SWEET LOVE STORY : DANCING IN...

By Roxabell212

258K 19.5K 837

Elsa adalah salah satu pelayan favorit Putri Anne. Ia pikir kehidupan seorang putra dan putri raja selalu dip... More

Dancing in The Dark - Ready PDF
Ready PDF Dancing in the Dark - Republish Chapter 1 and Chapter 2
Dancing in The Dark - Republish Chapter 3. Proper Meal
Dancing in The Dark - Republish Chapter 4. History About Zen
Dancing in The Dark - Republish Chapter 5. Sister
Dancing in The Dark - Republish Chapter 6. Stubborn Zen
Dancing in The Dark - Republish Chapter 7. Anne's Wedding Plan
Dancing in The Dark - Republish Chapter 8. Starving
Dancing in The Dark - Republish Chapter 9. Hubert
Dancing in The Dark - Republish Chapter 10. Reveal
Dancing in The Dark - Republish Chapter 11. Sir Wilhem
Dancing in The Dark - Republish Chapter 12. Engagement
Dancing in The Dark - Republish Chapter 13. True Feeling
Dancing in The Dark - Republish Chapter 14. Duty
Dancing in The Dark - Republish Chapter 16. Savior
Dancing in The Dark - Republish Chapter 17. Sorrow
Dancing in the Dark - Republish 18. Responsibility
Dancing in the Dark - Republish 19. Blacksmith
Dancing in The Dark - Republish Chapter 20. Market
Dancing in The Dark - Republish Chapter 21. Anger
Dancing in The Dark - Republish Chapter 22. Truth
Dancing in The Dark - Republish Chapter 23. Festival
Dancing in The Dark - Republish Chapter 25. Key
Dancing in The Dark - Republish Chapter 26. Key

Dancing in The Dark - Republish Chapter 15. Lost

5.3K 791 41
By Roxabell212

Sudah hampir seharian mereka menyusuri hutan untuk mencapai wilayah Eftir.

"Kau lelah?" Tanya Zen pada Elsa.

Elsa menggeleng. "Tidak, Tuan," jawab Elsa. "Tapi mungkin kuda kita mulai lelah," lanjutnya.

Zen terkekeh. "Ya, mereka berjalan melambat. Ayo kita cari sungai untuk beristirahat," ajak Zen.

Mereka memutuskan untuk mengikuti jalan setapak memecah hutan ini untuk mencari tempat beristirahat. "Ah, aku tahu daerah ini," celetuk Zen. "Kau lihat jurang tepat di samping jalan ini, Elsa? Itu adalah batas kerajaan kita dan Kerajaan Holem . Aku membacanya dari buku pemberian Anne,"ceritanya. "Lalu, jurang ini juga cukup unik karena tidak terlalu curam," lanjutnya sambil menunjuk ke dasar jurang yang sedikit masih bisa terlihat oleh mata.

"Tetap saja ini bisa membunuh siapapun yang terjatuh kesana, Tuan," Elsa bergidik ngeri.

Zen tertawa mendengarnya. "Ya, kau benar. Hanya orang beruntung yang bisa selamat,"tawanya.

Tiba tiba dari sisi hutan yang mereka lewati terdengar sebuah kegaduhan. Zen, sontak saja membalikkan kudanya, waspada dengan apa yang ada dibelakangnya.

"Elsa, pergi ke belakangku!" Perintahnya. Elsa menurut.

Betapa terkejutnya mereka melihat beberapa pria berkuda dengan penutup wajah mengepung mereka secara tiba tiba. Mereka berjaga baik di depan maupun di belakang Zen dan Elsa. Mereka terkepung!

"Siapa kalian?!" Teriak Zen.

Satu dari mereka, yang tak lain adalah pemimpin mereka, berteriak memerintahkan mereka untuk mulai menyerang.

"Tuan!" Elsa memekik panik. "Kita harus bagaimana?!"

Zen mengeluarkan pedang yang ia sembunyikan di balik jubahnya. Ia tidak peduli jika ia belum bisa menggunakannya. Yang ia bisa lakukan hanya berusaha sekuat mungkin melindungi Elsa yang kini berlindung di belakangnya.

"Elsa, aku akan membuka jalur, entah di depan kita, atau di belakang kita, kau harus kabur dari sini."

