My Stubborn Bride

By Mamak_Si_Agus

104K 10.3K 2.2K

Namjin (Jin GS) Yoonmin (Jimin GS) Taekook (Jungkook GS) Cast BTS Seokjin menjadi keras kepala akibat perj... More

M (Bagian 1)
Y (Bagian 2)
S (Bagian 3)
U (Bagian 5)
B (Bagian 6)
B (Bagian 7)
O (Bagian 8)
R (Bagian 9)
N (Bagian 10)
B (Bagian 11)
R (Bagian 12)
I (Bagian 13)
D (Bagian 14)
E (Bagian 15)
❤ (Bagian 16)
❤ (Bagian 17)
❤ (Bagian 18)
❤ (Bagian 19)
❤ (Bagian 20)
❤ (Bagian 21)
❤ (Bagian 22)
❤ (Bagian 23)
❤ (Bagian 24)
❤ (Bagian 25) Rahasia yang terungkap
❤ (Bagian 26) The Wedding
❤ (Bagian 27) Namjin
❤ (Bagian 28) Yoonmin
❤ (Bagian 29) Taekook

T (Bagian 4)

4.1K 473 62
By Mamak_Si_Agus


Namjoon tertegun kala matanya melihat sosok gadis dibalik tirai itu. Saat tirai dibuka, seluruh atensinya hanya tertuju pada sosok yang sedang berdiri tegak menatap wajahnya tajam. Detik tak dapat menghitung kala netra Namjoon tak berkedip selayaknya manusia normal. Terdiam tanpa kata, kepala ia gerakkan sedikit sebagai tanda instingnya tidak pernah salah. Gaun sederhana hanya sebatas lutut berwarna peach dengan bagian leher yang terlihat jelas,  menonjolkan bahu nan menawan serta kulit putih kontras dipadu oleh polesan make up tipis dan sentuhan bibir pink Soft membuat Seokjin seperti itik buruk rupa yang berubah menjadi angsa putih.

Klik..klik..klik..

Perhatian teralihkan oleh pesan masuk yang bergetar pada saku jas Namjoon. Atensinya berubah sekejap merogoh kantong mengambil ponselnya.

My Mother

Pertemukan gadis itu dengan Eomma pukul 5 sore ini. Eomma sudah di bandara.

Ps. Ingat Namjoon, dia harus cantik!

Namjoon tertawa kecil saat pembaca pesan masuk dari ibunya. Wanita yang sangat ia sayangi sampai akhir hayat. Namjoon sangat beruntung dilahirkan dari seorang rahim wanita yang selalu tersenyum ceria, selalu memberikan semangat untuk anaknya. Bicaranya kadang suka berlebihan, apa lagi jika membahas wanita cantik. Ia sudah cantik, tapi kepuasan lebih baginya jika menatap seorang gadis cantik. Tahan telinga, ibu Namjoon tak segan-segan mengatakan seseorang itu jelek tanpa memikirkan perasaan orang tersebut.

Kembali netra itu membesar kala mendapati sosok yang menyerap seluruh atensi berjalan ke arahnya. Eunhae sudah mati-matian menahan tawa, sementara Jungkook sudah terkikik geli melihat Namjoon begitu terpesona dengan Seokjin. Eunhae dan gadis muda Jungkook bertos ria, berhasil merubah itik buruk rupa menjadi angsa putih.

Seokjin berdiri tepat dihadapan Namjoon, Namjoon tak menyadari, Seokjin bahkan tak menggunakan alas kaki apapun. Eunhae belum menentukan sepatu apa yang cocok untuk Seokjin, karena mereka terlampau larut dengan keindahan wajah dan kemolekkan tubuhnya.

“Dimana adikku.” Seokjin bertanya, menagih janji yang sudah Namjoon lontarkan.

“Temui ibu ku sore ini. Aku akan mempertemukan mu dengan Taehyung.”

“Kau ingkar janji Namjoon.”

“Belum, hanya mengundur waktu.”

“Bagaimana jika aku tidak mau?”

“Kau akan melihat mayatnya besok.”

Seokjin mengepalkan kedua tangannya, ingin rasanya ia menghantam kepala pria ini dengan sebongkah batu besar, atau menggorok lehernya dengan sebilah pisau dapur. Ia menarik napas dalam dan menghembuskannya kembali. Menutup mata sejenak mengendalikan emosinya yang membuncah.

