Oh gitu"

"....."

"Yaudah, gapapa"

"....."

"Dah" Rega mematikan sambungan telponnya, dan memasukkan ponselnya ke saku celana jeansnya. "Tristan kesininya bakal telat, dia ada urusan kantor" Rega menjelaskan, saat ia melihat Vera ingin protes, Rega langsung memotongnya. "Penting!" Ia memelototkan matanya.

Vera langsung terdiam.

***

Tristan memarkirkan mobilnya dengan raut emosi, dengan rasa berkecamuk di dada. Ia keluar dari mobilnya, dan membanting pintu tersebut.

"Dimana dia?" tanya Tristan terdengar penuh emosi.

"Jangan pake emosi, Tan," kata orang yang baru saja membukakan pintu.

"DIMANA DIA?" tanyanya.

Orang itu sudah merasakan lelah, ia tak dapat menahan emosi Tristan langsung menunjukkan orang keberadaan orang yang Tristan cari.

"Redain emosi lo, ato lo bakal nyesel" kata Lea dengan suara yang sangatlah pelan.

***

Tristan POV

Dia..... Wanita itu.... Wanitaku, sedang terbaring menghadap kerah tembok, meringkuk seakan memeluk tubuh mungilnya. Walaupun dalam posisi seperti itu, aku tetap dapat melihat ada yang berbeda dengannya. Dengan perutnya... Tanpa sadar, aku melihatnya wanitaku dengan air mata yang jatuh ke pipiku.

"Dia kecapean nangis" kata Lea yang tiba-tiba sudah berdiri tepat dibelakangku.

'Ya, aku juga sudah lelah menangisinya setiap malam, menunggunya untuk pulang. aku juga lelah memlempari barang-barang diapartemenku' batinku memelas.

Aku menoleh kepadanya, dan matanya lurus menerawang. Menatap gadis yang sedang tidur membelakangiku. Walaupun dalam keadaan remang-remang karena aku diambang dua ruangan yang bercahaya dan mati lampu, aku dapat melihat genangan air yang siap tumpah dipelupuk matanya.

"Setiap malem dia tidur karena kecapean" katanya lagi tanpa kutanya.

Aku menatap nanar gadis disampingku, yang matanya masih lurus menatap ke depan. Ke wanitaku.

"Kenapa?" tanyaku.

Ia menolehkan kepalanya kepadaku, dengan tatapan bertanya. "Apa?"

"Kenapa dia disini? Kenapa keadannya kaya gitu? Kenapa? Kenapa?.............. Kenapa dia pergi?" tanyaku dengan nada frustasi.

"Karena...... Dia ngerasa bersalah sama lo, sama keluarga lo" kata gadis di depanku kini. Ia berjalan meninggalkanku, untuk ke ruang sebelah. Ruang yang dibatasi tembok dingin dan tipis.

Aku terdiam. Jadi benar kalau wanita itu yang menyebabkan mamaku terbaring lemah dirumah sakit, dan sampai detik ini, kurang lebih enam bulan, dua minggu, mamaku juga belum memunculkan tanda-tanda akan terbangun dari tidur panjangnya. Ya, mungkin ia sedang bermimpi indah. Bermimpi bertemu dengan papa, mungkin....

"Tapi lo harus percaya kata-kata gue, bukan dia yang bikin nyokap lo terbaring di rumah sakit," katanya dengan nada sedih.

"Kasih gue satu alesan yang bisa bikin gue percaya sama lo" kata gue dengan nada menantangnya.

Lea terlihat begitu emosi setelah aku melontarkan pertanyaan tersebut. Ada kilatan marah di bola mata hitamnya.

Ia menarik napas sejenak, seakan ingin mempersiapkan sesuatu.

"LO GAK LIAT PERUTNYA SEGEDE ITU? HAH?" teriaknya. Benar dugaanku, ia menyiapkan ledakan suaranya.

"Terus kenapa?" tanyaku dengan nada cuek.

"Bodoh!" nadanya terdengar ketus. Ia menarik napas lagi, aku sudah siap-siap menjauhkan kupingku dari bibirnya.

Seketika, air matanya menetes pelan dari mata bulatnya. "Intinya,...." Ia menarik napasnya lagi. "Bukan dia yang ngelakuin itu, gue jamin, tapi gue gak berhak buat cerita itu sama lo" katanya. "Dan ngomong-ngomong hamil, ada dua alesan yang bikin dia gak nyerah dan bunuh diri waktu itu......." Lea seakan-akan menimbang-nimbang kata-kata yang akan keluar lagi dari mulutnya.

"Apa?" tanyaku yang sudah tak sabar melihat keraguannya.

"Lo, dan anak itu" katanya dan setelah itu ia meninggalkanku. Aku terenyuh mendengarnya. Tersentuh...

Apa yang ia lakukan selama tujuh bulan ini? Apa ia makan dengan baik? Bagaimana keadaannya dan juga anakku? Bagaimana..........?"

"Nih," katanya sambil memberikan sekotak yang sepertinya cukup berat karena ia memegang dengan kedua tangannya.. Aku mengenali kotak seperti itu......

Kotak kue.

Kubuka kotak itu, dan kulihat ada lilin yang hampir lumer setengah yang masih tertancap di atas kue itu.

"Ini maksudnya apa?" tanyaku penasaran, tak mengerti maksudnya apa. Ini kue apa... Ini kue siapa...

"Kue ulangtahun buat lo dari Luna, dia kangen banget sama lo, makanya setelah sekian lama gue ngumpetin Luna disini, akhirnya tadi gue SMS lo ke alamat sini" kata Lea, menjelaskan maksud dan tujuannya.

Buat gue.....? Hari ini ulang tahunku? Ah, bahkan karena memikirkan dua wanita yang sangat kucintai membuatku lupa akan hari ulangtahunku sendiri.

"Gue kasian liat dia nangis mulu, gue......." tak sempat Lea menyelesaikan kalimatnya. Aku sudah mendengar suara wanita yang sudah sangat kurindukan.

"Le, ada siapa......"

Mata kami bertemu, dan dia membeku. Tangannya yang ia tempelkan di tembok, dan satunya lagi untuk memegang perut buncitnya.

"Kak Tristan?"

=====

Continue Reading

You'll Also Like

949K 44.3K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
187K 8.6K 29
{ BELUM DIREVISI } Pernikahan ini hanya sebuah kebohongan. Aku tahu itu, tapi dengan brengseknya kenapa hatiku menempatkan dirinya di tempat yang sal...
2.3M 254K 45
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
3.3M 164K 52
[FOLLOW UNTUK MEMBACA] DILARANG COPY PASTE!!! Setelah empat tahun berjuang dalam pelarian, kini wanita itu diharuskan untuk kembali ke kota tempat di...