Suami Settingan (PINDAH KE DR...

By Daiiiiii__

1M 15.1K 246

"Kamu harus menikahi saya." Irvin tersentak kaget. Namun, dengan cepat lelaki mengubah rautnya datar. "Terus... More

Prolog
1. Rasa Canggung
2. Tiga Serangkai
4. Pertanyaan Keramat
5. Harapan Terbesar
Spin Off
PENGUMUMAN

3. Reuni Sekolah

26.9K 2.2K 25
By Daiiiiii__

"Kenapa setiap bertemu dengan teman lama selalu saja pertanyaan yang sama keluar, kapan nikah?"

***

Tiga Serangkai
Eno, Ummi, Anda.

Eno Subakti : Kemarin gue dapat WA dari Bobby nih, kalau SMA kita akan mengadakan reuni 🙃

Aku : Terus? 🙄

Eno Subakti : Pergi yukss, gue kangen banget sama teman-teman SMA kita 😊

Ummi Kalsum : Ayokkkk, aku mau pergi dong. Kangen juga sama yang lain 🤗 Emang kapan, No?

Eno Subakti : Sabtu ini, okelah kita pergi 😁 Eh, Shalu lo gimana?

Aku : Nggak ah, gue malas!! 😶

Ummi Kalsum : Lho, kok gitu sih Sha?

Eno Subakti : Iya nih, nggak asyik banget lo

Aku : Bukannya gitu, tapi lo tahu kan. Mulut anak-anak yang lain 😑

Eno Subakti : Emang kenapa sama anak-anak yang lain? Masalah Arash?
Aku : Tuh, lo tahu. Gue malas dengar mulut-mulut kotornya anak-anak yang lain 😠

Ummi Kalsum : Astagfirullah 😱 emang anak-anak yang lain bakal ngomong kotor apa, Sha? Kalau gitu aku nggak mau ikut reuni ah. Nanti ikutan dosa, dengar kata-kata kotor 😥

Aku tertawa terbahak ketika membaca chat terakhir yang dikirim oleh Ummi, ada-ada saja kan yang ada pikiran sahabatku yang sholehah itu. Padahal maksud aku kata-kata kotor itu bukan dalam artian kotor benaran, maksud aku kan kata kotor yang akan keluar dari mulut-mulut mereka adalah tentang pengkhianatan yang di lakukan Arash dan Shakila padaku.

Bukan rahasia umum lagi, karena waktu Arash menikah dia memang mengundang teman SMA kami. Awalnya aku biasa saja namun ketika teman-teman SMA kami mulai menggosipkan tentang aku, Arash, dan Shakila. Aku mulai jengah dengan semuanya, bukan karena aku merasa mereka cuma kasihan padaku. Tetapi karena aku tak mau Shakila jadi bahan gosip mereka yang telah menjadi perusak hubungan antara aku dan Arash.

Walau memang itu kenyataannya, namun biar bagaimana pun aku sebagai kakak Shakila tak terima kalau adik aku disebut begitu oleh orang lain yang bahkan tak begitu mengenal kami dengan baik. Aku dan Shakila memang tak dekat seperti saudara kandung kebanyakan, tetapi aku sangat sayang padanya sama besarnya sayang aku pada bunda.
Lamunanku terhenti ketika bunyi ponsel tanda pesan masuk WA, aku melihat balasan dari Eno untuk chat terakhir yang Ummi kirim di grup kami.

Eno Subakti : Alay banget, Mi 😤 Maksud Shalu itu bukan kata kotor dalam artian yang sebenarnya, oon 😓 Tapi para penggosip itu akan membahas tentang Arash dan Shakila.

Ummi Kalsum : Ohaha 😅 Aku kira kata-kata kotor benaran, No. Ah udah jangan di pikirin, Sha. Siapa tahu anak-anak udah pada tobat 😀

Aku mendengus membaca balasan Ummi kembali, tobat apaan? Yang ada mereka akan menjadi-jadi kali. Tapi aku tak membalas chat Ummi, sebab aku sedang berada di kantor sekarang. Apalagi sepuluh menit lagi aku akan meeting dengan klien baru aku, seorang model terkenal yang akan segera menikah dengan pacarnya yang seorang anak pejabat negara.

Terbukti setelah beberapa saat kemudian pintu ruangan aku di ketuk lalu masuklah asisten yang selalu membantu aku selama ini, Ainun.
"Bu, klien kita sudah ada di bawah," beritahu Ainun dengan sopan.

Aku menganggukkan kepala. "Oke, Ai.  Bawa saja mereka ke ruang meeting. Sebentar lagi saya turun."