“Hanya sampai besok Namjoon, atau kau yang akan melihat mayat ku.”

Namjoon meneguk kasar air liurnya. Ancaman yang juga dapat menghancurkan hidupnya sendiri. Melihat mayat Seokjin sama saja menghancurkan harapan ibunya. Namjoon sudah berjanji akan menikahi Seokjin. Meskipun rasa itu belum merasuki hati mereka, tapi sejatinya mereka saling membutuhkan. Namjoon butuh Seokjin sebagai umpan bisnis dan membayar janji pada ibunya. Serta Seokjin membutuhkan Namjoon untuk adiknya tetap hidup. Padahal membunuh Taehyung hanyalah sebuah ancaman untuk Seokjin, Namjoon tidak akan melakukan itu karena Taehyung sudah menjadi sapi perah sahabatnya, Yoongi. Jika Namjoon berani, bisa saja nyawa dia yang akan melayang.

Seokjin sungguh sosok wanita yang amat keras kepala, penuh gejolak emosi dan tidak takut apapun, kelemahannya hanyalah adiknya Taehyung, dan sialnya Namjoon telah mengetahui kelemahan itu.

Seperti halnya api hanya akan padam jika disiram oleh air. Seokjin layaknya api yang sedang berkobar, Namjoon lah orang yang telah menyulut api itu karena ambisinya, terpaksa Namjoon harus menjadi air untuk memadamkan api itu. Idenya untuk mengambil hati Seokjin bukanlah hal yang mudah, dia berbeda dengan gadis lainnya. Tantangan tersendiri bagi Namjoon untuk menakhlukkan Seokjin dan merampas hatinya.

My Stubborn Bride

.
.
.

Alunan musik klasik mengalun indah disetiap sudut restoran mewah di hotal berbintang lima. Para pelayan restoran dan pengunjung berlalu lalang menikmati suasana sekaligus hidangan yang sudah dipesan. Meja persegi empat ditata sedemikian rapi beserta hiasan bunga ditengahnya menjadi pemanis dari alat-alat makan yang sudah tersusun sesuai kebutuhan. Mata Seokjin tidak memandang kearah manapun. Menatap lurus kedepan dengan tatapan kosong tanpa emosi. Dia tidak perduli dengan apa yang ada disekitarnya, sangat berbeda dengan Taehyung yang terlihat lebih menikmati suasana baru. Seokjin hanya ingin bertemu dengan adiknya dan pergi meninggalkan semua ini.

Awal Eunhae merubah penampilannya dia cukup terperangah dengan keindahan pada dirinya sendiri. Jungkook gadis muda yang sangat ramah. Tidak pemaksa, dan memberikan banyak hal soal bagaimana layaknya wanita menjadi terlihat lebih cantik dan mempesona. Bukan Seokjin tidak ramah, hanya kepada Namjoonlah ia tidak mau, atau belum mau menunjukkan sisi manisnya. Seokjin terlalu membenci pria itu.

“Tersenyumlah Seokjin, ibu ku akan segera tiba.” Namjoon duduk dihadapan Seokjin, mencondongkan tubuhnya ke depan membenarkan poni pada rambut Seokjin yang terlihat sedikit berantakkan.

“Apa yang akan kau lakukan padaku?”

“Kau boleh menjawab iya atau tidak jika sudah bertemu dengan ibuku.”

“Joonieeee….!!” Wanita paru baya dengan tampilan modis muncul seperti tamu tidak diundang. Ditemani seorang pengawal dia menenteng beberapa paper Bag dan berjalan dengan anggun, mencium pipi Namjoon dan tersenyum ramah. “Wait…is that you?” ucapnya, begitu pandangan beralih pada seorang gadis yang duduk terdiam. “Namjooooooonnn…kau memang anak ku..! Ya Tuhan God Jess.. So Beautiful.. artis mana yang kau bawa Namjoon?” kebiasaan Nyonya Kim yang terlalu bersemangat jika melihat gadis cantik. Entah kelainan apa yang ada padanya. Terlalu menyukai gadis-gadis cantik.

“Eomma hentikan itu, dia bukan artis.” Namjoon memijit keningnya sendiri melihat kelakukan ibunya.