"Tapi Tuan bagaimana-!"

"Jangan pikirkan aku! Selamatkan dirimu dulu!" Dengan ketakutan, Elsa akhirnya mengangguk.

Zen memacu kudanya hingga berlari kencang menerobos kepungan lawan. Rencana Zen tidak berjalan mulus. Mereka tidak takut dengan serangan Zen. Mereka seolah tahu, Zen tidak mahir menggunakan senjata. Zen tidak menyerah. Ia membabi buta mengayunkan pedangnya, sekali dua kali, menggores tubuh sang lawan. Tapi bagi mereka, goresan lemah itu tidak ada rasanya.

"Elsa!" dengan susah payah, Zen akhirnya berhasil membuka jalur. Dengan cepat Elsa memacu kudanya melewati jalur.

"Tuan mereka mengejar kita!" Teriak Elsa takut.

Zen tidak menjawab. Perasaannya jauh lebih takut dari Elsa. Bukan takut pada mereka, tapi ia takut, dirinya yang lemah akan mencelakai Elsa yang seharusnya ia lindungi.

"Mau kemana kau!" Lagi lagi sekelompok pria berkuda muncul mengagetkan kuda yang mereka tumpangi.

Bruk! Zen dan Elsa terjatuh dari kudanya.

"Elsa, tetap dibelakangku!" Perintah Zen. Elsa cepat bangkit dan mendekat ke arah Zen.

Zen berdiri, penuh waspada menatap ke sekelilingnya.

Trang! Dua mata pedang beradu. Zen, yang tidak berpengalaman, kewalahan menghadapi lawannya. Berkali kali ia terluka terkena pedang namun gagal menyakiti lawannya. Bahkan salah satu dari mereka mulai menyerang Elsa. Konsentrasi Zen mulai terpecah.

"Menjauh dari Elsa, keparat!" Marah Zen.

Tiba tiba, Zen mulai merasa aneh di tubuhnya. Semakin ia bergerak, semakin ia merasa lelah. Langkahnya sempoyongan. Pandangannya kabur.

"Tuan!" Pekik Elsa.

Tubuh Zen mulai oleng. Elsa, dengan cepat menahan tubuh Zen yang mulai oleng ke bibir jurang.

Naas, Elsa tertarik tubuh Zen dan mereka jatuh ke dalam jurang.

Anne menarik nafas panjang. Entah mengapa perasaannya tidak tenang. Ada sesuatu yang mengganggu perasaannya.

"Hah," helanya.

"Ada yang menganggumu?" Suara Johan mengagetkannya.

"Johan.."

Anne lalu menggeleng tidak yakin. "Tidak tahu, Johan. Tapi rasanya aku tidak tenang. Apa adikku dan Elsa baik-baik saja ya?" gumamnya. Anne menatap ke luar gazebo.

Johan tersenyum mencoba menenangkan Anne. " Kau tahu, Putri? Walaupun tampaknya Pangeran Zen tidak bisa apa-apa, dia itu tipikal orang yang akan melindungi apa yang penting untuknya. Dia akan menjaga dirinya dengan baik, agar Elsa juga aman bersamanya,"

"Tapi Johan, Zen saja tidak bisa menggunakan pedang! Bagaimana ia bisa melindungi diri? Aku benar-benar tidak mengerti mengapa Ibu berbuat seperti ini padanya!"

"Kau tidak perlu khawatir. Mereka akan kembali. Yang kau perlu pikirkan hanya pernikahanmu saja," ujar Johan.

Anne menatap Johan. Ia lalu menunduk. "Ya, kau benar..menikahi seseorang yang tidak kucintai,"

Johan tersenyum simpul. "Dia pria yang baik, Anne. Dia pasti bisa membuatmu jatuh cinta...lagi.."

Anne terpaku pada pandangan Johan. Ingin ia menyanggah semua ucapan Johan. Tapi ia sudah berjanji pada Johan agar mencoba membuka hati pada Hubert.

"Ya..suatu saat, Johan," Anne mengakhiri ucapannya.

Malam belum berakhir, pagi belum menjelang, kabar duka membuat Anne terduduk lemas di hadapan Ibunya setelah seorang pengembara datang ke istana dengan membawa dua ekor kuda dengan pelana bergambar bunga Fuchsia, lambang kerajaan Umoya.

