[KDS #3] Ma Belle Cible

By Fionna_yona

1.3M 61.4K 3.1K

Kehidupan seorang Bryan selalu menjadi sorotan publik. Karir sebagai aktor dan model ternama membuatnya didau... More

Wajib Baca
Prologue
1. Tawaran
2. Your Name, Please?
3. Good Night
4. New Problem
5. What On Earth is This?
6. Bryan Old Friends
7. Let's Go Home
8. Have a Nice Dream, Son
9. Knock Knock
10. Mission Complete
11. Inez Godiva Aleandra K. D.
12. Sleep Tight, Son!
Bukan Update
13. That's Not A Little Scar!
14. Two Go...
15. Ya Lord
16. Mine
17. The Same as You
18. The Hunter
19. Get Well Soon
20. He Should Die!
21. Bryan's Wish
22. Quarrel
23. So Troublesome
24. Rex Has Been Kidnapped
25. I'm Sorry Dad
27. Pamit
28. Minta Maaf?
29. Found Her
30. So..
31. Wrong Choose
32. Their Duty
33. I'm Sorry Bryan...
34. Don't Break Your Promise to Me!
35. The Truth
36. Get Along With...
37. Tabungan Masih Cukup...
38. I Trusted You
39. I Want You...
40. One Solve, One Problem To Go
41. Damn! Ryan!
42. Please, Help Me Dad!
43. Bersyukur...
44. Sudah Terbiasa
45. Mine
46. Teach Me More
47. Have a Nice Dream
48. Get Well Soon, Baby
49. Shit!
50. You're Gonna Be Okey
51. Take Care
52. He Doesn't Like It!
53. Their Trauma...
54. Zarvel's Anger
55. What Does She Doing?
56. I Just Do What They Want
57. I Wanna Sleep
Bukan Update #2
58. I'm Going With You
59. Semoga
60. The Punishment From Alexander
61. Bersiaplah
62. Tunggu Saja!
63. How Old Is Daddy?
64. I Definitely Like It!
65. Thank You Baby
66. I Will!
67. Jacob and His GF
68. Sibling Goals
69. Safe Flight, Bro!
70. When The Prince Got Sick
71. Their Anger! (part 1)
72. Their Anger (part 2)
73. Their Anger (part 3)
74. Semakin Hari Semakin...
75. Burn The House!
76. I Wanna Marry Her!
77. Come Back To Denspia
78. Revenge
79. Jacob has Wake up
80. I'll Wait For It
81. Get Your Hand Off!
82. Thank You So Much!
83. A Day With My Baby
Bukan Update! #3
84. Wedding Gown?
85. Wanna Have You To Myself
86. The Wedding (Part 1)
87. The Wedding (Part 2)
88. WTH?!
89. One Hours Left
90. Get Well Soon, Son
91. The Accident
92. Let's Play
93. The Payments
94. Luck or Not?
95. Bryan and His Subordinates
96. Get Well Soon, Brother!
97. Nostalgia
98. Bryan's Secret Memory
99. Long Night
100. Deal!!!
101. Pregnant
102. Promise
103. Samuel Aeganzio
104. Stupid Deals
105. A Clue
106. Just Wait!
107. Get Ready, Love
108. Counting The Payment
109. Like Father Like Son
110. Good Father
bukan update #4
111. I Will Protect Them!
112. Don't Say I Didn't Warn You!
113. Brothers Talk
114. Daddy is here
115. Well, She Already Is Fell In Love
116. Up To You
117. Little Fight, Lot Of Love
118. Don't Be Like Me
119. He'll Be Fine
120. That's Not Your Fault Dad!
121. One Princess And One Little
122. I Want...
123. The Party
124. The Last (Ending)
Perhatian!
Epilogue (Part 1)
Epilogue (Part 2-End)
Note alias Bukan Update #5
Extra Part - Dad's Princes
Spoiler All Sequel
Spin-off - White Day
Spin-off New Years

26. Die In His Hands

10.7K 490 20
By Fionna_yona

Bryan terbangun saat ayahnya berbisik di telinganya disusul sebuah kecupan di pelipisnya.

"Thank you..." itu yang Bryan dengar.

Alis Bryan berkerut. Dia membuka matanya perlahan dan menemukan mata ayahnya yang mengeluarkan sorot bersalah dan khawatir.

"How's your feeling?" Tanya Dario.

Bryan bergerak dan mengerang kecil.

"Sedikit sakit. Dan sepertinya akan bertambah menjadi pegal..." ujar Bryan sambil terkekeh kecil.

