Nothing Last Forever (Hate-Lo...

By ulphafa

581K 51.7K 1.4K

Bryna tidak ingin kembali ke rumah yang sudah ia tinggalkan selama 4 tahun belakangan. Dia tidak ingin kembal... More

Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua Belas
Tiga Belas
Empat Belas
Lima Belas
Enam Belas
Tujuh Belas
Delapan belas
Sembilan Belas
Dua Puluh
Dua Puluh Satu
Dua Puluh Dua
Dua Puluh Tiga
Dua puluh Empat
Dua puluh lima
Dua puluh Enam
Dua puluh Tujuh
Dua puluh Delapan
Dua puluh Sembilan
Tiga Puluh Satu
Tiga Puluh Dua
Tiga puluh Tiga (End)
Extra Part

Tiga Puluh

15.5K 1.4K 40
By ulphafa

Not really sure how to feel about it,
Tak begitu yakin bagaimana perasaanku,
Something in the way you move
Sesuatu di dalam caramu bergerak
Makes me feel like I can't live without you,
Membuatku merasa seperti tak bisa hidup tanpamu,

It takes me all the way,
Itu membuatku larut,
I want you to stay..
Kuingin kau tetap di sini..

(Rihanna feat. Mikky Ekko - Stay)

•°•

"Bertahanlah untukku Bry."

Tama tidak tahu kenapa otak, mulut dan perasaannya sepakat untuk melontarkan kalimat itu. Tapi satu hal yang dia tahu, itu bukan kesalahan.

Di depannya, Tama bisa melihat bahwa Bryna juga tidak kalah terkejut dengannya.
Wanita itu berkedip beberapa kali, membuka mulutnya, lalu menutupnya.

Meminta Bryna bertahan, sama saja memutuskan untuk membuat komitmen, sesuatu yang selalu dihindari Tama selama ini.
Dan ia juga tidak tahu kenapa harus Bryna, hanya saja, ini terasa begitu tepat.

Bryna masih membisu.
Dan sungguh, jantung Tama mulai berdebar saat menunggu jawaban yang keluar dari mulut Bryna.

Melihat Bryna berdiri dihadapannya dengan segala sesuatu yang ada padanya, baik buruk dan semuanya, membuat hatinya hangat. Dan Tama tahu dia tidak mau kehilangan Bryna.

Bryna masih saja menatapnya, belum juga mengatakan apapun.
Sialan memang wanita ini.
Dia begitu suka membuat Tama gelisah.

Lalu, perlahan, dilihatnya Bryna mulai menggeleng gusar.

Sialan.
Tama punya firasat yang tidak menyenangkan sekarang.

"Aku tidak bisa, Tam." Katanya pelan.

Benar kan?

"Apa maksudnya tidak bisa?" Tanya Tama tajam. "Aku sudah menyukaimu sejak kamu kelas 3 SMP. Kamu tahu itu kan? Kamu menolakku waktu itu, menghancurkan hatiku. Dan lihat, aku masih menginginkanmu sampai saat ini."

Suasana hangat yang baru saja ia rasakan sebelumnya mendadak berubah dingin begitu mendengar kalimat Bryna selanjutnya.

"Kamu bohong. Bukan hanya aku yang kamu inginkan saat itu. Kamu lebih dulu menginginkan Brenda." Jawab Bryna, benar-benar membuat Tama bengong sepersekian detik.

Tapi akhirnya ia menemukan jawaban dari pertanyaannya belasan tahun yang lalu.

"Brenda? Jadi itu alasan kenapa kamu selalu menolakku? Dari dulu sampai Sekarang?"

Bryna tidak menunjukkan tanda-tanda ingin menjawab.
"Bryna?"

"Ya." Bryna meraung frustasi. "Aku tidak mau mengambil apa yang sudah ditolak Brenda!"

Brengsek!

"Lagi-lagi ini masalah egomu kan? Kamu dan ego besarmu yang sialan itu." Kata Tama marah.