"Dimana..dimana kau menemukannya?" Tanya Anne dengan suara gemetar.

"Di jurang perbatasan Holem, Yang Mulia. Saya seorang pengembara," ceritanya. "Saya melihat lambang kerajaan di pelana kuda ini jadi saya yakin, kuda ini berasal dari sini."

"Ibu! Kita harus mencari mereka!" Pinta Anne dengan berurai air mata.

Ratu tidak menjawab. "Apa ada tanda-tanda keberadaan mereka?"

Pengembara itu diam sejenak. Lalu menggeleng. "Saya tidak melihat apapun."

"Kecuali," lanjutnya. "Sebuah jubah yang tersangkut di salah satu dahan pohon. Berwarna cokelat kumuh dengan lambang bunga Petunia di sudutnya. Aku tidak bisa menggapainya karena jauh berada di dasar jurang"

Mata Anne membulat. Itu jubah yang dikenakan oleh Elsa.

"Elsa!" Anne berteriak histeris. "Itu Elsa!" Teriaknya.

Pengembara itu lalu kemudian merogoh sakunya. "Dan ini, saya menemukannya di bibir jurang." Ia menyodorkan sebuah bros kecil."

"Biar kulihat!" kata Anne kacau.

Pengembara itu menyerahkannya pada Anne.

"Ibu, ini bros milikku yang sudah lama kuberikan untuk Zen! Sesuatu terjadi, Ibu! Kita harus mencari mereka."

"Terima kasih Pengembara telah mengembalikan barang barang milik kami. Aku akan memberimu imbalan atas ini,"ujar Ratu tanpa menjawab permintaan Anne terlebih dahulu.

Pengembara itu mengucapkan terima kasih lalu pergi.

"Ibu kau harus mencarinya!" Tangis Anne keras.

"Diam, Anne, ibu sedang berpikir!"

"Ibu! apa yang Ibu pikirkan?! Cepat kirim prajurit sekarang juga untuk mencari mereka! Putra Ibu menghilang!"

"Dia bukan putra Ibu!" Bentak Ratu. "Berhenti membuat dia menjadi bagian dari kita!"

"Dia memang bagian dari kita, Ibu!" kata Anne keras. "Dia adikku!"

Ratu berdecak kesal. Sebenci-bencinya ia pada Zen, tidak pernah terpikir hal seperti ini bisa terjadi.

"Kau, beristirahatlah. Besok pagi Ibu akan mengirim prajurit untuk mencarinya." Tutup Ratu kemudian. Ia pergi meninggalkan Anne yang masih terduduk, menangis sesegukan mengkhawatirkan keadaan Zen dan Elsa yang belum jelas.

Seketika, kabar menghilangnya Elsa dan Zen terdengar ke seantero istana. Teman teman Elsa, diam menunduk. Mereka bersedih atas kejadian yang menimpa Elsa. Sosok Elsa yang baik, menjadikannya begitu dicintai oleh para pelayan lain. Tidak terkecuali Johan. Ia duduk sendirian merenung di kamarnya memikirkan nasib Zen dan Elsa. Ia belum menepati janjinya mengajarkan Zen menggunakan pedang dan ini justru terjadi. Sedangkan Elsa? Bagaimana ia bisa menjelaskan pada Ibu Elsa tentang apa yang terjadi pada putri satu satunya ? 

Ready E-book PDF: Dancing in the Dark
Price: Rp. 35.000
Jumlah halaman : 758 halaman A5
Kontak Pembelian via ponsel :
Kontak Pembelian via IG : roxabell_212
Kontak Pembelian via wattpad dm : Roxabell212

Continue Reading

You'll Also Like

1.6K 497 27
Dijodohkan adalah hal klise dan paling konyol menurut Aluna dan Arsenio. Mereka sepakat bahwa cara menyatukan dua insan melalui perjodohan adalah seb...
2.4M 177K 33
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
517K 3.5K 74
Beberapa cerita yang aku rekomendasiin buat referensi kalian
85.8K 15.1K 41
Tidak ada satupun yang tahu kalau Rylie menjadi admin SweetTalk, akun instagram yang menanggapi curhatan dan memberikan saran. Namun, semua masalah d...