THE WAR GALAXY

Від ParkSeRyung

20.8K 3.4K 2.2K

#Rank 25 in Superpower | 19-05-2020 #Rank 5 in scifi | 23-01-2019 #Rank 1 in Action | 26-12-2018 #Rank 3 in F... Більше

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31

Chapter 20

711 120 142
Від ParkSeRyung

🎶Playlist🎶

EXO - El Dorado
.
.
.
🚨Rules yg selalu dan perlu di ingat🚨
.
⚠Follow⚠
⚠Vote⚠
⚠Komen⚠
⚠Masukin Reading List⚠
.
.

"Aku tau kau marah tapi dimasa depan, kita akan hidup bersama dan aku berjanji kepadamu akan memperlakukanmu dengan baik. Jadi bagaimana kalau kau ikut dengan ku sekarang?"

"Mungkin sekarang kau menolakku tapi nanti jika aku memiliki penawaran yang besar dan menggiurkan. Aku akan datang kepadamu dan ku pastikan kau tidak akan menolaknya."

Suara Enzio terus bergema ditelinga Sinb membuat gadis ini tak dapat memejamkan matanya dengan benar. Ia lelah dengan segala pemikiran yang seolah bersahut-sahutan didalam kepalanya. Mencoba untuk memberikan banyak tanggapan tentang bagaimana ia harus menangani hal ini.

Dan kebingungan itu semakin menjadi tatkala ia dihadapankan pada pilihan. Haruskan ia mengatakan hal ini kepada Demian dan yang lain atau hanya menyimpannya saja? Sinb tidak tau dan sangat bingung.

---***---

Seperti perintah Czar, Enzio benar-benar datang ke Mozarky dengan Elliot tanpa sepengetahuan Tristan dan Nero. Sangat mudah baginya untuk sampai kesana dan sebelum masuk kedalam istana, Enzio bertemu dengan Jeisson yang terkenal ramah.

"Enzio, bagaimana kabarmu?" Jeisson memeluk Enzio dengan hangat dan Enzio membalasnya.

"Tentu sangat baik Kakak ketiga, bagaimana denganmu sendiri?" Enzio balik bertanya dan Jeisson tersenyum.

"Seseorang yang memiliki tanggung jawab untuk membuat seseorang menjadi baik, pastinya juga harus menjaga dirinya agar tetap baik." Jawab Jeisson yang membuat Enzio tertawa.

"Kau ingin bertemu dengan ayahanda?" Tanya Jeisson dan Enzio mengangguk. "Kalau begitu segera temu dia, aku akan kembali ke lab dan melanjutkan pekerjaanku. Jika kau memiliki waktu, aku menunggumu di tempatku." Lanjut Jeisson dan Enzio pun membungkuk.

"Dengan senang hati kakak ketiga." Ucapnya yang kini pergi meninggalkan Jeisson.

"Mari Pangeran Jeisson." Pamit Elliot sambil membungkuk.

Mereka berdua pun melewati lorong dinding berkilau yang nampak seperti emas itu. Elliot melangkah dibelakang Enzio sembari beberapa kali menoleh.

"Perlukah hamba mengamati Pangeran Jeisson?" Tanya Elliot sedikit berbisik kepada Enzio.

Enzio menggeleng. "Jangan membuat pergerakan yang tak perlu." Kata Enzio.

"Baik pangeran." Kata Elliot patuh.

Hanya butuh waktu beberapa menit untuk sampai di aula utama kerajaan Mozarky. Disana Czar sudah duduk disinggah sana dengan beberapa panglima duduk dan tentunya Pangeran Hellion bahkan Pangeran Gregor. Enzio sedikit mengirutkan keningnya saat merasa pertemuan saat ini tak biasa, formasinya begitu lengkap hanya untuk pembahasan sesuatu yang biasa.

"Yang Mulia, Pangeran Enzio menghadap." Lapor Enzio sambil menunduk.

"Duduklah!" Perintah Czar dan Enzio pun menurutinya, sementara Elliot duduk dilantai bersama pengawal lainnya.