Bryna masih tidak menjawab. Dan ini membuat emosi Tama membuncah. Dengan cekatan, Tama langsung menyambar kedua bahu Bryna dan mengguncangnya dengan kasar.

"Dengar, Bryna Aralea Kuncoro. Aku tidak pernah mendekati Brenda. Tidak pernah. Punya niat untuk itu pun tidak. Apalagi menginginkannya seperti aku menginginkanmu. Jadi sekarang katakan, bagaimana kamu bisa punya pikiran absurd seperti itu? Hah?"

"Brenda bilang.." Katanya pelan, tapi sepertinya tidak dapat menemukan kalimat selanjutnya.

"Brenda bilang bahwa aku menyukainya? Bahwa kemudian dia menolakku? Apa? Kapan dia mengatakan ini padamu? Saat dia tahu aku menyukaimu? Atau saat dia tahu kamu menyukaiku?"

Bryna mengerjapkan matanya, menahan air mata yang nyaris tumpah.

Tama mendengus, "Kuharap kamu tidak mempercayainya Bry. Kamu tahu adikmu lebih baik dari siapapun, kukira. Kamu seharusnya tahu. Atau paling tidak mencari tahu sebelum mempercayai Brenda dan menghancurkan semuanya. Kenapa kamu tidak curiga saat itu? Kenapa menelan mentah-mentah omongan Brenda? Bodoh!"

Tama melepas cengkeramannya, sadar bahwa dia mencengkeram Bryna sedikit terlalu keras, dan Bryna menggosok bekasnya sesudahnya.

"Sorry." Kata Tama datar. "Jangan pergi." Ulangnya.

Bryna menggeleng sedih.
"Tidak ada alasan bagiku untuk tetap tinggal Tam."

"Dengar Bry, aku sudah mengatakan padamu bahwa aku menyukaimu. Dan aku bukan jenis orang yang akan mengulang-ulang hal yang sama berkali-kali. Jadi dengarkan ini baik-baik."

Tama menundukkan kepalanya, bertatapan langsung dengan mata Bryna dengan jarak yang nyaris tidak ada. Ia menekankan setiap kata, seolah tidak ingin Bryna melewatkan satu katapun.

"Aku menginginkanmu, dan aku tidak akan menyerah untuk mendapatkanmu."

"Kamu menginginkanku?" Tanya Bryna dingin.

"Ya, dan bohong kalau kamu tidak merasakannya." Sahut Tama ketus.

"Aku tidak mengerti. Kamu menginginkanku untuk apa tepatnya, Tam? Sebagai penghias ranjangmu? Sebagai orang yang selalu tersedia kapanpun kamu ingin bercinta?" Suara Bryna makin mendingin, ia menatap Tama dengan kekecewaan yang tidak dapat ia sembunyikan.

"Apa yang kamu bicarakan?"

"Mungkin kamu bisa dengan mudah mendapatkan orang lain untuk itu. Tapi bukan aku. Aku tidak bisa."

"Aku tidak menginginkan orang lain."

"Kenapa? Bukankah kamu selalu menggunakan wanita seperti tissue sekali pakai? Jadi, kenapa ini harus berbeda denganku?"

Tissue sekali pakai? Serendah itu dia menilai Tama? Ia bahkan tidak menggunakan Bryna. Dia membutuhkannya.

"Kamu bukan orang lain." Jawabnya jujur.

"Jelas."

Tama mencoba mengabaikan sarkasme dalam suara Bryna, dan melanjutkan.
"Dan kalau kamu menghitung dengan benar, kita sudah lebih dari sekali kan? Tidakkah itu mematahkan teorimu tentang 'sekali pakai'?"

Pipi Bryna memerah, tapi Tama yakin, egonya terlalu tinggi untuk mengakui kesalahannya.

"Aku harus pergi sekarang, Tam."

"Begitu saja?"

Bryna berdecak.
"Jadi apa? Jelas-jelas kita tidak menemukan jalan keluar disini. Dan Sean sudah berisik dari tadi! Aku pusing!"

"Sialan, Bry! Apakah egomu menginginkanku berlutut untuk memohon padamu?"

