Nothing Last Forever (Hate-Lo...

By ulphafa

581K 51.7K 1.4K

Bryna tidak ingin kembali ke rumah yang sudah ia tinggalkan selama 4 tahun belakangan. Dia tidak ingin kembal... More

Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua Belas
Tiga Belas
Empat Belas
Lima Belas
Enam Belas
Tujuh Belas
Delapan belas
Sembilan Belas
Dua Puluh
Dua Puluh Satu
Dua Puluh Dua
Dua Puluh Tiga
Dua puluh Empat
Dua puluh Enam
Dua puluh Tujuh
Dua puluh Delapan
Dua puluh Sembilan
Tiga Puluh
Tiga Puluh Satu
Tiga Puluh Dua
Tiga puluh Tiga (End)
Extra Part

Dua puluh lima

14.2K 1.3K 38
By ulphafa

I could try to fill the space with someone else tonight,
Aku bisa mencoba mengisi ruang dengan orang lain malam ini.
But I don't want to (I don't want to),
I don't want to.
Tapi aku tak mau (Aku tak mau)
Aku tak mau.
Right now, you know I miss your body,
Saat ini, ketahuilah aku merindukan tubuhmu,
So I won't kiss nobody until you come back home,
Jadi aku tak akan mencium siapa pun sampai kau pulang kerumah,
And I swear, the next time that I hold you,
Dan aku bersumpah, nanti aku akan memelukmu,
I won't let you go nowhere.
Aku tak akan membiarkanmu pergi kemanapun.
You'll never be alone,
I'll never let you go..
Kau tak akan pernah sendiri,
aku tak akan melepaskanmu..

(Nick Jonas Ft. Robin Schulz_
Right Now)

•°•

Tama merasa darahnya mendidih.
Ia menenggak habis minuman dihadapannya, meletakkan gelasnya dengan keras dan beruntung bahwa gelas itu tidak pecah. Dia tidak mau membuat keributan. Bukan karena apapun, tapi karena dia tidak yakin bisa mengontrol amarahnya sekarang.

Seumur hidup, Tama belum pernah meminta seseorang untuk menikahinya. Dan ia malah mengajak Bryna menikah. Dan wanita keras kepala itu menolaknya bahkan sebelum berpikir.
Brengsek!

Dengan marah, dia melihat kearah Bryna lagi. Ia tampak begitu cantik malam ini. Rambutnya yang sudah kembali ke warna hitam dibuat ikal dan ditata menyamping. Ia mengenakan dress hitam dengan bahu dan punggung sedikit terbuka, menampakkan kulitnya yang bersih dan halus. Dan Tama ingin memukuli semua mata laki-laki yang menatap terpesona padanya.

Ia mengepalkan tangan, menahan dorongan untuk tidak menerjang Sean yang berjalan berdampingan dengan Bryna, bergandengan tangan, dan tampak begitu serasi.

Kalau sore tadi dia hanya ingin menarik Bryna menjauh dari Sean, malam ini dia ingin memukuli laki-laki itu sampai babak belur jadi bubur agar tidak bisa dekat-dekat dengan gadisnya lagi.

Gadisnya.

Tama nyengir tanpa sadar. Lalu cemberut lagi. Dia pasti sudah gila sekarang.

"Hai, babe.." Sebuah suara dan sentuhan di lengannya membuat Tama menoleh.

Tama mengenalinya.
Wanita seusianya, mungil, memiliki tubuh berlekuk dan dada yang penuh, salah satu mantan partner one night standnya, Alin.

"Hai." Sapa Tama pendek.

"Sendirian?" Tanya Alin duduk di bangku kosong sebelah Tama.

"Seperti yang kamu lihat."

Alin menatapnya. "Aku merindukanmu, Tama."

Tama tersenyum, balas menatap Alin. Ia membutuhkan pelepasan dan pengalihan dari Bryna.
Dan sekarang, disampingnya, Alin menawarkan semua itu.

Alin mulai mendekatkan tubuh mereka, ia mengalungkan tangannya di leher Tama, lalu mencium bibirnya dengan terampil. Dan Tama membalasnya.

Alin antusias menyerangnya, tapi bukannya makin panas, sisa semangat Tama malah merosot. Dia melepas ciumannya, mundur sedikit dan bergumam, "Sorry, aku tidak bisa."

"Ayolah, Tam." Katanya merengek.

"Aku benar-benar tidak bisa."

