Tetangga Baru (TAMAT)

Por BastianKers

56.5K 2.9K 122

Jadikan aku Aisyah yang mencintaimu seperti Nabi Muhammad walau terpaut jarak umur yang banyak. Dan jangan ka... Más

Prolog
Awal Pertemuan
Rezfan
Kecurigaan
Perempuan labil
Etika hidup
Guru menyebalkan
Jodoh? Ga mungkin.
Apa itu Cinta?
Terjebak cinta
Cinta Dalam Doa
Terjebak Cinta(2)
Tabir cinta
Cokelat
(Bukan) Pangeran Berkuda
Rumitnya Rindu
Menaruh Curiga
Kebohongan
Janji(?)
Perpisahan Or Pernikahan
Debaran
Makan Malam
Abi
Perkara Hati
Perkara Hati (2)
Tabir Cinta (2)
Pernah Kenal
Calon Mujahid
Kesepakatan
Kecewa
Letak Hati
Perpisahan
Perkara Hati (3)
Ambang
Bimbang
Believe or Not
Pergi
Riuh
Malapetaka
Merindu
Beranjak Pergi
Bayi itu pergi
Bye Bye

Luluh

1K 59 0
Por BastianKers

  Haloo..
Silahkan dibaca ya chapter ini. Jangan lupa Like dan Commentnya guys..
Maafkan karena banyak typo atau sahabatnya..
Semoga terhibur
👇👇👇

  

  ————————————————

  Dua minggu kemudian, Pak Rezfan pulang cepat, tadi dia pergi jam tujuh pulangnya jam sembilan. Aku yang masih membereskan dapur menjadi terkejut ketika mendapat kecupan serta pelukan hangat secara mendadak, ia datang tanpa salam.

  Aku menoleh sedikit ke arah wajahnya yang diletakkan di atas bahuku. Ia tersenyum. Langsung saja aku melepaskan kain lap yang dari tadi berada di tanganku.

  "Ada apa, Pak? Kok kayaknya senang banget?"tanyaku sambil meliriknya.

  "Saya bahagia"

  "Bahagia kenapa?"

  "Saya akan mewujudkan impianmu"

  Keningku berkerut. Langsung saja aku melepaskan tangannya dan berbalik menatapnya.

  "Impian? Yang mana?"

  "Kamu akan kuliah, Syiffa. Saya sudah mendaftarkan kamu di Perguruan Tinggi di tempat saya mengajar"

  Aku terdiam beberapa detik, setelahnya hanya senyum tipis yang nampak di wajahku.

  "Syiffa ga mau kuliah, karena Syiffa pikir, Syiffa pengen fokus menjadi seorang ibu rumah tangga yang baik untuk suami dan untuk anak"

  Dia berkacak pinggang sambil menatapku heran.

  "Tapi kan kamu pengen kuliah dari dulu, Syiffa. Lebih baik wujudkan sekarang, mumpung peluangnya masih besar"

  "Engga, Pak. Syiffa nyaman jadi ibu rumah tangga, yang setiap hari disayang sama Pak Rezfan, dan ga dipersulit sama tugas-tugas kuliah"

  "Syiffa, kamu yakin?"

  Tidak ada pilihan lain. Aku hanya bisa mengangguk pelan.

  "Syiffa, kalo kamu mau kuliah, saya akan bantu semua-semuanya"ucapnya. Dia tetap kekeh ingin aku kuliah.

  "Enggak, Pak Rezfan. Lagian kan Syiffa lagi hamil, Pak. Dan kuliah itu empat tahun untuk S1, bayangin di masa-masa sulitnya menjadi calon ibu menghadapi tugas-tugas kuliah yang numpuk?"

  "Saya akan membantu kamu, Syiffa"

  "Pak, kalo Pak Rezfan bisa ambil janin dari perutnya Syiffa terus bawa ke mana saja Pak Rezfan ingin bawa, itu lebih membantu Syiffa"ucapku lalu mengambil segelas air bening.

  "Maksudnya?"

  Aku memutar bola mataku lalu meneguk segelas air itu. Setelahnya, kami bertatap lagi.