"Kenapa aku mengumpulkan kalian disini?" Kata Czar sembari mengangkat sudut bibirnya, kemudian pria tua ini menghela nafas. "Selain membahas tentang tahta, aku juga ingin mengetahui tentang keturunan Lev yang masih tersisa. Sesungguhnya jika mereka akan menyerang Mozarky, itu tak akan berdampak apapun tapi sudah lama semenjak kerajaan ini tak memiliki kegiatan yang cukup berarti. Menghadapi mereka hanya untuk mengasah kemampuan kalian. Lagi pula, jika kalian berhasil menangkap para ksatria bersama keturunan Lev itu. Akan sangat bermanfaat untuk kerajaan, salah satunya kekuatan mereka untuk membentuk pasukan kuat. Kemudian keturunan Lev yang berasal dari bumi itu adalah 3 perempuan yang memiliki kekuatan besar untuk membuat portal, kita bisa memanfaatkan itu untuk mengirim pasukan ke berbagai planet dan menguasainya, jadi kalian harus bisa menakhlukan ketiganya dan jangan melukainya, kita masih sangat membutuhkan mereka untuk inti dari segala penyerangan di berbagai planet. Aku akan menyerahkan tahta ini kepada siapapun yang mendapatkan tangkapan lebih besar." Titah Czar yang membuat semuanya nampak berfikir.

"Kenapa kalian diam? Apa kalian tak menyetujui rencana ku?" Tanya Czar.

"Ampun Yang Mulia. Kami para menteri dan panglima, mendukung sepenuhnya keputusan Yang Mulia." Jawab mereka serempak.

"Bagaimana dengan mu Hellion?" Czar bertanya kepada pangeran pertama. Hellion tersenyum, menunjukkan sedikit ekspresi kelicikannya.

"Aku akan melakukan yang terbaik untuk mendapatkan tangkapan yang menguntungkan kerajaan ini Yang Mulia." Ucap Hellion yang terlihat begitu ambisius. Baik Gregor dan Enzio terlihat memandangnya tak suka.

"Bagaimana dengan mu Gregor?" Kali ini Czar bertanya kepada Pangeran keduanya.

"Tentu hamba akan menangkap semuanya yang bisa membuat kerajaan ini bertambah jaya." Kata Gregor dan Enzio terlihat tersenyum sambil mengangguk.

"Bagaimana denganmu Enzio?" Czar bertanya pada pangeran terakhir. Enzio tersenyum, menunjukkan ketampanan dan keramahannya.

"Ku rasa aku hanya akan membantu. Bukankah ini salah satu bentuk partisipasi Ayahanda?" Czar tersenyum untuk jawaban Enzio, sepertinya pria tua ini cukup menyukai putra bungsunya ini.

"Kau selalu memiliki pertanyaan untuk menjawab pertanyaanku." Guman Czar yang membuat Hellion mengirutkan keningnya tak suka dengan interaksi mereka berdua, sementara Gregor hanya tersenyum melihat kelucuan Enzio.

"Hamba tidak berani yang mulia, lalu bagaimana dengan Kakak ketiga dan Ke empat?" Enzio pun bertanya tentang partisipasi kedua kakaknya tersebut.

"Sepertinya mereka akan berada di kubu sepertimu. Jeisson masih harus menyelesaikan tugasnya dalam memperkuat pasukan dan Morfeo, ia lebih senang menghabiskan waktunya di medan perang." Terang Czar membuat Enzio mengerti.

"Jadi aku nyatakan perburuan dimulai! Beri tahu seluruh penghuni Mozarky." Titah Czar dan mereka pun menunduk.

"BAIK YANG MULIA!" Kata mereka serempak.

Setelah pertemuan berakhir dan titah Raja Czar telah diturunkan. Enzio memilih untuk pergi menemui selir Elyana Namora Teley. Wanita paruh bayah berparas cantik itu sedang menggunakan kekuatan telekinesisnya untuk menata beberapa perabotan kamarnya.

"Bunda..."Panggil Enzio dan Elyana pun membalikkan badannya, tersenyum bahagia menyambut kedatangan anak semata wayangnya ini.

"Bagaimana kabarmu Zio." Elyana selalu memanggil Enzio dengan nama kecil itu. Enzio datang dan memeluk sang bunda.

"Sangat baik, seperti yang bunda lihat." Enzio melepaskan pelukannya dan tersenyum hangat kepada Elyana.

Kemudian Elyana meneliti Enzio dari ujung kaki hingga ujung kepala.

"Apa yang kau fikirkan sampai kau berubah sekurus ini?" Elyana menatap putra semata wayangnya khawatir.