"Aku sudah tidak menarik lagi? Ada yang baru?" Tanya Alin, tampak kesal dengan penolakan Tama.

Tama menggeleng. "Aku sedang tidak ingin main-main, Lin." Katanya, sungguh-sungguh.

"Aah, jadi cerita yang beredar akhir-akhir itu benar." Sahut Alin lagi, kali ini mengangguk mengerti.

"Apa?"

"Kamu jatuh cinta." Katanya.

Tama mendengus. "Ngaco. Bukan seperti itu."

"Jadi, seperti apa?"

Tama mengangkat bahu.

"Ya, kamu sedang jatuh cinta."

"Nggak." Sahutnya, tak kalah ngeyel.

Tak di duga, Alin malah tertawa. "Astaga Tama.." Dia mengelus pipi Tama. "Aku ikut bahagia. Sungguh. Jadi, apa masalahnya? Kenapa wajahmu seperti orang patah hati kalau begitu?"

Tama tidak mengerti kenapa Alin bersikukuh bahwa dia sedang jatuh cinta. Dia hanya tidak menginginkan orang lain, dia menginginkan Bryna. Itu saja. Bukan berarti dia sedang jatuh cinta pada wanita itu.

"Tam?"

"Hmm?"

"Jadi apa masalahnya?"

"Dia tidak menginginkanku."

Alin tertawa keras, membuat Tama mengerutkan dahi dan beberapa kepala menatap kearah mereka dengan penasaran.

"Jangan bercanda. Siapa yang bisa menolakmu?" Alin bertanya setelah menyelesaikan tawanya.

Tama tidak menjawab. Dia memilih untuk menoleh, menatap kearah Bryna lagi, yang masih sibuk bicara sambil tertawa dengan laki-laki yang bukan dirinya.

Sepertinya Alin mengikuti pandangannya, karena dia kemudian berkata, "Poor Tama."

Ya, dia tahu. Dan dia tidak ingin di ingatkan tentang itu sekarang.

"Butuh bantuan?" Tawar Alin santai. "Ayo kita buat dia cemburu. Lalu lihat bagaimana reaksinya nanti. Dia tidak mungkin mengacuhkanmu kalau dia memiliki rasa untukmu."

Tama menggeleng. "Tidak perlu. Dia tidak akan terpengaruh."

"Ayo kita coba dulu."

"Tidak perlu, Alin. Tapi terimakasih sudah menawarkan. Aku harus pergi." Katanya, berdiri, meluruskan jasnya, dan menjauh.

Apa yang ada di otaknya saat ia memutuskan untuk mengenakan setelan ini tadi? Berharap Bryna akan terkesan dan mau melihatnya?

“Bodoh.” Umpatnya pada dirinya sendiri.

Dia memutuskan untuk pergi sebelum lepas kendali dan mengamuk tanpa alasan yang jelas. Dia sudah tidak diperlukan disini. Pemilik GOR sudah melihatnya tadi, dan itu sudah cukup.

Dia sempat beberapa kali berhenti, menjawab singkat pertanyaan dari beberapa kenalannya, dan menghindar dari satu orang ke orang lain sebelum mencapai pintu keluar.

Dia menyempatkan diri mencari keberadaan Bryna di tengah kerumunan orang yang datang untuk peresmian. Tapi dia tidak menemukan Bryna. Mungkin Sean sudah membawanya ke suatu tempat yang lebih privat dan gelap.

Membayangkan itu membuat otaknya terasa hampir meledak saking marahnya.
Dengan kasar, ia membuka pintu keluar dan berjalan ke arah parkiran.

Tapi kemudian Tama menghentikan langkahnya tiba-tiba.

Ia melihatnya.
Bryna, Sean, Brenda, dan Nicko ada disana. Berdiri tak jauh darinya. Dengan Brenda berteriak-teriak histeris.

Beberapa orang menonton mereka secara terang-terangan, tapi sepertinya Brenda tidak peduli. Dia menunjuk-nunjuk Bryna, meneriakinya dengan kata-kata pedas dan penuh makian.

Nicko berusaha menghentikan Brenda, dan Sean terlihat siap membunuh. Tapi perhatian Tama tertuju pada Bryna. Dia diam, tidak mengeluarkan sepatah katapun. Tapi dia terlihat pucat dan hampir menangis sekarang. Jadi Tama berjalan mendekat, mengabaikan sekerumpulan orang yang melihat ini sebagai tontonan dan berbisik seru.

"Brenda! Ayo, pulang!" Nicko menyeret tangan Brenda dengan sedikit kasar, tapi Brenda melawan dengan gigih.

