GURU NGAJI ANTO [ON GOING]

By jsztet

238K 5.3K 399

#1 MenxMen [8/8/2018] Berkisah tentang Anto yang sedang berusaha menjauhi dunia pelangi yang selama ini membu... More

1; Kerinduan Ustadz Malik
2; Rahasia Ustadz Gofur
3; Dosa Anto
4; Hari Baru di Pesantren
5; Tampannya Ustadz Malik
6; Namanya Gofur Ternyata
8; Sebuah Malam

7; Tergoda oleh Aji

20.5K 512 25
By jsztet

Memang benar apa yang dikatakan oleh pepatah, jangan hanya menilai buku dari sampulnya. Coba baca sedikit dalamnya dan memahami apa isinya, mungkin saja buku yang tampaknya tidak berharga menjadi lebih bernilai dan bermakna dari buku yang sangat indah tampilannya. Tak sedikit buku diluar sana memiliki makna yang sangat dalam walau hanya dengan tampilan muka yang tidak mengesankan, dan membuat kita enggan untuk membaca pada awalnya.

Begitu juga dengan kehidupan pesantren. Anto kira, kehidupannya akan menjadi stagnan, kelabu dan dipenuhi dengan orang-orang terbelakang yang mana mereka akan menjauhi orang-orang asing seperti dirinya. Namun yang dia rasakan justru sebaliknya. Kehidupan yang dirasakan olehnya, sedikit demi sedikit berubah menjadi lebih dinamis dan menyenangkan.

Teman kamarnya yang awalnya sangat acuh kepada dirinya berubah menjadi rekan sepermainan yang menyenangkan. Sama-sama dari tempat jauh membuat hubungan mereka sangat rekat dan mudah untuk tersambung satu sama lain. Dan hal ini tak lepas dari peran Aji di dalamnya, orang yang pertama kali melelehkan batu es yang menghalangi Anto dengan rekan sekamarnya.

"Perhatian, rekan-rekan semuanya" gema suara Anto ketika semua anak sudah berkumpul di dalam kamar sehabis makan siang. Gema suara itu membuat semua kerusuhan yang terjadi menjadi hening seketika, dan membuat semua mata tertuju kepada Aji yang kala itu menggemakan suara dan mengangkat tangannya tinggi-tinggi.

"Terima kasih atas perhatian rekan semua. Kali ini saya akan menyampaikan beberapa hal, terkait dengan ruangan kamar asrama kita ini. Yang pertama, Alhamdullilah kita mendapat apresiasi yang tinggi dari ustadz Arifin mengenai kebersihan dan kerapian kamar kita. Beliau menyampaikan hal tersebut kepada saya tadi ketika hendak mandi, beliau mengatakan bahwa ruangan kita ini patut dijadikan sebagai contoh oleh santri lain yang tinggal berdampingan dengan kita. Dan oleh sebab itu, sudah layaknya kita mempertahankan prestasi kita dalam menjaga kebersihan dan kerapian kamar kita" ucap Aji.

Ucapan Aji tersebut kemudian disambut oleh sorak-sorai para penghuni kamar, termasuk Anto yang pada saat itu sedang duduk di kasurnya. Aji lantas tersenyum mendengar sorak-sorai tersebut dan kemudian dia memberikan instruksi untuk mengheningkan kegaduhan yang ada,"Kemudian, yang kedua. Sebagai rekan sekamar, alangkah baiknya jika kita mengenal satu sama lain dengan baik untuk memperat tali silaturahmi yang ada diantara kita. Maka, oleh sebab itu, saya mengajak Anto untuk memperkenalkan dirinya kepada rekan-rekan semua" ucap Aji sambil menatap ke arah Anto.

Anto terkejut. Dia tidak menyangka bahwa Aji akan dengan tiba-tiba menyuruh dia untuk memperkenalkan diri seperti itu dihadapan rekan-rekan sekamarnya. Diapun lantas gugup, dan dengan salah tingkah dia coba untuk berdiri di samping kasurnya mencoba untuk membuka suara dan memperkenalkan dirinya di hadapan semua orang.

"Assalamualaikum semuanya, selamat siang" ucap Anto gugup.

"Waalaikumsalam, siang" seru semua anak dengan serentak. Anto melihat beberapa diantara mereka tersenyum kearahnya dan membuat dia menjadi lebih tenang untuk memperkenalkan dirinya.