“Biarkan saja! Kau lihat wajah itu, huuumm… bahkan artis sekelas Kim Tae Hee saja kalah.”

“Eomma jangan terlalu berlebihan.”

“Akh .. kau selalu begitu. Berisik sekali.”

Nyonya Kim mendudukkan diri di sebelah Seokjin, mengambil tangan Seokjin dan mengelusnya lembut. Sedikit kepalanya ia miringkan untuk melihat jelas wajah cantik itu. Seokjin tersenyum tipis.

“Oh astaga…..Tuhan, mimpi apa aku semalam bertemu dengan gadis secantik dirimu. Siapa namamu nak?”

Ada desiran hebat dalam diri Seokjin saat Nyonya Kim memberikan pertanyaan dengan nada yang amat lembut padanya. Hatinya tertegun, sudah lama sekali Seokjin tidak mendapatkan sosok seorang ibu.

“Kim..Kim Seokjin, namaku Kim Seokjin, Nyonya.” Seokjin berucap gugup.

“Boleh aku memelukmu?”

Seokjin terkejut saat mendengar permintaan Nyonya Kim. Kenapa orang tua ini sangat sopan dan ramah, berbeda sekali dengan anaknya yang suka berbuat tanpa izin. Seokjin menganggukkan kepalanya sebagai tanda persetujuan.

Nyonya Kim pun langsung memeluk Seokjin. Hangat, itu yang Seokjin rasakan kala ibu Namjoon memeluknya. Menikmati kehangatan, Seokjin menarik nafas dan menghembuskannya. Ada perasaan legah disana. Mata itu berkaca-kaca menahan air yang akan jatuh membasahi pipi. Merasakan hembusan nafas Seokjin, Nyonya Kim berfikir jika Seokjin menahan sesuatu, dan sedang mengalami masa sulit.

Namjoon masih terdiam menyaksikan gelagat Seokjin saat menerima pelukkan dari ibunya.
Nyonya Kim melepaskan pelukkannya dan menatap wajah Seokjin.

“Kau kenapa nak?” Tanyanya kembali dengan nada yang lembut. Seokjin menggelengkan kepalanya, sedikit tersenyum.

“Aku tidak apa-apa Nyonya.”

“Jangan panggil aku Nyonya, panggil Eomma saja.” Tiba-tiba air mata Seokjin menetes, dengan cepat ia menghapus air mata itu.

“Hei, kau menangis!” sontak ibu Namjoon merasa khawatir. Nyonya Kim langsung mengarahkan kepala melihat anaknya.

“Namjoon! Apa yang kau lakukan padanya, ngha?” Nyonya Kim malah bertanya sinis pada Namjoon.

“Aku tidak melakukan apapun Eomma..”

“Jangan berbohong!”

“Aku tidak berbohong Eomma, aku berani bersumpah, aku tidak menyakitinya.”

“Akkhh.. kau pasti bohong, apa yang kau lakukan padanya, ngha?” tiba-tiba Nyonya Kim bergerak dan menjewer telinga anaknya. Seokjin melebarkan matanya melihat aksi Nyonya Kim.

“Aduh!…addudduduu..EOMMA! ini sakit, hentikan!.. sakit Eomma.” Namjoon sampai memiringkan kepalanya menahan jeweran ibunya. “Kau menyaikitinya kan, nakal sekali, sejak kapan Eomma mengajarimu menyakiti wanita.” Nyonya Kim mengabaikan permohonan Namjoon dan terus menarik telinga anaknya.

Seokjin bergerak refleks menahan memegang tangan Nyonya Kim.

“Sudah ..sudah hentikan Eomma, Namjoon tidak bersalah.” Nyonya Kim langsung melepaskan tanganya dari telinga Namjoon, sementara Namjoon mengelus-elus telinganya yang sudah memerah.

“Lalu kenapa menangis Seokjin?” kembali Nyonya Kim bertanya. Seokjin menunduk sambil meremat gaunnya, tangannya sesekali bergerak menyeka air mata.

“Aaa..aku..aaaku, aku sudah lama sekali tidak mendapatkan pelukkan dari seorang ibu. Aku..aku sangat bahagia.” Seokjin berucap gugup, gemetar tubuhnya menahan sesak di dada. Seokjin butuh melampiaskan segala kesulitan yang dia alami, Seokjin butuh pelukkan seorang ibu.

