Luluh

1K 59 0
                                    

  Haloo..
Silahkan dibaca ya chapter ini. Jangan lupa Like dan Commentnya guys..
Maafkan karena banyak typo atau sahabatnya..
Semoga terhibur
👇👇👇

  

  ————————————————

  Dua minggu kemudian, Pak Rezfan pulang cepat, tadi dia pergi jam tujuh pulangnya jam sembilan. Aku yang masih membereskan dapur menjadi terkejut ketika mendapat kecupan serta pelukan hangat secara mendadak, ia datang tanpa salam.

  Aku menoleh sedikit ke arah wajahnya yang diletakkan di atas bahuku. Ia tersenyum. Langsung saja aku melepaskan kain lap yang dari tadi berada di tanganku.

  "Ada apa, Pak? Kok kayaknya senang banget?"tanyaku sambil meliriknya.

  "Saya bahagia"

  "Bahagia kenapa?"

  "Saya akan mewujudkan impianmu"

  Keningku berkerut. Langsung saja aku melepaskan tangannya dan berbalik menatapnya.

  "Impian? Yang mana?"

  "Kamu akan kuliah, Syiffa. Saya sudah mendaftarkan kamu di Perguruan Tinggi di tempat saya mengajar"

  Aku terdiam beberapa detik, setelahnya hanya senyum tipis yang nampak di wajahku.

  "Syiffa ga mau kuliah, karena Syiffa pikir, Syiffa pengen fokus menjadi seorang ibu rumah tangga yang baik untuk suami dan untuk anak"

  Dia berkacak pinggang sambil menatapku heran.

  "Tapi kan kamu pengen kuliah dari dulu, Syiffa. Lebih baik wujudkan sekarang, mumpung peluangnya masih besar"

  "Engga, Pak. Syiffa nyaman jadi ibu rumah tangga, yang setiap hari disayang sama Pak Rezfan, dan ga dipersulit sama tugas-tugas kuliah"

  "Syiffa, kamu yakin?"

  Tidak ada pilihan lain. Aku hanya bisa mengangguk pelan.

  "Syiffa, kalo kamu mau kuliah, saya akan bantu semua-semuanya"ucapnya. Dia tetap kekeh ingin aku kuliah.

  "Enggak, Pak Rezfan. Lagian kan Syiffa lagi hamil, Pak. Dan kuliah itu empat tahun untuk S1, bayangin di masa-masa sulitnya menjadi calon ibu menghadapi tugas-tugas kuliah yang numpuk?"

  "Saya akan membantu kamu, Syiffa"

  "Pak, kalo Pak Rezfan bisa ambil janin dari perutnya Syiffa terus bawa ke mana saja Pak Rezfan ingin bawa, itu lebih membantu Syiffa"ucapku lalu mengambil segelas air bening.

  "Maksudnya?"

  Aku memutar bola mataku lalu meneguk segelas air itu. Setelahnya, kami bertatap lagi.

  "Pak, usia tujuh bulan sampai dekat melahirkan itu adalah masa-masa sulit seorang calon ibu. Bayangkan kalo tiba-tiba Syiffa dapat tugas numpuk tiga mata kuliah dalam satu hari, dan besoknya diperiksa? Sedangkan saat itu Syiffa lagi sakit-sakitnya. Kebayang gimana sulitnya, Syiffa?"

  Dia mulai terdiam.

  "Syiffa udah nyaman menikmati menjadi seorang istri, biar kan Syiffa di rumah untuk mencari surga, Pak"

  Dia akhirnya mendekat dan memelukku.

  💞

  Katanya Pak Rezfan, Ibu akan pulang sebentar sore, akan ada syukuran habis Maghrib. Tapi, tidak ada yang menghubungi kakek. Nomor ponselnya tiba-tiba tidak aktif.

Tetangga Baru (TAMAT)Where stories live. Discover now