"Perkenalkan. Nama saya Ananda Tauriqh, tapi biasa dipanggil Anto. Saya berasal dari Jakarta, lahir dan besar disana. Di kesempatan ini saya ingin mengucapkan minta maaf, lantaran kemarin saya membentak atau kasar kepada beberapa diantara rekan semua yang berusaha untuk mengingatkan saya. Namun, tak ada niat untuk sengaja melakukan hal tersebut. Hanya saja, saya terlalu lelah di sepanjang perjalanan dari Jakarta menuju kota ini. Sekali lagi, saya minta maaf dan berharap untuk dimaklumi" ucap Anto dengan lugas sambil menatap ke semuanya dengan tatapan yang sendu.

Seseorang diantara mereka kemudian mendekat kearah Anto, orang tersebut kemudian mengelus punggung Anto dan berkata,"Hei, tidak apa-apa. Kami memaafkan kau kok. Wajar jika kau marah, karena kebetulan kau juga pasti sedang capek sehabis perjalanan yang panjang tanpa henti seperti itu. Dan ngomong-ngomong, perkenalkan, namaku Fajar" ucap anak itu kepada Anto sambil menjulurkan tangannya untuk bersalaman.

Anto menyambut tangan tersebut dengan senyum yang mengembang. Anak-anak lain juga tampaknya menjadi antusias untuk bersalaman dan berkenalan dengan Anto. Mereka lantas memperkenalkan diri mereka satu persatu dan menyebutkan asal muasal mereka, ada yang berasal dari Gorontalo, Madura, Borneo dan juga Padang. Dan seketika pula, dia merasakan menemukan sebuah keluarga baru yang sepertinya mengerti dan menerima perilakunya.

Dia melihat Aji yang sepertinya tak terlalu ikut campur dengan rekan sekamar lainnya yang tampak mengerubungi dia. Aji hanya memperhatikan dari tempat tidurnya sembari memantau sampai semua anak mendapatkan kesempatan untuk berkenalan dan bersilaturahmi dengan Anto. Dan setelah mereka puas untuk memperkenalkan diri dan berbicara sepatah kata kepada Anto, Aji lantas mengumumkan hal ini,"Baiklah. Semuanya tinggalkan Anto sebentar. Aku ada hal lain yang akan aku sampaikan" ucap Aji.

Semua anak kemudian tampak langsung menghadap ke arah Aji dan memperhatikannya dengan seksama,"Sepertinya, nanti malam akan ada pengajian sampai larut. Dan sebab itu, aku menyarankan kalian untuk segera beristirahat untuk mempersiapkan malam yang berat nanti" ucap Aji.

Anak-anak lainnya tampaknya langsung mengerti dengan ucapan Aji. Mereka lantas langsung kembali ke tempat mereka setelah berpamitan dengan Anto. Anto hanya bisa tersenyum membalas kesopanan serta keramahan mereka yang tinggi, dan hal ini membuat dia semakin menyesal karena telah berlaku kasar kepada mereka tempo hari. Dan dirinya yang masih penasaran lantas mendekat ke arah Anto,"Pengajian apa?" tanya Anto kepada Aji sambil mendekat.

"Pengajian untuk memperlancar bahasa arab kita, dan entah apalah yang akan diajari oleh para ustadz nanti. Tapi yang pasti, program ini diperuntukkan untuk anak-anak baru seperti kita ini" terang Aji.

Anto hanya mengangguk mendengar ucapan Aji tersebut, pertanda bahwa dia memahami apa yang diucapkan oleh Aji,"Ya sudah, kau istirahat sajalah sekarang. Jangan sampai kebablasan nanti, kalau bablas, bisa dimarahi ustadz Gofur seperti tadi" ucap Aji kepadanya.

"Siap boss" ucap Anto dengan memberikan hormat kepada Aji. Aji hanya tersenyum melihat perilaku Anto kepadanya ini dan melangkah keluar kamar setelahnya.

Anto lantas mengambil buku komiknya dan membacanya pelan-pelan. Di siang hari yang sejuk seperti ini, membaca komik dengan perut yang kenyang dan udara yang menyentuh kulit sepoi-sepoi membuat Anto dengan cepat terlelap. Lelapnya dia tidur membuat semua indranya terasa seperti mati rasa dan kaku, dia hanya mendengar ketenangan dan dengkur pelan dari sekitarnya.

Sebuah tangan kemudian mengguncangkan tubuhnya dengan agak kuat sembari memanggil namanya,"Anto. Woi, bangun! Sudah mau maghrib ini, kita harus siap-siap berangkat ke masjid" ucap suara tersebut. Anto yang masih terlelap dalam tidurnya itu urung bangun dari tidurnya dan membuat si empunya suara langsung menghantamnya dengan tindihan.

"Bangun woi" ucap suara itu.

"Astaga, kenapa sih? Aku lagi asik-asik tidur ini, ganggu yang lain saja sana" ucap Anto sambil menarik selimutnya.