"Aku baik-baik saja bunda, tak perlu khawatir." Ucap Enzio.

Elyana menghela nafas panjang sebelum akhirnya menarik Enzio untuk duduk disampingnya.

"Apa kau tidak ingin mengatakan sesuatu?" Tanyanya, Enzio tersenyum kembali.

"Aku sudah menemuinya." Akui Enzio dengan wajah penuh ketertarikan. Jika semua orang memakai alat canggih untuk saling berbicara disini, maka ibu dan anak ini menggunakan telepatinya untuk saling berhubungan.

"Tapi pria tua itu membuat titah yang akan menyulitkamu." Sebuah fakta yang belum pernah terungkap. Elyana tak benar-benar berfikir untuk mencintai Czar sepenuh hati, kenyataan bahwa keluarganya adalah penghianat karena bergabung dengan 2 klan ksatria lainnya untuk mendukung Czar membuat dirinya di benci oleh masyarakat yang mendukung Lev. Karena sakit hati dan merasa direndahkan, Elyana pada akhirnya memilih untuk menerima permintaan Czar untuk menjadi selirnya meskipun usia mereka terpaut jauh.

Elyana memiliki tujuan dengan menikahi Czar, yaitu membuat keturunannya menguasai kerajaan Mozarky dan setelah itu membantai para kaum ksatria yang tersisa untuk membalaskan semua rasa sakit hatinya karena dituduh sebagai pengkhianat.

"Kurasa aku sudah memiliki penawaran, tapi aku belum memperjelasnya. Mungkin saat ini gadis itu sedang memikirkannya." Ungkap Enzio nampak begitu tenang.

"Benarkah? Aku berfikir kau tak harus lunak kepadanya. Secantik apa dia, sampai kau begitu berhati-hati?" Elyana tak pernah putranya bersikap seperti ini terhadap seorang gadis sebelumnya. Hanya dirinya yang cukup berpengaruh untuk Enzio sementara gadis lain? Sepertinya tidak, meskipun banyak Raja yang rela menyerangkan negerinya tanpa peperangan hanya untuk menyandingkan putrinya dengan Enzio. Mungkinkah Elyana cemburu? Karena belum ada yang bisa membuat Enzio memperlihatkan ketertarikan sebesar ini sebelumnya dan hanya bertemu sekali dengan gadis itu? Enzio sudah menunjukkan banyak hal.

"Bunda lebih cantik darinya tapi ia sangat-sangat cerdas. Aku hampir tak bisa menahan serangannya, ia memiliki 12 kekuatan yang di miliki klan ksatria, hanya saja dengan tubuh mungil separuh manusia itu...Ia tidak akan sanggup untuk menampungnya. Ayahanda sepertinya cukup memperhitungkan keturunan Lev itu, jika aku berhasil membujuknya tanpa perlawanan sedikitpun, ku rasa aku yang akan turun sebagai pemenangnya. Karena menurut Elliot, pusat kendali dari seluruh ksatria yang tersisa, ada padanya." Terang Enzio yang tentu cukup mengejutkan Elyana.

"Kurasa gadis itu cukup mengagumkan, aku tidak pernah menemukan gadis pembrani seperti itu kecuali Putri Anora." Akui Elyana.

"Mereka adalah cucu dari putri Anora bunda." Terang Enzio.

"Jadi, kapan kau akan memulai rencanamu? Aku ingin kau melakukannya dengan rapi, Hellion terlihat sekali jika mencurigaimu bahkan ia mengirimkan orang untuk mengikutimu." Elyana mencoba memperingatkan putranya ini.

Enzio tersenyum. "Bunda melupakan Elliot, apa yang tak bisa Elliot lakukan?" Puji Enzio kepada bawahannya itu dan Elyana mendesah.

"Kau harus bisa memenangkan pemburuan ini! Karena aku tidak suka dengan kegagalan." Pinta Elyana dan Enzio segera meraih tangan Elyana.

"Apapun itu bunda, aku akan memenangkannya." Ucap Enzio penuh keyakinan.

---***---

Dari pada berlatih di pusat kekuatan Baracky, Sinb memilih disebuah padang safana. Duduk bersila ditemani semilir angin yang menggoyangkan ilalang.