Ainun pamit undur diri, keluar dari ruanganku setelah Ainun menghilang dari pandanganku. Aku mengambil katalog yang biasa aku pakai untuk di perlihatkan paket-paket pernikahan pada klienku, kemudian aku keluar menyusul Ainun yang sudah lebih dulu menuju ke ruang meeting.

Begitu sampai ke ruang meeting aku langsung menyapa kedua orang yang akan menjadi klienku. "Selamat pagi Mbak Kinara dan Mas Galih," sapaku langsung begitu aku masuk dalam ruangan ini, meraka menyambut uluran tanganku dengan senyum sopan.

"Selamat pagi juga, Bu Shalu," balas mereka kompak.

"Mari, silahkan duduk."

Mereka duduk di depanku, kami lalu membahas apa yang yang mereka inginkan tentang konsep pernikahan sedangkan aku mencatat di buku note yang biasa aku pakai ketika membahas pernikahan mereka. Sambil terus melihat-lihat katalog yang aku bawa tadi, sedangkan Ainun sudah berlalu dari ruangan ini.

"Bisa nggak ya, katering dari rekomendasi dari saya saja?"

Aku tersenyum. "Boleh kok, Mbak. Nanti saya bisa ke restoran tersebut segera."

Kinara memberikan sebuah kartu nama sebuah salah satu restoran yang cukup terkenal, aku menerimanya lalu sejenak membacanya. Aku tersenyum meletakkan kartu nama tersebut di atas meja. "Baiklah, saya akan segera datang ke restoran itu secepatnya."

Mereka mengangguk kompak, karena tak ada lagi yang akan di bahas. Akhirnya mereka pamit pulang, aku mengantarkan mereka sampai depan kantorku.

"Ya udah, sampai bertemu saat fitting baju pengantin nanti ya, Mbak Shalu?"

"Iya, Mbak Kinara," aku menyambut tangan pasangan kekasih ini, "Kalau ada yang perlu di tambahkan lagi, Mbak bisa hubungi saya kembali."

"Pasti, Mbak Shalu, kalau begitu kami jalan dulu." Aku mengangguk, akhirnya mereka pergi dari kantor. Aku kembali masuk ke dalam kantor menuju ruanganku, ketika akan masuk ke ruangan aku berpapasan dengan Ainun di tangga lantai dua.
"Ai, tolong buatkan saya teh hangat ya lalu bawa ke ruangan saya."

"Baik, Bu."

Aku kembali melanjutkan jalan menuju ke ruanganku, begitu masuk ke dalam suara dering ponselku menggema di ruangan. Aku berjalan cepat kearah meja kerjaku mengambil ponsel yang tergeletak di atas meja, lalu melihat kearah layar untuk tahu siapa yang menelepon. Rupanya nama Eno yang muncul, dengan cepat aku segera mengangkatnya. "Halo," sapaku langsung.

"Halo, Sha, lo di mana?" tanyanya, membuatku memutar bola mata.
"Gue kan di kantor, ada apa menelepon?"

Terdengar cekikikan dari seberang sana. "Gue cuma mau bilang kalau lo harus ikut ke acara reunian sekolah kita."

Aku menghela napas lelah. "Udah gue bilang, gue nggak mau ikut."

"Ayolah, Sha. Masa lo biarin gue pergi berdua sama Ummi doang sih. Trio Angel's nggak akan ramai kalau nggak ada lo."

Bujukan yang Eno katakan membuatku mau tak mau menghela napas lelah kembali, entah sudah berapa kali aku menghela napas hari ini. Aku tahu berapa kali pun aku menolak, Eno akan tetap memaksa dengan caranya yang sampai saat ini tak pernah gagal sama sekali.

Terbukti ketika aku akan mengajukan penolakan kembali suara Eno lebih dulu terdengar. "Kalau lo malah mikirin apa yang mereka bakal katakan tentang lo dan keluarga lo, sama saja lo masih belum bisa move on di mata anak-anak yang lain dan itu makin membenarkan fakta kalau lo menghindari mereka semua di acara reunian ini, ayolah mana sahabat gue yang kuat dan nggak pernah mau dengarin omongan orang."

Lagi, aku menghela napas. Aku menutup mata sejenak sebelum membukanya. "Baiklah, gue ikut reunian," putusku akhirnya, terdengar pekikan senang dari Eno. Mau tak mau membuatku tersenyum tipis, aku benar-benar bersyukur punya Eno dan Ummi di hidupku.

***

Hari sabtu akhirnya tiba, aku sudah akan bersiap-siap untuk ke acara reunian sekolahku waktu SMA. Dengan gaun merah sepanjang mata kaki dengan model punggung terbuka, aku menatap pantulan aku di cermin. Sambil terus tersenyum aku menyapu make-up tipis namun dengan warna bibir yang merah menyala, rambut panjangku gulung ke atas membentuk konde kecil yang manis.