"Jika kau tak bangun, ustadz Arifin akan keburu mengguyurmu dengan air panas nanti. Cepat, kita harus bersiap-siap ke masjid ini" ucap suara itu.

"Baiklah Aji, baik" ucap Anto sambil membuka matanya dan mulai bangkit dari kasurnya yang sangat nyaman itu. Tepat pada suasana seperti ini, dia kemarin-kemarin sampai di tempat ini dan merasakan suasana yang sama kembali.

Dengan agak malas, Anto lantas melangkahkan kakinya menuju kamar mandi bersama dengan Aji yang berada di sampingnya. Mereka berdua berjalan agak santai ketika menuju kamar mandi sambil melihat-lihat ke sekeliling asrama, tampak semua santri di Ibnu Sina sedang mempersiapkan diri mereka dan berlalu lalang di sekitar koridor asrama ini.

"Apakah setiap hari akan seperti ini, Ji?" ucap Anto membuka percakapan.

"Ya, sepertinya begitu. Tergantung santrinya juga sih menurutku. Jika kita cepat belajarnya dan dapat membaca semua surat dengan cepat maka kegiatan seperti ini akan diganti dengan kegiatan menyenangkan lainnya" ucap Aji sambil memandang ke arah Anto.

"Aku tak pernah tau kehidupan pesantren sebelumnya. Apakah semua pesantren akan seperti ini?" tanya Anto.

"Sepertinya tidak. Tidak semua pesantren menerapkan pengajaran seperti ini, mungkin hanya beberapa yang demikian dan yang lainnya tidak. Sebab, mungkin pesantren lain memiliki cara mereka tersendiri untuk mengajari anak didiknya tentang akidah islam" ucap Aji lugas.

"Duh, kau ini sudah seperti seorang ustadz saja. Cara menerangkanmu terlalu tinggi kudengar, aku seperti berbicara dengan kakak kelas saja sekarang" ucap Anto.

"Ah, biasa saja kok. Mungkin kau saja yang jarang bertemu dengan orang macam diriku ini" ucap Aji sambil masuk ke dalam lorong kamar mandi asrama mereka ini. Kamar mereka merupakan sebuah lorong, dimana setiap bilik kamar mandi berada saling berhadapan satu sama lain.

Aji lantas melihat ke seluruh kamar mandi tersebut. Dia kemudian menemukan hanya sebuah kamar mandi yang tersisa, yang lainnya sudah penuh diisi oleh santri lainnya yang sekarang sedang menikmati mandi mereka,"Kamar mandinya hanya tinggal satu sepertinya, yang lain sudah diisi" ucap Aji membuka suaranya.

Anto kemudian melirik kesana kemari memastikan ucapan Aji tersebut,"Benar katamu Ji, tak ada yang tersisa lagi. Kalau begitu, kau duluan saja yang mandi" ucap Anto kemudian.

"Terus bagaimana denganmu? Kau bisa terlambat loh, sebentar lagi akan maghrib" ucap Aji.

"Tak apa, kau cepat saja mandinya. Biar aku bisa gantian denganmu, lagipula mereka semua tidak akan selamanya di dalam bukan?" ucap Anto kemudian.

Aji kemudian menarik tangan Anto. Dia menarik Anto untuk masuk ke dalam bilik kamar mandi yang kosong itu dan membuat mereka mandi bersama,"Ya, sudah kita mandi bersama saja kalau begitu" ucap Aji kemudian.

Anto yang menyadari bahwa dia akan bugil di depan pria lain langsung bereaksi dengan ajakan Aji tersebut,"Tidak Ji. Hmm, kau saja duluan. Aku akan tunggu di luar" ucap Anto sambil berusaha untuk keluar dari kamar mandi itu. Namun langkah kakinya langsung terhenti ketika Aji langsung mengunci pintu kamar mandi itu dan membuka pakaiannya.

"Sudahlah, lagipula kita ini sama-sama laki-laki. Apa yang perlu kau takuti?" ucap Aji sambil membuka kaos yang dikenakannya. Dan ketika kaos itu terlepas sepenuhnya dari tubuh Aji, Anto dapat melihat tubuh Aji yang atletis. Dengan putting yang berwarna merah muda dan juga perut yang berbentuk kotak-kotak tipis, membuat Anto menelan ludahnya. Dia juga melihat tubuh Aji yang terang itu dimana di perutnya ditumbuhi oleh bulu-bulu halus yang menghilang dibalik celana yang masih dikenakannya itu.

Melihat Aji yang sudah membuka bajunya, membuat Anto juga ikut-ikutan untuk membuka baju yang dikenakannya. Dia membuka pakaiannya sambil tetap melihat bentuk tubuh Aji dengan mata nanarnya, dan untungnya dia tidak mengeluarkan air liurnya ketika menatap Aji yang berbadan atletis itu. Namun, dia kemudian mengkhawatirkan sesuatu.