Matanya terpejam dan memusatkan fikiran pada satu titik.

"Angin...Air...Petir...Cahaya." Gumannya dan empat elemen ini pun mulai terbentuk.

Angin yang mulai berhembus tak beraturan, kemudian menggulung, air datang seperti air mancur yang membentuk formasi, berhenti mengelilingi Sinb, kemudian disambut dengan petir yang menyambar-nyambar, cahaya yang jatuh seperti meteor yang berkilauan melayang-layang.

Sinb pun memutar tanganlah. "Menyatulah!" Ucapnya yang kini berdiri dan elemen itu menyatu menimbulkan kemuruh yang begitu keras.

GLUGUG

GURRRR

"Membentuk bola!" Perintahnya dan dalam sekejab campuran elemen itu membentuk bola.

"Serang aku!" Dan elemen itu pu  menyerbu Sinb.

"Perisai ice!" Dan seketika tanah tiba-tiba membentuk.

"Belenggu akar dan tanah!" Tak hanya mengeluarkan perisai ice, Sinb bahkan menyekap dirinya dalam belenggu tanah beserta akar.

"Kontrol waktu!" Ucapnya lagi.

BLEENDDUMMM

Sinb meninjukan tanganya pada belenggu yang ia buat dan menciptakan ledakan yang tiba-tiba terhenti karena contol waktunya.

Tubuhnya melayang di angkasa dan memandang pemandangannya ini dengan nafas tersengal-sengal.

"Api!" Ia masih memaksakan dirinya untuk mengeluarkan api dari tangannya, mengarahkan pada elemen yang baru saja ia ledakkan.

BUUUMMMM

BLENDDDAAAARRRR

Tercipta sebuah kubangan besar disana dan Sinb terlihat begitu kelelahan.

"Ottokae? Hanya menyiapkan serangan seperti ini aku sudah kelelahan. Bagaimana jika dalam pertempuran nanti?" Sinb sangatlah risau melebihi dari siapapun.

"Kau hanya harus meningkatkan energimu."

"Siapa itu?" Sinb yang bingung, segera meneliti kesana-kemari.

"Baru kemarin kita bertemu Putri Reika dan sekarang kau melupakanku?"

Sinb melihat gumpalan awan yang membentuk sebuah wajah.

"Kau Enzio?" Tanya Sinb.

"Hoh, bagaimana dengan tawaran ku saat itu? Kau sudah memikirkannya?"

Suara itu seolah berasal dari awan tersebut tapi kenyataannya itu hanyalah sebuah perantara. Enzio menjadikan awan sebagai media untuk menghubungkan dirinya dengan Sinb.

"Kau pikir, aku akan mempercayainya?" Ucap Sinb sinis.

"Tidak apa-apa kau tak mempercayai ucapan ku tapi setelah ini kau harus merelakan banyak hal karena perburuan sudah dimulai. Berhati-hatilah."

"Kenapa kau mengatakannya kepadaku?" Sinb benar-benar tak memahami hal ini sama sekali.

Ditengah keingintahuannya yang memburu, Enzio tak membalas pertanyaanya membuat Sinb geram.

"Bedebah sialan! Katakan kenapa kau memberitahuku?" Bentak Sinb dan lagi-lagi tak ada jawaban membuat Sinb sangat marah.

Sinb menggenggam erat tangannya membuat bebatuan tiba-tiba terangkat.

Duar

Duar

Duar

Meledak saat melayang-layang dan tiba-tiba tubuh Sinb ambruk.

"Reika!" Demian datang dan segera meriah tubuh Sinb.

"Apa yang terjadi? Kenapa aku merasa jejak Enzio disini, kau tidak sedang berbicara dengannya kan? Bahkan malam itu?" Desak Demian dan Sinb hanya membisu. Ia masih sangat marah dan shock dengan ucapan Enzio.

"Reika!" Untuk kedua kalinya Demian berusaha memanggilnya. Barulah kali ini Sinb memandangnya.

"Demian..." Panggil Sinb lemah. Diam terdiam, seolah menunggu perkataan Sinb.

"Aku belum tau cara memperkuat tubuhku untuk menampung semua kekuatan ini tapi Enzio bilang mereka sudah bergerak. Apa aku harus menerima menawarannya?" Ucap Sinb membuat Demian terdiam.