  "Pak, usia tujuh bulan sampai dekat melahirkan itu adalah masa-masa sulit seorang calon ibu. Bayangkan kalo tiba-tiba Syiffa dapat tugas numpuk tiga mata kuliah dalam satu hari, dan besoknya diperiksa? Sedangkan saat itu Syiffa lagi sakit-sakitnya. Kebayang gimana sulitnya, Syiffa?"

  Dia mulai terdiam.

  "Syiffa udah nyaman menikmati menjadi seorang istri, biar kan Syiffa di rumah untuk mencari surga, Pak"

  Dia akhirnya mendekat dan memelukku.

  💞

  Katanya Pak Rezfan, Ibu akan pulang sebentar sore, akan ada syukuran habis Maghrib. Tapi, tidak ada yang menghubungi kakek. Nomor ponselnya tiba-tiba tidak aktif.

  Aku meminta izin pada Pak Rezfan untuk turun sendiri memberitahu kakek. Pak Rezfan tidak mengizinkan, dia ingin pergi berdua denganku, tapi pekerjaan menghimpitnya. Bisa ditebak dia akan pulang habis Maghrib juga.

  "Saya ga bisa izinkan kamu pergi, Syiffa"ucapnya saat aku merengek meminta izin.

  "Loh kenapa? Kan Syiffa pergi untuk memberitahu kakek. Syiffa yakin sebentar habis Maghrib Pak Rezfan akan takjub karena melihat aku datang bersama kakek. Ayolah, Pak, izinkan Syiffa ya?"

  Ku tunjukkan wajah sok imut di hadapannya. Mungkin saja hatinya masih tidak yakin soal sikap kakek. Tapi, aku yakin, kali ini kakek pasti akan luluh.

  "Entah kenapa saya tidak bisa izinkan kamu pergi"lirihnya.

  "Itu hanya perasaan nya Pak Rezfan. Insya Allah Syiffa akan datang bersama kakek"

  Akhirnya, setelah sekian lama aku merayunya, akhirnya aku mendapat izin. Dengan syarat diantar oleh orang kepercayaannya.

  Aku pun sampai di rumah kakek menjelang Maghrib. Sopir Taksi meminta izin untuk ke Masjid. Aku menyetujuinya. Lalu, aku pun memasuki pekarangan rumah kakek.

  Aku merasa lain memasuki pekarangan rumah ini. Setiap langkah kaki ku bertambah, maka semakin pula bertambah cepat pacu jantungku. Aku merasa akan terjadi sesuatu.

  Booom!!!!

  "ASTAGHFIRULLAH!!!" teriakku sambil termundur beberapa langkah dengan cepat. Semburan api keluar dari atap rumah kakek.

  Karena termundur secara mendadak, aku tidak bisa mengontrol tubuh sehingganya aku terjatuh.

  "KAKEK!!!!"

  Aku berdiri dan memanggil-manggil kakek. Tapi, beberapa detik kemudian, kakek tidak keluar. Aku yakin dia ada di dalam. Perasaanku bertambah cemas.

  Rumah kakek jauh dari perumahan. Aku menangis mengingat kakek sendiri di dalam. Ku pejamkan mata erat-erat. Dengan membaca bismillah aku pun memberanikan diri untuk masuk ke dalam rumah.

  Aku yakin, Allah akan menolongku dan kakek. Bismillah.

  Jujur saja, sebenarnya aku takut masuk ke dalam. Tapi, seperti ada dorongan untuk masuk ke dalam sini. Aku celingak-celinguk mencari kakek.
  Sesekali aku terbatuk karena asap nya tebal. Kaki ku melangkah mencari kakek ke dapur, dia tidak ada. Aku mulai membuka suatu ruangan. Ternyata kakek sedang melaksanakan sholat.

  Setelah aku nelihatnya salam, aku langsung menghampirinya.

  "Kakek, ayo kita keluar, rumah kakek kebakaran"ucapku sambil menarik tangannya.

  "Kamu kenapa ke sini?"

  "Kakek, kita harus keluar dahulu. Api di luar sana semakin besar!"

  Kami berdua sama-sama melirik api yang tergambar jelas di depan pintu kamar.

  Tanpa aba-aba, kakek langsung menarikku keluar. Dia tidak menarikku paksa, tapi lembut. Dia bahkan memakaikan sajadahnya untuk melindungiku.