Setelah selesai aku yang akan bersiap mengambil heels juga tas tangan terhenti ketika sebuah ketukan pintu kamarku terdengar, aku menuju ke pintu lalu membukanya. Terlihat bunda berdiri di depan kamarku sambil terus tersenyum lembut menatapku dari atas hingga ke bawah secara bergantian.

"Cantik," kata bundaku membuatku tersenyum malu, bunda terkekeh senang lalu berkata kembali. "Eno dan Ummi sudah ada di bawah, Sha," beritahu bunda.

"Tunggu sebentar, Bun. Aku ambil tas dan heels aku dulu, ya." Tanpa menunggu jawaban bunda aku kembali masuk ke dalam kamar lalu mengambil tas dan heels kemudian berjalan keluar, bersama bunda beriringan turun ke lantai bawah. Sesampainya aku dan bunda di ruang tamu, aku melihat Eno dan Ummi sudah duduk cantik di sofa.

Begitu melihat aku dan bunda, Eno dan Ummi kompak berdiri lalu berjalan cepat kearah aku dengan senyuman lebar.

"Wah cantik banget, Sha," komentar Eno yang dibenarkan oleh Ummi yang berada di sampingnya sambil mengangguk semangat, aku menatap kedua sahabatku ini dengan senyuman tak kalah lebar. Eno malam ini juga cantik dengan gaun panjang warna silver dengan belahan dada yang cukup rendah sedangkan Ummi dengan pakaian syar'i berwarna salem dengan khimar warna senada lalu membalas komentarnya. "Kalian juga cantik kok."

"Iya dong, Eno gitu." Kami semua tertawa, tak mau berlama-lama aku akhirnya pamit ke bunda untuk segera berangkat.

"Kami pergi dulu ya, Bun."

"Ya udah, hati-hati kalian," ucap bunda. "Dan ingat jangan pulang kemalaman," sambung bundaku.
Eno dan Ummi memberi hormat pada bunda. "Siap, Bunda." Kompak mereka secara bersamaan, aku geleng-geleng kepala sedang bunda terkekeh geli melihat kelakuan konyol mereka berdua.

Setelah acara pamit-pamitan. Aku, Eno, dan Ummi berangkat ke acara reuni bertempat di hotel berbintang 5 di Jakarta Selatan dengan mobil Jaguar milik tunangan Eno. Bernama Abdullah Benzar.Ya, di antara kami bertiga hanya Eno yang punya tunangan malah tahun depan mereka akan segera melangsungkan pernikahan. Namun malam ini tunangan Eno tak bisa ikut dengan kami karena Abdu sedang dalam perjalanan bisnis di Kanada, sedang mobilnya di titip ke Eno.

Karena ingin terlihat keren, Eno sengaja membawa Jaguar milik Abdu. Tentu saja karena ingin pemer ke teman-teman kami di acara ini, selang dua puluh menitan kami akhirnya sampai juga. Aku turun di ikuti dengan Eno dan Ummi, kami berjalan beriringan menuju ballroom hotel yang sudah di sewa oleh panitia penyelenggara reuni.

Lantai delapan belas, tepatnya letak ballroom tersebut. Ketika kami masuk setengah ruangan sudah penuh.

"Banyak juga yang hadir," ucap Ummi sambil terus mencari teman-teman kelasnya dulu, kami memang beda kelas saat naik kelas XI SMA. Makanya setelah menemukan teman kelasnya berada di pojok sebelah kanan Ummi akhirnya pamit padaku dan Eno. "Gels, aku ke sana dulu, ya," tunjuknya, aku dan Eno mengikuti arah yang di tunjuk oleh Ummi. Akhirnya aku dan Eno menganggukkan kepala.

Setelah berpisah dengan Ummi, kini tinggal aku dan Eno berjalan menelusuri seisi ruangan. Beberapa kali kami terlibat obrolan singkat ketika berpapasan dengan teman yang kami kenal, kemudian berlalu kalau aku sudah tak nyaman dengan obrolan yang menyangkut Arash dan Shakila.

Aku beruntung punya Eno yang tak pernah meninggalkanku sedetik pun, padahal aku tahu ia juga kangen dengan teman-teman yang lain. Namun ia lebih memilih bersamamu selama acara reuni berlangsung.

"Hai.. Eno.. Shalu," sapa Lina dan diikuti oleh Icha, mereka berdua adalah teman kelas aku dan Eno waktu kelas X.

"Hai juga," balasku berbarengan dengan Eno.

"Kalian baru datang?" tanya Lina.
"Iya nih, lo gimana? Udah daritadi?" tanya Eno balik.