Bryna hanya menggeleng sedikit.

"Kamu tahu tatto apa ini?"
Tama merentangkan tangannya, membiarkan Bryna melihat rajaman di tubuhnya dengan bebas.

"Phoenix?"

"Ya, aku sudah mengatakan padamu malam itu. Tapi tidakkah kamu tahu alasan kenapa aku menempatkan phoenix disini?"

Bryna menggeleng.

"Meskipun mati, phoenix bisa lahir lagi dari abunya sendiri."

"Fawkes." Sahut Bryna yang entah kenapa nyengir.

"Sorry?"

"Fawkes. Burung phoenix milik Dumbledore. Harry potter?"

Tama tidak mengerti apa yang dikatakan Bryna, tapi dia tidak peduli.

"Seperti mitos tentang Phoenix, seperti itu juga perasaanku padamu, Bry. Kupikir itu sudah mati dan hilang. Tapi tidak. Itu tetap bangkit dan masih tetap ada."

Bibir Bryna terbuka, mungkin terkejut dengan kalimat Tama.
Dan Tama sendiri tidak percaya bahwa bibirnya bisa mengeluarkan kata-kata selembut itu.

"Aku tidak mengerti, Tam."

"Aku juga tidak, sialan. Hanya tetaplah disini. Jangan pergi."

"Tama.."

Bryna membiarkan kalimatnya menggantung. Alih-alih melanjutkan langkahnya menaiki tangga ke lantai atas, Bryna berbalik arah dan nyaris berlari keluar dari rumah Tama.

"Kemana kamu?" Tama berteriak.

"Pulang!"

Pulang? Dan mengabaikan pengakuan Tama begitu saja?
Benar-benar brengsek.

Terlalu marah, Tama hanya bisa menanggapi dengan, "Baju?"

Bryna berhenti, tapi Tama tidak berniat mendekatkan jarak menganga diantara mereka.

"Kamu bisa membuang milikku, terserah. Dan kalau kamu keberatan pakaianmu kupakai, aku bisa melepasnya sekarang juga." Jawab Bryna, menantang.

Dari tengah tangga, Tama menatap kearah Bryna. Mengamati kaus kebesaran dan juga celananya yang dipakai Bryna dan membayangkan bagaimana Bryna melucuti pakaian dihadapannya dan berdiri telanjang disana.

Lidahnya gatal untuk menyuruh wanita itu melepas pakaiannya sekarang juga. Tidak masalah kan? Toh dia duluan yang menawarkan ini.

"Pulang sana. Laki-laki brengsek diluar itu benar-benar bajingan! Dia bisa membangunkan seisi komplek dengan klaksonnya yang sialan itu."

Bryna tidak mengatakan apa-apa lagi setelahnya. Dia keluar begitu saja dari rumahnya bahkan tanpa berbalik.

Brengsek!

Bisa-bisanya dia jatuh cinta pada wanita seperti itu.

Tunggu dulu, jatuh cinta?

Sialan.

Benar-benar sialan.

•°•

Note :

Sedikiiit lagiii..

Sabar gengs..

Btw, thank's, utk yang mampir & baca cerita ini.
Readersnya nambah trs, alhmdulillah, terimakasiiih..

Regrads, ulphafa.

Continue Reading

You'll Also Like

282K 11.3K 31
baca aja gw gabisa deskripsi in
1.4M 148K 46
Masa lalu ada di belakang, tertinggal bersama dengan segala pahit dan manisnya. Tapi kamu adalah masa depanku, dan saat tanganku ada dalam genggamanm...
77.1K 9.8K 80
Dafian Wiranata Dawson (Dafa) membenci saudara tirinya, Darian Wiratama Dawson (Darian) karena telah merebut cinta pertamanya dan membuat hidupnya di...
Karena Mu By .

Teen Fiction

3.2K 476 26
"Kehidupan itu pasti berwarna. Kalo masih abu-abu, warnain sendiri apa susahnya? Nih, gue ada krayon kalo lo mau minjem." . . . Start : 9 April 20...