  Tinggal melewati ruang tamu dan kami akan selamat sampai di luar nanti. Suara orang teriak-teriak ramai di luar sana. Aku dan kakek terbatuk-batuk.

  Brakk!!!

  "Astagfirullah" ucapku spontan saat kayu besar jatuh di hadapan kami.

  Tiba-tiba kakek melepaskan tanganku. Membuat aku berbalik dan mendapati betisnya tertancap paku. Ngilu rasanya.

  "Keluar lah, Nak. Selamatkan dirimu. Saya akan keluar setelah kamu selamat"lirihnya sambil menahan sakit.

  "Enggak, Kek. Kita harus sama-sama keluar. Syiffa ga akan keluar kalo kakek ga keluar"

  Brakk!!

  Sebuah lukisan jatuh tidak jauh dari kami. Ku tarik kembali tangan kakek lalu aku memapahnya pelan-pelan untuk keluar.

  Aku harus memperhatikan setiap sudut agar selamat dari kayu dan api. Orang-orang sudah nampak di hadapan kami. Aku sudah bernafas lega. Bahkan ada yang bergotong royong untuk mengambil air.

  Brakkk!!!

  "Aaa!!!!"

  💞

 
 

Kakek memekik hebat saat melihat Syiffa yang jatuh karna lehernya dihantam oleh kayu. Syiffa tidak lagi sadar. Kakek mencoba untuk membangunkan Syiffa, tapi Syiffa tidak sadar. Tepat saat Kakek membalikkan badan Syiffa, darah sudah tercecer di baju Syiffa.

  Di situlah Kakek paham bahwa Syiffa telah hamil. Kakek segera mengangkat tubuh Syiffa sesegera mungkin. Rasa sakit di betisnya sudah tidak dipedulikan. Ia hanya mau perempuan itu selamat.

  Kakek keluar dengan tertatih-tatih. Bapak-bapak yang melihat kakek langsung membantu kakek untuk menggendong Syiffa.

  Tepat, saat mereka keluar, ambulans dan mobil pemadam datang secara bersamaan.

  Kakek menghampiri salah satu suster yang baru saja keluar dari mobil.

  "Sus, tolongin cucu saya"ucapnya dengan tatapan cemas.

  Suster itu mengangguk lalu mereka pun menghampiri Syiffa yang masih tergeletak di atas tanah. Suster itu berteriak dan memanggil suster lainnya.

  "Dia pendarahan!!!! Cepat ke sini! Cito!!!"

  Kakek memperhatikan para suster mulai mengangkat Syiffa dan membawanya ke Ambulans, tadi juga sempat ia melihat Syiffa dipakaikan alat bantu pernapasan.

  Kakek sedih melihat keadaan Syiffa yang tidak sadarkan diri. Dia bahkan menitikkan air mata.

  Seorang suster melambat ketika melihat luka besar di betis Kakek. Ia pun menghampiri Kakek.

  "Maaf, Pak. Bapak juga sedang kesakitan, mari ikut saya Pak ke mobil. Sekalian Bapak temani cucunya"

  Kakek mengangguk.

💞

  Rezfan sedang mentartilkan bacaan Surah Ar-Rahman di ruang ICU. Setengah jam yang lalu ia ditelepon oleh orang rumah sakit perihal Kakek dan Syiffa. Ia tidak menyangka akan terjadi seperti ini. Ia hanya bisa berpasrah diri kepada Illahi.

  Syiffa belum juga bangun. Wajahnya pucat sekali. Selang infus masih setia kepadanya. Rezfan tadi berbincang dengan Dokter yang menangani Syiffa.

  "Ini sudah kedua kalinya dia pendarahan, terus terang saya takjub karena kandungannya sangat kuat, namun apabila sering terjadi pendarahan, saya takut Ibu Syiffa akan keguguran Pak. Jadi saya sarankan, mulailah menjaga istri Bapak dengan baik"

  "Iya, Dok"

  Rezfan menghembuskan nafasnya pelan. Ia menutup Al-Quran karena sudah selesai membaca. Digesernya kursi untuk lebih mendekat ke arah Syiffa.

  Digapainya tangan Syiffa, baru saja dia akan mengecupnya, tangan itu tiba-tiba bergerak.

  "Pak.."