“Oooh.. Ya ampun anakkuu!!” nyonya Kim langsung memeluk Seokjin erat dan mengelus-elus punggungnya, membiarkan Seokjin yang sudah menangis sesegukkan. “Sudah jangan menangis sayang, aku akan menjadi ibumu. Tenang saja. Katakan saja apa yang ingin kau katakan. Mengerti!” Nyonya Kim melepaskan pelukkannya, menghapus air mata Seokjin.

“Lalu, kapan kalian akan menikah?”

Seokjin terkejut dengan pertanyaan nyonya Kim. Menikah? Sejak kapan Namjoon membicarakan hal soal menikah. Seokjin terlihat bingung, tidak tau harus menjawab apa. Pandangan ia arahkan ke Namjoon, pria itu hanya menaikkan sebelah alisnya, tersenyum miring.

“Segera Eomma, jangan khawatir. Kami pasti akan menikah.” Ucap Namjoon santai.

“Jangan lama-lama. Eomma sudah tak sabar bermain dengan cucu-cucu Eomma.”

“Bagaimana Seokjin. Apa kau mau menikah dengan ku?” Tanya Namjoon.

Sementara nyonya Kim sudah memasang tampang penuh harap, seolah Seokjin dilarang keras untuk menolak. Tak enak hati menatap wajah serta kebaikan Nyonya Kim dengan amat sangat terpaksa Seokjin menganggukkan kepalanya sebagai jawaban “Setuju”.

“Ngha~~ sukurlah.” Nyonya Kim menghembuskan nafas legah. Sementara Seokjin sudah memasang senyum yang dipaksa.

“Terima kasih Seokjin.” Namjoon tersenyum. Tersenyum sangat lebar menampakkan lubang kecil di kedua pipinya. Perlahan tangannya bergerak menggenggam tangan Seokjin, tak bisa melawan Seokjin hanya diam sambil memaksakan bibirnya untuk tersenyum.

.
.
.

Prang..!

Seokjin meletakkan sendok dengan kasar, menimbulkan suara denting yang kuat disebabkan oleh sendok dan piring yang beradu.

“Kenapa kau lakukan ini pada ku.”

“Kenapa, kau tidak ingin menikah dengan ku?”

Seokjin benar-benar merasa ditipu. Nyonya Kim sudah pergi 15 menit yang lalu. Wanita itu butuh istirahat setelah terbang berjam-jam lamanya. Dia sempat memberikan hadiah untuk Seokjin. sebuah kalung emas yang dia bawa dari Arab Saudi. Seokjin sempat menolak, tapi Nyonya Kim memaksa dan perayu yang ulung. Seokjin tak bisa mengelak segala ucapnnya. Terlalu ramah, baik dan membuka hatinya untuk Seokjin.

“Kau menjebakku Namjoon.”

“Tapi sepertinya kau sangat menyukai ibu ku.”

“Jika bukan karenanya, aku tidak sudi menerima mu.”

“Kau sudah bilang iya, jadi menikahlah dengan ku?”

“Kenapa harus aku? Apa maksud mu mengajakku untuk menikah, padahal kau tau aku sangat membencimu. Kau memanfaatkanku agar aku bersedia menyerahkan lapak itu.”

“Begitulah.”

“Kau licik Namjoon, aku tidak akan menyerahkannya begitu saja.”

“Oh..ayolah Seokjin. Aku akan membayar berapapun yang kau minta.”

“Aku tidak butuh uangmu.”

“Tapi kau butuh adikmu kan. Jadi menyerah saja lah.”

“Kembalikan adikku!”

“Tidak akan, kau boleh bertemu dengannya, tapi jangan berharap dia akan kembali padamu. Jusru jadilah milikku, maka kau akan terus bersamanya.

“Apa yang kalian lakukan padanya.”

“Tidak ada! Seokjin.” Yoongi tiba-tiba muncul bersama dengan Taehyung, mereka benar-benar menepati janji untuk mempertemukan kakak beradik ini.

“Noona..!” Taehyung merasa sangat senang, ia berlari dan langsung memeluk Seokjin. Sementara Seokjin sudah menenteskan air matanya, memeluk adiknya erat, melepaskan pelukkan itu dan menciumi pucuk kepala adiknya.