"Masih bisa bercanda. Aku hampir mati cemas karenamu Bryan!" Ujar Dario.

"Sorry Dad. Aku juga tidak menyangka panah itu akan mengenaiku."

"Kamu itu sudah tertidur selama empat jam walau seharusnya kamu tidak tertidur selama itu."

"Sesuatu mengenaiku selain panah itu Dad..."

Bryan melihat mata ayahnya sedikit melebar karena, terkejut.

"Dimana?" Sang ayah bertanya.

"Bawah telinga kananku. Entah apa itu, yang jelas rasanya seperti sesuatu menusukku, rasanya menyakitkan tapi, setelahnya aku tidak ingat apa-apa lagi.."

Dario mengangguk. Dia mengusap rambut Bryan. Caroline datang dan berdiri di sebelah Dario.

"Maaf Mom." Ujar Bryan.

Caroline menggelengkan kepalanya dan mengecup pipi Bryan.

"Terima kasih..." gumamnya di telinga Bryan.

Bryan terkejut. Belum selesai dengan itu, Ares datang dan mencium pelipisnya cukup lama.

"Terima kasih sudah menyelamatkan putraku..." bisik Ares.

Bryan mengernyit. Dia bangkit dari posisinya dan dengan segera Dario membantunya. Bryan duduk di atas ranjangnya. Dia menatap ketiga orang di ruangan itu dengan tatapan jengkel.

"Kalian bertiga menyebalkan!" Ujar Bryan.

Ketiga orang itu menatap heran ke arah Bryan. Bryan mengangkat tangan kanannya dan menunjuk Dario dengan jari telunjuknya.

"Dad berterima kasih padaku saat aku terlelap..." dia beralih menunjuk Caroline.

"Mom, mengucapkan terima kasih padaku juga..." lalu, dia menunjuk Ares.

"Grandpa juga sama..."

Bryan melipat tangannya di depan dadanya.

"Kalian ini kenapa? Dad itu ayahku, jelas saja aku menyelamatkannya. Apakah itu hal aneh buat kalian??? Atau kalian menganggapku orang asing?"

Bryan menggerutu kesal. Emosinya tiba-tiba saja naik dengan cepat dan membuat Dario, Caroline dan Ares terkejut. Bryan mengatur napasnya yang berantakan. Dia masih merasa kesal. Dario melingkarkan tangannya di dada Bryan dan sebelahnya lagi dia letakan di kepala Bryan. Dagunya dia letakan di puncak kepala Bryan.

"Maaf." Ujar Dario.

"Kami bukannya menganggapmu orang asing Ryan. Tapi, wajar kan kalau kami berterima kasih padamu. Kamu masih muda tapi, kamu berani menyelamatkan aku Ryan. Aku patut berterima kasih dan berbangga hati memiliki putra sepertimu." Lanjut Dario

"Seperti Dad tidak akan melakukannya saja! Dad juga pasti akan melakukannya kalau grandpa dalam bahaya dan Dad mengetahuinya. Iya kan?"

"Hn. I will..."

Bryan diam. Dario masih berada di posisinya, tidak berubah sampai deru napas Bryan kembali tenang.

"Sudahlah..." ujar Bryan akhirnya.

"Ngomong-ngomong... mereka Dad apakan?" Tanya Bryan.

"Hm?"

"Pelakunya, Dad apakan?"

"Oh.. aku tembak dengan pistol yang kamu selipkan di pinggangmu.."

Mata Bryan melebar kaget. Untung saja pelakunya ada di luar dan cukup jauh dari mereka. Jika tidak, mereka akan ikut tewwas bersama dengan pelakunya. Bryan hanya meneguk kasar ludahnya dan terdiam sejenak.

"Sudahlah. Kamu lebih baik tidurlah lagi." Ujar Dario dan Bryan hanya mengangguk. Dia memiringkan badannya dan berbaring di tempat tidur itu. Bryan memejamkan matanya kembali.

------------

Two month later at Dimitry's Mansion,

Bryan menepuk bahu adiknya pelan. Membuat sang adik menoleh.

"Apa kabar?" Tanya Bryan.

"Biasa aja. Kaki gue aja masih gini. Tangan gue juga sama."

"Yang penting lo sehat Rex." Ujar satu suara lagi dan Bryan mengangguk.

"Hey, kak Bryan." Sapa anak itu pada Bryan

"Hai, Rey. Lo udah nggak pa-pa?"

"Masih sakit dikit tapi nggak parah kok. Tergantung dianya aja sih." Ujar Rey sambil menunjuk kakak kembarnya.

"Jangan macem-macem lo! Yang sakit bukan lo doang, gue juga!" Ujar Rey mengancam.

