B[L]ACKSTREET

By marsh-melo

10.4K 1.4K 988

Dua orang introvert yang saling jatuh cinta, tentu mereka hanya ingin dunia dimiliki berdua saja. Hanya salin... More

Pengantar
Prolog : Dari Oh Seungmi
01 - Di Halaman Depan Rumahku
02 - Unbelievable First Kiss
03 - Melodi Adalah Untaian Rasa
04 - Bimbang
05 - Vitamin
06 - Awal Baru
07 - Chamber of Secret
08 - Partner
09 - No Date, No Life?
10 - Senior Jung
Intermezzo : Meet her, Oh Seungmi!
11 - Bukan Hal Baru
12 - Pertengkaran Kecil
14 - Gloomy Saturday
15 - Distance
16 - Heard It Through The Grapevine *)
17 - Retakan (1)
18 - Retakan (2)
19 - Drunken Night
20 - Persinggahan
21 - Wrong Desicion
22 - Kunjungan
23 - Dangerous
24 - Pameran
25 - Picasso
26 - Penafsiran
27 - Operasi Perangkap
28 - Weird Confession (1)
29 - Weird Confession (2)
30 - A Flashback : An Unsolved Feeling
Intermezzo #2 : Which Couple?
31 - Menghindar Bukanlah Solusi
32 - Meledak
33 - Titik Terang dan Titik Buta
34 - Maaf, Aku Menyesal
35 - Tiga Permintaan
36 - Bagian Tersulit
37 - Penyembuh Luka
38 - Hold My Hand
39 - Backstreet, No More! (1)
40 - Backstreet, No More! (2) [END]
Bonus - Junk Food Meeting
Epilog : Dari Oh Seunghee
#BTS (Behind The Story) of B[L]ACKSTREET

13 - Gadis Kanvas

188 34 21
By marsh-melo

Suasana studio pemotretan begitu ramai oleh para kru yang sedang sibuk mengambil gambar dua orang model dengan berbagai pose. Minhyuk yang secara natural melakukan pose-pose sesuai arahan Director Han tampak seperti model sungguhan, padahal ini adalah pengalaman pertamanya. Berpasangan dengan Yura, keduanya berpose manis seperti layaknya sepasang sekasih.

“OK, Break!” akhirnya Director Han mengakhiri sesi pemotretan kali ini. Pria paruh baya berompi jeans itu menghampiri kedua model itu dengan ekspresi yang sumringah.

“Kerja bagus! Kalian memiliki chemistry yang bagus!” pujinya.

“Ah, terimakasih pak. Ini berkat model Yura, saya jadi lebih terbantu.” Minhyuk tersenyum lebar, menampilkan sepasang gigi kelincinya yang lucu.

“Ini juga karena Minhyuk-ssi yang sangat tampan,” timpal Yura.

“Wah wah wah, lihatlah kalian malah saling melempar pujian,” goda Pak Han, “aku akan bahagia kalau kalian berkencan saja.”

Keduanya saling berpandangan lalu hanya menanggapi gurauan Pak Han dengan tawa.

***

“Seung, kau mau ikut kepanitiaan Pameran Seni?” bisik Namjoo pada Seungmi di pertengahan kuliah Profesor Kim. Seungmi menggelengkan kepalanya pelan.

“Sepertinya tidak. Kau tahu kan, kita punya banyak tugas dan proyek.”

Omo. Apa ini? ini bukan dirimu yang senang kabur kelas untuk kegiatan ekskul.”

Seungmi hanya tersenyum kecut mendengar ledekan Namjoo. Sejujurnya ia ingin sekali ikut kepanitiaan itu sebagai pengalaman pertamanya di kampus, namun ia sudah berjanji pada orangtuanya untuk mendapatkan nilai bagus di tahun pertama. Ia tidak bisa menjamin dirinya akan mendapatkannya jika sudah sibuk di dalam kegiatan ekstrakulikuler.

“Ayolah, ikut saja. Aku ingin ikut tapi tidak ada teman,” Namjoo belum menyerah, “Kita cari saja posisi yang tidak makan banyak waktu dan pikiran. Bagian logistik, misalnya, kita hanya akan sibuk di hari H-1 dan hari H. Bagaimana, huh?”

“Ya, terserah kau saja.” Seungmi menjawab asal tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar proyektor sambil sesekali menuliskan sesuatu di notes-nya. Sementara Namjoo tersenyum lebar sambil memainkan ponselnya, menghubungi ketua panitia untuk meminta formulir pendaftaran.