“Tae, kau kemana saja, aku mencarimu kemana-mana. Noona sangat merindukanmu.” Seokjin masih terus memeluk dan mengelus rambut adiknya.

“Noona, sudah jangan seperti ini, aku malu.”

“Sejak kapan kau punya malu. Bagaimana? Apa kau sehat, kau makan dengan baik kan, mereka tidak menyakitimu kan.”

“Tidak, aku baik-baik saja Noona, tak usah khawatir.”

“Sukurlah, kalau begitu ayo kita pulang.”

Seokjin sudah menarik lengan Taehyung melangkahkan kakinya untuk segera pergi meninggalkan Namjoon dan Yoongi. Namun Taehyung malah menahannya.

“Noona, kita disini saja ya, lihat!”
Taehyung menunjukkan sebuah kunci motor pada Seokjin.

“Ini apa Tae?”

“Kunci motor Noona, keluaran terbaru, Noona tau, ini sangat keren. Yoongi Hyung memberikan ini padaku sebagai hadiah.”

“Hadiah?”

“Huum, aku bekerja dengan baik Noona, dan Yoongi Hyung memberikannya untukku.”

Seokjin menatap Namjoon yang sudah memasang tampang penuh kemenangan. Lagi-lagi Seokjin merasa sudah kalah. Sedangkan Yoongi sudah tersenyum menyeringai.

“Kau menyukainya? kau suka bekerja dengan mereka? Apa yang kau kerjakan?” Seokjin bertanya khawatir, ia tahu Yoongi adalah seorang mafia. Dilihat dari wajah dan gayanya yang dingin dan juga  kalung itu, sudah lelah Seokjin berurusan dengan orang-orang seperti mereka. Ayahnya terlalu banyak meninggalkan hutang. Seokjin sudah menghabiskan uangnya banyak hanya untuk membayar hutang-hutang ayahya.

“Aku, Yoongi Hyung hanya memintaku bemain kartu dan menang.”

“Hanya itu?”

“Huum, hanya itu.”

“Kau tidak menutupi sesuatu dari Noona kan?”

“Tidak Noona, mereka memperlakukan aku dengan baik, memberiku tempat tinggal yang nyaman, memberikan ku uang dan gaji yang besar. Kita bisa makan enak setiap hari Noona.”

“Kau tidak ingin pulang kerumah kita?” Taehyung terdiam saat Seokjin melontarkan pertanyaan itu. “Ya sudah, kau bekerjalah yang baik dengan mereka. Noona akan mendukung apapun yang kau inginkan.”

Seokjin tidak bisa menolak permintaan adiknya. Dia tak mampu memberikan Taehyung apa yang Namjoon dan Yoongi berikan. Kebahagiaan Taehyung adalah kebahagiaan Seokjin. Apapun ia lakukan demi harta semata wayangnya. Melihat Taehyung bercerita begitu antusias dan semangat, Seokjin tidak bisa berkata apapun. Ia sudah kalah jika itu terkait adiknya. Sepertinya Namjoon dan Yoongi sudah merencanakan semuanya dengan matang. Memanfaatkan Taehyung yang merupakan kelemahan Seokjin. Kini ia hanya bisa berharap semoga ini jalan terbaik untuk adiknya.

“Kau ingin ku antar pulang?” Namjoon bertanya, mengabaikan Seokjin yang sudah terlihat kalah.

“Aku pulang sendiri saja.”

“Tidak akan ku biarkan.” Namjoon menarik tangan Seokjin paksa. Ia tidak perduli seberapa kerasnya Seokjin menolak ia akan tetap melakukannya. Mana mungkin Namjoon membiarkan Seokjin pulang sendirian. Hari sudah gelap. Bisa-bisa ibunya akan menggorok lehernya.

Anehnya, Seokjin tidak menolak. Mungkin ia sudah lelah dengan kekalahannya hari ini. Dia pasrah, apapun yang terjadi Namjoon memang selalu menang, ia memang selalu berhasil mendapatkan apapun yang ia inginkan. Bahkan diri Seokjin sekalipun. Lantas bagaimana dengan hati Seokjin.