Mereka bertiga terkekeh bersama. Rey merangkulkan tangannya ke pinggang Rex dan membantu kakaknya berdiri.

"Ayo makan, udah dipanggil sama Mom" ujar Rey.

Ketiga anak itu memasuki mansion besar itu. Mereka berjalan menuju ruang makan. Bryan membuka pintu ruang makan dan membiarkan Rex dan Rey masuk lebih dulu.

"Rex!" Panggil Ren dengan girang.

"Akkhh!" Ringis Rex dan Rey lantaran Ren lupa dan menepuk tangan kiri Rex yang patah.

Sontak saja Ren mendapat jitakan maut dari Daverick dan membuat semua orang tertawa. Daverick langsung membantu Rex ke tempat duduknya sementara Rey masih meringis kecil sambil mengusap tangan kirinya, berusaha meredakan nyeri di tulangnya.

Plakk!

Bryan merasakan nyeri yang teramat pada luka di punggungnya. Luka itu seperti digores kembali. Bryan hanya bisa meringis linu dan hampir terjatuh jika ayahnya tidak muncul di depannya.

"Lean!" Bentak Dario pada sahabatnya itu.

Bryan langsung saja menarik kemeja ayahnya dan merematnya guna menyalurkan rasa nyeri di punggungnya.

"Ayo ke kamar!" Ajak Dario.

"Tunggu sebentar Dad... masih nyeri..." ujar Bryan pelan.

Dario membawa Bryan ke kamarnya setelah rasa sakit itu sedikit berkurang. Dia membantu Bryan mengobati lukanya dan juga mengganti pakaiannya.

"Masih sakit?" Tanya Dario

"Sedikit. Tidak apa Dad. Nanti juga hilang. Ayo turun! Kasihan yang lain lama menunggu kita."

Dario mengangguk dan mereka turun ke bawah. Keluarga besar itu mulai memakan makanan mereka dengan tenang. Sangat tenang. Tapi siapa sangka di balik ketenangan itu terdapat iblis yang tengah terlelap.

Pepatah mengatakan "jangan bangunkan iblis yang sedang tertidur!" Karena itu, jangan pernah mengusik keluarga besar itu. Karena jika satu saja dari mereka terusik, maka seluruh iblis itu terbangun dari tidurnya. Itu mereka,

The Daemoniorum Family!

.........

A few days later,

"Kak, dipanggil Dad ke ruangannya." Ujar Rey pada Bryan saat dia baru kembali dari ruangan ayahnya.

Bryan mengerutkan keningnya sejenak. Akhirnya dia mengangguk. Bryan langsung berdiri. Dia menunggu sampai Chea dan para gadis kenbali ke meja mereka.

"Kamu mau pergi?"

Bryan mengangguk kecil dia mengambil alih bawaan gadis di sebelahnya dan meletakannya di atas meja.

"Aku ke tempat uncle sebentar. Kamu disini saja dengan mereka. Leon akan mengantar kamu ke kelas nanti." Ujar Bryan.

"Eh? Aku bisa ke kelas sendiri kok. Kelas Leon itu berlawanan arah sama kelasku."

"No. Leon akan mengantarmu ke kelasmu, Baby."

Gadia itu baru saja mau menolak tapi, tangan Leon menepuk bahunya pelan. Gadis itupun menoleh menatap Leon.

"Gue anter. Lo kan bagian dari kita sekarang. Gue anter aja nggak apa. Daripada lo digangguin sama tante-tante girang." Ujar Leon.

Akhirnya gadis itu hanya mengangguk saja. Dia tidak bisa menolak kalau dua sosok di depannya sudah berkata begitu, kan?

"Ya sudah. Aku kesana dulu. See you at noon Baby." Ujar Bryan sambil mengecup pelipis gadisnya.

Bryan berjalan keluar dari kantin dan menyusuri koridor menuju ke ruangan Daverick. Mata Bryan menangkap mobil sang ayah yang terparikir di lapangan parkir. Dari atas sini Bryan bisa melihat jelas mobil milik ayahnya terparkir apik disana, tepat di sebelah mobilnya. Bryan sampai di depan ruangan kepala yayasan. Dia mengetuk pintu di depannya.

"Masuk." Suara Daverick sang paman terdengar dari dalam.

Bryan membuka pintu itu dan masuk ke dalam. Dia melihat ayahnya berdiri disana. Ada ibunya juga disana dan sedang duduk di sofa.

"Ada apa?" Tanya Bryan to the point.

"Ayahmu ingin bicara padamu." Ujar Daverick dan Bryan mengangguk saja.