"Kenapa kau berfikiran seperti ini?" Tanya Demian, pria ini nampaknya berusaha menahan kemarahannya.

"Agar semua orang selamat." Jawab Sinb dan Demian tersenyum sinis.

"Aku sudah mengatakan kepadamu jangan mudah dibodohi oleh Enzio! Dia licik dan kau begitu polos." Kata Demian dengan kesal, menggendong Sinb dan berjalan menuju blank space miliknya.

"Tapi Demian, aku tidak yakin kalau kita akan menang." Ucap Sinb pesimis.

"Itu menurutmu, bagi ku dan yang lain. Meskipun kemungkinan itu hanya sedikit. Kami akan tetap berjuang untuk yang sedikit itu." Demian masih menunjukkan keyakinan yang tak terpatahkan.

"Tapi jika kau ingin menyerah karena rasa takutmu atau mungkin karena Enzio memberikanmu penawaran untuk menjadi wanitanya. Kurasa lebih baik kita berpisah saja, kau dengan tujuanmu dan aku dan ksatria lain dengan tujuanku." Ucapan Demian kali ini benar-benar membuat Sinb tertohok. Demian cukup mengerti keinginan Enzio yang tertarik dengan Sinb dan ucapannya kali ini sesungguhnya karena ia merasa cemburu.

"Takut? Menjadi wanitanya?" Sinb memaksa dirinya turun dari gendongan Demian. Menatap penuh amarah sosok dihadapannya ini.

"Kau sama sekali tidak mengerti diriku! Aku memang makhluk bumi yang lemah! Tapi, aku tak serendah itu! Aku masih memiliki Jennie dan Mina yang harus ku jaga! Aku ingin mereka tetap hidup meskipun pada akhirnya aku harus lenyap." Kali ini mata Sinb berkaca-kaca dan berbalik meninggalkan Demian.

Menghilang? Jelas Demian tidak ingin Sinb menghilang!

"Karena itu kita lakukan bersama, kenapa kau cenderung mengorbankan dirimu sendiri? Apakah kau sekali saja pernah berfikir bagaimana perasaan ku!" Bentak Demian membuat Sinb berhenti. Ia tak menyangka Demian akan semarah ini.

Tunggu, sebenarnya siapa yang pantas marah disini sekarang?

Sinb membalikkan badannya dan menatap tajam Demian.

"Perasaanmu? Perasaan apa maksudmu?" Salak Sinb.

Wajah Demian memerah dan nafasnya tersengal-sengal.

"Apa? Kenapa kau diam? Apa kau baru sadar, jika semua misi ini adalah idemu dan aku pun melakukan apapun yang kau suruh tapi Demian seoptimisnya dirimu, cobalah fikirkan! Kekuatan mereka begitu besar dan kita tidak akan menang melawannya. Dari pada kita mengorbankan banyak orang untuk hal itu, lebih baik satu orang untuk mencapai semuanya."

"SUDAH KU KATAKAN TIDAK!" Teriak Demian.

"KENAPA TIDAK! Aku akan memutuskannya sendiri!" Putus Sinb yang kali ini berbalik dan tiba-tiba saja Demian ada dihadapannya.

"Minggir!" Usir Sinb tapi Demian masih diam, menatapnya intens.

"Minggir ku bilang atau aku akan mmmpphh."

Tanpa Sinb sangka, dengan gerakan cepat dan tak terduga. Demian menciumnya, bukan hanya sebuah ciuaman tapi lumatan yang intens dan cepat. Seolah berusaha membuat Sinb bungkam tanpa memberikan kesempatan untuknya berbicara.

Sinb shock, otaknya seolah berhenti berfikir. Ia tak tau harus melakukan apa untuk mengatasi tindakan ekstrim Demian ini.

Hingga akhirnya Sinb merasa kehabisan nafas.

"Deeemmmiian..." Sinb berusaha melepaskan dirinya dan Demian berhenti dengan berakhir dahi mereka saling menempel.

Tersengal-sengal. Saling menatap penuh kebisuan.

"Aku tidak ingin mengorbankan siapapun terutama dirimu." Lirih Demian dan Sinb merasakan hembusan nafas hangat Demian. Jika di bumi, aromanya seperti aroma mint.

"Kenapa?" Air mata Sinb sudah jatuh.

"Karena aku ingin melindungimu." Jawab Demian.