  Rezfan tersenyum senang saat mendengar Syiffa memanggilnya, walaupun suaranya sangat pelan sekali.

  "Iya, sayang. Ini saya, bentar ya, saya panggilkan Dokter"ucap Rezfan lalu berlari keluar untuk memanggil Dokter.

  Setelah Dokter selesai untuk mengecek keadaan Syiffa, tinggallah Syiffa dan Rezfan berdua di ruang ICU.

  Syiffa tersenyum kecil. Lelakinya itu sedang khawatir makanya wajahnya datar melihatnya.

  "Syiffa itu ga apa-apa, Pak Rezfan. Lagian alhamdulillah baby selamat. Oh iya, gimana keadaan Kakek?"

  Rezfan melirik ponsel yang berada di atas meja samping brankar.

  "Dia tiba-tiba drop, sakit jantungnya tiba-tiba kumat lagi. Tapi, untungnya segera ditangani sama Dokter. Dari tadi dia menghubungi saya, mungkin sekitar sepuluh kali. Pesannya juga berentetan dari tadi. Isi pesannya sama semua, dia ingin tahu keadaan kamu"

  Syiffa tersenyum kecil. Rasanya dia senang. Lain halnya dengan lelakinya, ia sudah menatap intens Syiffa lalu duduk kembali di kursinya.

  "Kenapa senyum? Hm? Mengalami pukulan yang hebat di bagian leher dan pendarahan masih bisa senyum?"

  "Hey, Pak Rezfan. Jangan terlalu over lah sama Syiffa. Pukulan hebat di lehernya Syiffa, tapi kata Dokter ga menimbulkan akibat besar kan? Cuma rasa sakit doang. Dan pendarahan, alhamdulillah Allah masih menyelematkan bayinya Syiffa. Pak Rezfan, ga perlu sampe segitunya"

  Rezfan menghembuskan nafasnya pelan. Perempuan itu keras kepala sekali.

  "Kalau kamu mau nolongin orang lain, it's okey. Tapi, jangan sampai bahayakan dirimu sendiri"ucap Rezfan lalu memutuskan untuk keluar sejenak.

  "Syiffa nolongin Kakek bukan orang lain. Lagi pula Syiffa tulus. Dan seperti yang Pak Rezfan ketahui, Kakek sudah luluh karena kejadian ini. Ambil hikmahnya, Pak"ucap Syiffa sebelum Rezfan benar-benar melewati pintu.

  Rezfan berbalik, menatap lurus perempuan itu.

  "Maaf karena saya terlalu over sama kamu. Tapi ini karena saya sayang sama kamu. Saya ga mau kamu kenapa-kenapa"

  Syiffa tersenyum senang, namun air mengalir dari pipinya. Ia membuka lebar kedua tangannya. Rezfan yang sadar akan hal itu langsung memeluk istrinya.

  "Syiffa, janji, Syiffa akan turuti semua keinginan nya Pak Rezfan. Karena Syiffa juga saaayang sama Pak Rezfan"

  Rezfan melepaskan pelukan. Ia menggeleng sambil tersenyum tipis.

  "Jangan panggil saya Pak Rezfan lagi. Panggil saya Abang"ucapnya.

  Syiffa tertawa.

  "Baiklah, Abang"


———
Jazakumullah Khairan 🌹

Seguir leyendo

También te gustarán

237K 13.3K 32
Spin off: Imam untuk Ara cover by pinterest follow dulu sebelum membaca.... ** Hari pernikahan adalah hari yang membahagiakan bagi orang banyak,namun...
ALIF Por Ismaawtn

Espiritual

6.6M 462K 58
Apakah seorang anak Kiai harus bisa menjadi penerus kepemilikan pesantren? Ya. Namun, berbeda dengan seorang Haafiz Alif Faezan. Mahasiswa lulusan sa...
Hakim Por ul

Espiritual

1.3M 76.8K 54
[Revisi] Kalian percaya cinta pada pandangan pertama? Hakim tidak, awalnya tidak. Bahkan saat hatinya berdesir melihat gadis berisik yang duduk satu...
4.8M 290K 60
[ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] Hana di deskripsikan sebagai gadis nakal pembuat onar dan memiliki pergaulan bebas, menikah dengan seorang pria yang kerap...