Bryan menunggu ayahnya berbicara. Sedangkan Dario malah sibuk menatap putranya dari atas sampai ke bawah dan kembali lagi ke atas.

"Aku dengar kamu baru berkelahi dua bulan yang lalu." Ujar Dario.

"Memang."

"Kenapa berkelahi?"

"Kenapa Dad baru bertanya sekarang?"

"Bryan! Aku sedang bertanya!"

Bryan diam saja. Dia malas menanggapi ayahnya kalau sang ayah sedang emosi seperti sekarang.

"Karena seorang wanita, benar?"

"Gadis Dad. Ralat ucapanmu itu..." protes Bryan pada ayahnya.

Daverick memilih mengambil minuman untuknya sekaligus tersenyum melihat putra dari sahabatnya sangat amat mirip dengan sahabatnya dulu. Dario menatap jengah ke arah Bryan.

"Jadi, benar karena gadis itu?" Tanya Dario.

"Bisa dibilang begitu, bisa juga tidak."

"Apa maksudmu?"

"Aku tidak akan memulainya kalau dia tidak menyentuh gadisku. Dia melukainya!"

"Gadismu, hm?"

Bryan menatap ayahnya. Caroline masih duduk dengan santai sambil memainkan ponselnya. Daverick cukup menonton saja apa yang terjadi di depannya.

"Kamu baru bilang dia gadismu. Memangnya sudah sampai seserius apa kamu padanya?"

"Dad tidak perlu tahu sekarang, mungkin nanti. Yang aku mau tanyakan Dad memanggilku kesini untuk apa?"

"Untuk bertanya tentang gadis itu tentu saja! Kapan kamu bertemu dia. Aku dengar dia mendaftar kesini sendirian, tanpa wali dan dia tidak bekerja. Siapa yang membiayai sekolahnya disini?"

"Menurut Dad?"

"Kamu."

"Kalau Dad sudah tahu jangan bertanya Dad.."

Dario menatap putranya dengan sedikit terkejut. Bryan sendiri hanya menanggap itu hal biasa.

"Sudah ya Dad. Aku mau kembali ke kelas." Ujar Bryan sembari berbalik hendak keluar dari ruangan itu.

"Kamu mengerjakan hal itu lagi Bryan?" Tanya Dario membuat langkah kaki Bryan terhenti.

"Mengerjakan apa?"

"Jangan pura-pura bodoh! Kamu bekerja sebagai pembunuh bayaran lagi?!" Tanya Dario sedikit keras.

"Hn. Aku mengerjakannya."

Bryan terkejut saat sang paman tiba-tiba memeluk dirinya dengan sebelah tangan seperti melindunginya dari sesuatu.

"Yo! Jangan emosi dulu!" Ujar Daverick.

Bryan membalikan badannya dan melihat ayahnya tengah berdiri disana dengan wajah penuh emosi. Tangan Daverick sang paman masih berada di pergelangan tangan Dario. Mencekal tangan itu untuk sampai ke Bryan.

"Minggir Luce!" Usir Dario.

Daverick menggelengkan kepalanya. Daverick terlalu khawatir pada keponakannya. Dia takut sahabatnya gelap mata dan melakukan sesuatu pada keponakannya yang akan berakhir dengan penyesalan Dario sendiri nantinya.

"Minggir!!!" Dario menghempas tangan Daverick.

Bryan hanya bisa diam dan tidak berbuat apapun jika ayahnya menghajar atau menghabisinya saat ini. Terlebih sang ibu juga masih tetap diam di tempatnya.

"Daripada kau mati di tangan mereka lebih baik aku yang membunuhmu dengan tanganku sendiri!!!"

Continue Reading

You'll Also Like

192K 6.4K 23
Yena mendapati ayahnya menjual kakaknya di sebuah pelelangan gadis gelap yang diselenggarakan oleh kelompok mafia terbesar De la Cruz hanya untuk men...
331K 12.4K 25
"Kamu penuhi kebutuhan saya di ranjang, saya penuhi kebutuhan foya-foya kamu." "Dasar cowok sintingggg!" ••• Dilarang pulang malam malah pulang pagi...
1.7M 19.9K 3
Bau badan Olivia tak kunjung mereda. Semua aktifitasnya terganggu akibat penyakit aneh yang baru-baru ini menderanya. Hingga datang hari dimana ia be...
907K 54.7K 91
Cerita ini seri kedua dari Dimitra series. menceritakan putra kedua keluarga Dimitra yang berprofesi sebagai Chairman dari perusahaan besar milik kel...