Sesuatu yang sekarang ini bergerak-gerak di balik celana dalamnya. Sesuatu yang sudah mulai mengeras karena pikiran kotornya, pikiran kotor tentang tubuh Aji yang sangat menarik itu. Dengan cepat, dia berusaha menghilangkan pemikiran itu dan mulai untuk fokus untuk menghindari menatap Aji terlalu jauh dan lekat. Namun, bagaimanapun dia berusaha, hal itu tetap saja sia-sia.

Matanya tidak dapat menghindar untuk tidak menatap apa yang ada didalam celana Aji tersebut. Aji lantas membuka celananya persis di depan Anto dan menampakkan kelaminnya persis di depan mata nanar Anto. Anto melihat kelamin yang setengah berdiri itu terpampang nyata di depan matanya. Dengan urat-urat yang menghiasi kelamin itu serta bulu-bulu hitam memahkotai ujung kelamin Aji tersebut.

Anto menelan ludahnya dan menatap Aji.

"Kau kenapa? Tidak pernah melihat laki-laki telanjang sebelumnya?" ucap Aji dengan tenang sambil menggantung pakaiannya di gantungan yang ada di kamar mandi itu.

"K-Kau tak malu seperti itu di depanku?" ucap Anto terbata-bata.

"Kenapa pula harus malu? Kau juga punya kan? Ayo tunjukkan barangmu juga" ucap Aji sambil memaksa Anto untuk membuka celana yang sekarang dikenakannya.

Anto yang panik kemudian berusaha untuk menahan tangan Aji yang sudah membuka celananya tersebut dan menampakkan kelaminnya yang juga sudah setengah berdiri,"Sialan, punyamu bagus juga" ucap Aji dengan pelan kepada Anto.

"Apa maksudmu Aji?" ucap Anto keheranan setelah semua pakaian terlepas dari tubuhnya.

"Lihat ini punyaku,-" ucap Aji sambil memegang kelaminnya dan menunjukkannya kepada Anto.

"Punyaku hitam dan berurat tebal. Dari ukuran memang punyaku lebih besar dan tebal darimu, tapi punyamu terlihat lebih bersih dan putih dari punyaku. Semua wanita pasti menyukai punyamu itu, nto" ucap Aji sambil menjelaskan kepada Anto yang sekarang ini menelan ludahnya banyak-banyak.

"Ya, sepertinya seperti itu" ucap Anto sambil berusaha tersenyum dan tidak menunjukkan kehomoannya kepada Aji.

"Sudahlah. Sekarang lebih baik kita mandi, aku duluan kemudian kau. Jadi ketika aku sabunan, kau bilas. Begitu juga sebaliknya, mengerti?" ucap Aji sambil berjalan ke arah shower.

"Mengerti" ucap Anto sambil tetap menatap kelamin  Aji yang bergelantungan bebas ke kanan dan kekiri.

Aji kemudian membasuh tubuhnya dengan air yang mengalir deras dari shower tersebut dan membuat seluruh tubuhnya basah,"Anto, tolong kau sabuni dulu punggungku. Tanganku tidak bisa menggapai punggungku, bisa?" ucap Aji sambil memberikan sabun batang kepada Anto.

"Bi-bisa" ucap Anto.

Anto kemudian mengambil sabun batang itu dan mulai menggosok punggung Aji yang tampak berotot. Anto berusaha untuk menyabuni Aji sejauh mungkin, karena sekarang kelaminnya sudah mengeras sempurna dan sangat ingin dikocok olehnya. Jika saja Aji bukan teman sekamar dan sepermainannya, mungkin kelamin Aji sudah dihisapnya sekarang.

"Istigfar Anto, Istigfar" ucap Anto dalam hati sambil berusaha menenangkan dirinya yang sekarang menggosok tubuh Anto.

Continue Reading

You'll Also Like

146K 2.7K 9
Jordi pria metroseksual yang lelah dengan kehidupannya selama ini, dia punya segalanya, uang, sex, wanita, ketampanan, dia nemiliki semua itu. Namun...
1.1M 105K 32
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...
49.7K 1.2K 20
Toni yang merupakan seorang pekerja pijat ++ harus rela digagahi oleh Kang Ojol akibat tidak ada duit buat membayar ongkosnya. Benih benih cinta pun...
150K 2.4K 22
Lanjutan dari perjalanan Alfi dengan dunia liar nya bersama ayah tiri nya. Part ini akan di update hingga tamat. Baca season 1 terlebih dahulu yang...