"Iya, udah daritadi," jawab Icha sambil tersenyum. "Gue dengar-dengar lo mau nikah ya tahun depan?" tanya Icha.

Eno tersenyum lalu mengangguk semangat. "Yup, benar banget. Tunggu saja undangannya." Memang kalau bicara soal nikahannya, Eno pasti akan semangat.

Lina dan Icha mengacungkan jempolnya. "Eh, kalau lo, Sha, kapan nikah?" tanya Lina tiba-tiba, pertanyaan ini bukan lagi hal yang luar biasa. Bahkan belum sejam aku di sini pertanyaan itu sudah di tanyakan padaku sebanyak empat kali. Tentu saja jawabanku masih sama yaitu.

"Kapan-kapan." Mungkin melihat gerak-gerikku mulai tak nyaman akhirnya Eno memutuskan untuk pergi dari hadapan dua manusia kepo ini.

"Oke, kalau gitu kita duluan, ya," pamit Eno pada Lina dan Icha, aku hanya menganggukkan kepala saja. Moodku benar-benar hancur. Setelah cukup jauh Eno bertanya padaku. "Mau makan nggak?" tanyanya setelah sempat ia menyimpan ponsel karena membalas WA dari Abdu.
Aku mengangguk. "Boleh kok, tapi gimana dengan Ummi?"

"Alah, nggak usah lo pikirin kok. Paling dia lagi sibuk temu kangen sama teman kelasnya." Lagi-lagi aku mengangguk.

Setelah sampai ke stan makanan, aku dan Eno siap mengambil piring sebelum suara menyapa kami. "Hai Eno.. Shalu," sontak aku dan Eno berbalik kearah suara dan melihat dua wanita dengan dandanan cukup menor, Lola dan Hani.

Eno tersenyum sinis. "Hai juga La... Han.." Sedang aku hanya menatap dengan angkuh pada mereka berdua.
Lola menatap kearahku lalu berkata. "Waw, lama nggak bertemu gue kira lo akan berubah jadi ramah. Ternyata lo masih saja angkuh ya, pantas saja Arash lebih pilih adik lo dan meninggalkan lo."

Kali ini bukan hanya tatapan angkuh yang kuperlihatkan namun tatapan dingin yang menusuk, aku paling tak suka kalau masalah pribadiku di urusi oleh orang yang bahkan tak begitu dekat denganku. Jangan salah kenapa aku tak suka pada mereka berdua. Fyi, Lola ini pernah menyukai Arash waktu aku masih SMA. Kami sempat bersaing namun ternyata Arash lebih memilihku, di situlah Lola menyebut diriku adalah musuh terbesarnya di sekolah dulu.

Lola begitu senang ketika mengetahui aku putus dari Arash, apalagi ketika ia mendengar kalau Arash ternyata berselingkuh dengan adik kandungku. Tambah senangnya ia, jangan tanya kalau Lola mendengar kabar itu darimana. Ia kan juga di undang waktu pernikahan Arash dan Shakila.

Mengetahui kalau aura dalam tubuhku sudah mulai panas, Eno segera menarik tanganku lembut untuk pergi menjauh dari Lola. Namun sebelum pergi ia berkata sinis. "Kalau ngomong tolong ya di jaga, lo nggak tahu hidup sahabat gue tapi seolah lo tahu segalanya!!" Menarik napas pelan Eno pun melanjutkan. "Masih mending Arash memilih adik Shalu daripada lo yang tahunya hanya urusi hidup orang lain, kayak kurang kerjaan saja."

Setelah mengatakan hal itu, Eno langsung membawaku berlalu meninggalkan Lola dan Hani yang terpaku di tempatnya berdiri.
Ternyata keputusanku pergi ke reunian sekolah SMA aku ini adalah kesalahan besar.

***

Continue Reading

You'll Also Like

2.6M 169K 58
‼️FOLLOW DULU SEBELUM BACA‼️ {FIRST STORIES ABOUT ACHILLES} Judul lama : Married to my ex-twin's Judul baru : Menikah dengan Kembaran Mantan-ku Star...
35.3K 2.1K 33
Bintang Wijaya Kesuma, seorang guru di salah satu SMA terfavorit di Jakarta. Otaknya yang pas-pasan membawanya menjadi guru sejarah yang lebih sering...
4K 78 75
gua jeneva magnoliva eleanora kisah hidup gua berubah ketika gua dijodohin dengan dosen sekaligus pacar dari sahabat gua gua orang ketiga diantara me...
1.1M 50.2K 47
(BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA) Warning! Mengandung unsur kata kasar! Harap bijak dalam memilih bacaan! Suatu hal yang paling buruk bagi Atlantik...