"Pulang kemana? Rumahku sejak kecil sekarang sudah jadi miliknya kan? Dia dan keluarga Sean sudah menebusnya. Aku punya apa sekarang, Nick? Ayah, Ibu, kamu dan semua orang selalu lebih memilih dia. Bryna yang baik, Bryna yang hebat, Bryna yang cerdas, Bryna, Bryna dan Bryna!"

Tama bisa melihat bahwa tampilan Brenda berantakan. Maskaranya luntur, matanya merah, dan dia sedikit sempoyongan. Dan Tama menyimpulkan bahwa Brenda terlalu banyak minum malam ini.

“Tidak puaskah kamu mengambil semua hal baik dalam hidupku, Bry?" Brenda mulai menangis. "Kenapa kamu datang lagi? Kamu hanya pulang untuk menghancurkan kebahagiaan kami!" Brenda berteriak lagi. "Nicko tidak pernah tenang sejak kedatanganmu. Dan sekarang dia menceraikanku! Puas kamu? Dasar pelacur! Fuck you, Bry!"

“Apa?” Bryna bersuara, bingung. Dan Tama yakin gadis itu benar-benar tidak tahu menahu tentang hal ini sebelumnya.

“Dasar murahan! Wanita nggak tahu malu! Dia wanita beristri, sialan! Dan kamu tanpa tahu malu mendekatinya! Pelacur! Kamu cantik, Bry, kamu bisa mendapatkan siapapun yang kamu mau. Tapi kenapa harus suamiku? Busuk!"

“Kita bicara dirumah.” Sean menengahi, tampak murka. Tapi Brenda tidak merespon ucapannya.

“Jahat kamu Bry! Kamu selalu ingin jadi yang terbaik. Tidak Kamu licik! Kamu bahkan bukan anak kandung mama. Dan aku membencimu! Sangat!"

Tama bisa mendengar penonton mereka memekik terkejut. Dia juga terkejut. Tapi sepertinya baik Nicko, Sean dan Bryna tidak. Jadi Tama menyimpulkan bahwa ini bukan berita baru untuk mereka.

“Brenda, STOP!” Nicko membentaknya.

Seperti kesetanan, Brenda bergerak cepat, ia menampar Bryna dengan keras dan meludahinya.

"Bitch!" Makinya.

"BRENGSEK!" Sean mengumpat keras.

Hening. Bahkan orang-orang yang melihat pertengkaran itu diam. Mereka menahan nafas, seakan takut tarikan nafas mereka akan mengganggu drama yang sedang terjadi.

Bersama Nicko, Sean menyeret Brenda menjauh. Masing-masing memegang sebelah tangan Brenda dan memaksanya pergi dari tempat ini. Meninggalkan Bryna berdiri memantung ditengah tontonan banyak orang.

"Dasar anak haram! Wanita busuk! Kamu akan mendapatkan karmamu Bry! Go to hell!" Brenda masih juga menyumpah.

Seharusnya Tama tidak ikut campur. Seharusnya ia hanya berdiri bersama penonton lainnya dan melihat apa yang akan terjadi nantinya.

Tapi tubuhnya bergerak maju, melangkah menjajari Bryna, meletakkan tangannya di bahu Bryna dan menariknya dalam dekapannya.

Bryna mendongak, matanya terkejut saat mendapati Tama memeluknya. Tapi ia tidak melawan. Jadi Tama membawa Bryna pergi dari sana. Tidak peduli dengan kerumunan yang semakin berbisik seru dibelakang mereka.

•°•

Note :
Terimakasih semuanyaaa..
Udah, gitu aja..

Regrads, ulphafa.

Continue Reading

You'll Also Like

25.1K 1.5K 74
menemukan keindahan dalam ketidaksempurnaan hidup
146K 18.2K 39
•Bittersweet Series 4• _____________ Tuntutan dari orang tua agar ia menikah membuatnya jengah. Ingin rasanya lenyap saja jika setiap harinya di sugu...
229K 23K 20
(Sequel of EPOCH) Hari itu menjadi sangat kaku, Ketika sepasang mata ini bertemu lagi denganmu.. Terpaku menatap senyuman yang tertuju padaku. Hai, A...
275K 29.8K 36
Siapa yang tidak mengenal Kalesha Pratista? Seorang desainer artwork kawat tembaga? Nama Kale membuat Kaffa Parves tergelitik untuk mencari tahu lebi...