"Kenapa kau ingin melindungiku?" Desak Sinb yang masih tak mengerti dengan Demian.

"Karena aku menyukaimu." Akui Demian membuat Sinb menganga.

"Bu-kan-nya k-kau menyukai Aariona?" Sinb benar-benar tak dapat mempercayai ucapan Demian saat ini.

Demian tersenyum kemudian menggeleng. "Demi Yang Mulia Lev, aku menyukaimu putri Reika." Kata Demian yang kini menarik Sinb dalam peluknya.

Sinb masih termangu, tak mempercayai ini semua. Tiba-tiba melepaskan pelukan Demian, menatap pria dihadapannya ini penuh tanya.

"Kau masih tak mempercayaiku?" Tanya Demian dan Sinb menggeleng. Seketika Demian menjadi kesal sekaligus gemas.

Secara tiba-tiba menggendong tubuh Sinb.

"Hey, apa yang kau lakukan!" Pekik Sinb yang Demian gendong seperti model karung itu.

Mereka memasuki Blank space dan Demian meletakkan tubuh Sinb di kursi dan Demian tiba-tiba berjongkok dihadapan Sinb.

"Apa yang akan kau lakukan?" Tanya Sinb sambil menutupi tubuhnya dengan kedua tangannya.

Tapi kenyataannya Demian hanya mengacak rambut Sinb sambil kemudian meraih kedua tangannya dan menggenggamnya.

"Aku tidak tau kau menyukai ku atau tidak? Tapi biarkan aku melindungimu karena dengan cara itu aku bisa merasa senang." Kata-kata sederhana nan lembut Demian membuat Sinb terpana dan beberapa kali membisu.

"Jadi jangan pernah lagi berfikir untuk mengorbakan dirimu sendiri. Aku akan benar-benar marah kepadamu dan itu juga akan melukaiku, jika kau bisa mengorbankan dirimu demi saudaramu atau pun orang lain. Bisakah aku memohon kepadamu, berkorbanlah untuk ku dengan terus berada disisiku." Seketika air mata Sinb jatuh, tak pernah terfikirkan Demian sanggup mengatakan kata-kata semacam ini.

Tangan Demian mencoba menghapus air mata Sinb. "Jangan menangis, aku tak bisa melihatmu menangis." Ungkap Demian dan kali ini Sinb memeluknya.

"Deemmmian..." Lirih Sinb dengan terbata dan suara seraknya.

"Hmmm..." Demian membalas pelukan Sinb dan Demian membelai lembut rambut Sinb.

"A-aku ju-ga me-nyu-kai mu." Ungkpnya dengan terbata.

"Syukurlah..." Guman Demian yang kini melepaskan pelukannya.

Kini mereka saling berpandangan dengan senyum yang saling merekah sebelum akhirnya bibir mereka menempel. Saling melumat untuk menyalurkan semua kebahagiaan mereka yaitu tentang rasa cinta yang terbalaskan.

Siapa yang menyangka? Mereka dua karakter yang sama keras kepala dan suka berdebat akhirnya dipersatukan dengan alasan yang terpicu dari kekeras kepalaan mereka sendiri.

-Tbc-

Hi....Lama ya nggak update 😉

Ada yang merindu? 😂

Serius, aku rindu Demian 😳

Kalian rindu nggak? 😂

Vote x Komen

T H A N K S
🙏🙏🙏

Продовжити читання

Вам також сподобається

3.7K 974 14
Karena keasikkan membaca sebuah novel web genre romance sampai subuh, Keyluna lupa mengerjakan laporan praktikum miliknya. Setelah selesai mengerjaka...
20.2K 4K 46
Sihir. Satu kata yang familiar di kalangan para penggemar rumor fantasia. Kata yang selalu dikaitkan dengan sosok penyembah setan yang menguasai ilmu...
1.9M 148K 103
Status: Completed ***** Thalia Navgra seorang dokter spesialis kandungan dari abad 21. Wanita pintar, tangguh, pandai dalam memasak dan bela diri. Th...
Lovi Survivor Від Muhamad Syahrul Ras...

Наукова фантастика

3.8K 1.1K 52
apa yang kalian pikirkan tentang pandemi zombie? Pasti yang terbesit di pikiran adalah sebuah bencana di mana banyak sekali orang-orang yang ingin me...