Seokjin tidak memikirkan itu, karena cinta tumbuh seiring berjalannya waktu, tanpa beban tanpa paksaan. Seokjin sangat membenci Namjoon, untuk saat ini dia mengabaikan rasa benci itu. Karena anehnya sesuatu yang amat kita benci, bisa jadi akan menjadi sesuatu yang amat kita cintai. Biarlah Tuhan yang mengatur segalanya, dan waktu yang akan menunjukkan semuanya.

.
.

Mobil Namjoon terparkir tepat di halaman rumah Seokjin. Rumah itu sederhana, dan terlihat kumuh akibat 2 hari ditinggal oleh sang pemilik. Seokjin membuka pintu dan langsung turun dari mobil.
Ia mengabaikan Namjoon, dan langsung beranjak masuk ke dalam rumah. Tidak suka diabaikan Namjoon juga turun dari mobil, begitu Seokjin membuka pintu Namjoon malah menyelonong masuk ke dalam.

“HEI..APA YANG KAU LAKUKAN!” Seokjin membentak, oh Tuhan. Ia lelah dan ingin segera tidur, tapi pria ini selalu saja menganggunya. “Keluar!” perintahnya.

“Tidak, aku akan menginap disini?”

“Apa!”

.
.
.

Puluhan puntung rokok mengotori jalanan aspal di seberang pintu gerbang kampus. Mata terus berputar melihat ke segala arah namun sosok yang ditunggu tak juga muncul. Setengah hari menunggu tapi tak ada hasil apapun. Terlalu malu untuk menelpon dan berkirim pesan meskipun ia sudah mendapatkan nomor ponsel gadis itu. Gadis yang sudah dikecewakan olehnya.

Yoongi kali ini malah diam-diam menguntit Jimin. Semenjak kejadian itu, Jimin benar-benar tak memunculkan sosoknya sama sekali. Yoongi kecarian, atau dia rindu. Terlalu munafik ia melarang gadis itu untuk membuntutinya, padahal ia sungguh menikmati setiap gelagat lucu dan curi-curi pandang yang Jimin lakukan.

“Bodoh, sampai kapan begini terus? Kau mafia bukan sih?” Hoseok juga sudah lelah di dalam mobil menemani sahabatnya ini. Konyol. Membuntuti seorang gadis dan bahkan setelah seharian tidak ketemu sama sekali “Hei.. mau sampai kapan? aku ada meeting nanti malam. Ini sudah sore, aku lelah.”

“Sabar, sebentar lagi dia pasti akan muncul.”

“Kau kan sudah dapat nomor teleponnya. Ya hubungi saja. Minta maaf.”

“Diamlah! Berisik! Kau pulang saja sana duluan.”

Jengah kalau sudah tololnya Yoongi kumat. Hoseok langsung menghidupkan mesin dan menginjak pedal gas itu kuat, mobil pun langsung melaju cepat dan membuat Yoongi yang menyandarkan tubuhnya pada mobil itu pun jatuh terjungkal. Hoseok benar-benar meninggalkan Yoongi sendirian.

“YAH KUDA….SIALAN KAU!” maki Yoongi kesal. Ia pun berusaha untuk berdiri. Yoongi berdiri melihat ke arah mobil itu melaju. “Hoseok sialan, awas kau!” Yoongi merutuki sahabatnya, menendang nendangkan kakinya tak jelas.

“Apa yang kau lakukan disini?”

Pundak Yoongi bergerak kaget saat suara indah itu kembali terdengar ditelinganya. Ia berbalik “Ha!~~ Kamsekya!!” pekiknya kaget. Sementara Jimin sudah menatapnya tajam dengan raut wajah curiga. Yoongi menelan ludahnya kasar.




Tbc

Continue Reading

You'll Also Like

267K 27.8K 30
warn (bxb, fanfic, badword) harris Caine, seorang pemuda berusia 18 belas tahun yang tanpa sengaja berteleportasi ke sebuah dunia yang tak masuk akal...
392K 40.2K 35
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ° hanya karangan semata, jangan melibatkan...
78.6K 3.6K 8
meskipun kau mantan kekasih ibuku Lisa😸 (GirlxFuta)🔞+++
87.7K 12.5K 28
Renjun mengalami sebuah insiden kecelakaan yang membawa raganya terjebak di dalam mobil, terjun bebas ke dalam laut karena kehilangan kendali. Sialny...