“Baiklah, hari ini cukup sampai disini. Minggu depan, buat resume singkat untuk bab dua dan kumpulkan, karena kita akan memasuki pembahasan baru. Selamat siang.”

Para mahasiswa langsung riuh mengeluhkan tambahan tugas, tentu saja setelah sang Profesor keluar dari ruang kelas. Tak terkecuali Namjoo yang bahkan tidak mencatat sedikitpun untuk semua kelas hari ini.

“Seung, pinjam catatan, ya?” Namjoo merajuk dengan nada manja.

“Ah, lagi-lagi,” gerutu Seungmi sambil menyerahkan notes-nya pada Namjoo.

“Terimakasih Seung-kuuu!” Namjoo mencubit pipi berisi Seungmi sambil tersenyum girang. “Ayo, kutraktir kau makan malam!”

“Yang mahal!” timpal Seungmi sambil bangkit dari kursinya.

***

Untuk kedua kalinya, Minhyuk dan Yura pergi untuk makan malam bersama di sebuah restoran seafood Kali ini Yura menagih janji Minhyuk yang akan mentraktirnya sehabis pemotretan. Lelaki itu harus mengocek dompetnya untuk memesan sejumlah makanan dan ruang makan VIP untuk keamanan Yura.

“Sepertinya kau suka sekali seafood,” Minhyuk membuka pembicaraan sambil menunggu pesanan datang. Yura tertawa renyah.

“Sebenarnya aku bisa makan apapun, apalagi jika bersama Oppa tampan,” timpal Yura.

Minhyuk tersenyum simpul. Yura memang tipe wanita yang blak-blakan. Ia mulai terbiasa dengan pujian tampan dari wanita ini. Tiba-tiba ia kembali ingat dengan telpon Yura tempo hari. Ini adalah momen yang pas untuk menanyakannya.

Ia memulai pembicaraan setelah pelayan menyajikan makanan dan keluar dari ruangan.

“Ayoung,”

Yura menoleh cepat. “Hmm?”

“Beberapa hari yang lalu kau
menelponku malam-malam, namun terputus begitu saja. Apa ada sesuatu yang mau kau sampaikan?”

Yura terdiam sejenak, dahinya berkerut tanda heran. “telpon? Aku menelponmu?”

“Ya. kau tidak ingat?”

“Ya, aku tidak ingat. Aku-“ kalimat Yura terhenti. Ia menepuk jidatnya cukup keras. “Jangan-jangan saat aku minum!”

Ia segera mengecek ponselnya dan mencari catatan panggilan tiga hari lalu. Benar saja, ia menemukan catatan panggilan pada Minhyuk pukul sepuluh malam. Wanita itu nyengir malu.

“Apa saja yang kukatakan? Apa aku marah-marah padamu?”

Minhyuk mengatupkan bibirnya dan tersenyum. “Tidak ada yang penting. Kau hanya berbicara tidak jelas.”

“Astaga, memalukan.” Yura menenggak gelas kecil berisi soju dalam sekali teguk.

“Sepertinya kau cukup pandai minum. Hal apa yang membuatmu minum sampai mabuk?” tanya Minhyuk sambil menuangkan soju ke gelasnya. Tidak ada jawaban. Melihat ekspresi datar Yura, Minhyuk segera menarik pertanyaannya. “Ah, maaf. Pasti itu alasan yang sangat pribadi..”

“Aku dicampakkan. Mantan pacarku menikah minggu depan dan dengan tega ia mengundangku untuk datang.” jawab Yura tiba-tiba. Tiba-tiba ia tertawa kecil, “Aku terlihat menyedihkan sekarang, bukan?”

Minhyuk tertegun. Ternyata wanita sesempurna Yura juga pernah dicampakkan orang.

“Setiap orang punya sisi menyedihkan dalam hidupnya.” Minhyuk menuangkan soju ke gelas Yura. “Dicampakkan, cinta sepihak, putus hubungan.. sepertinya itu dialami oleh setiap orang, meski tak selalu antara lelaki dan perempuan.”

Yura menatap Minhyuk lekat-lekat. “Kau seperti cukup berpengalaman. Kau pernah dicampakkan juga? Aku heran, secantik apa wanita itu hingga mencampakkan lelaki setampan dirimu? Tidak, menurutku kau lebih cocok jadi lelaki yang mencampakkan banyak wanita.”

Minhyuk tersenyum simpul. Ia tak bisa memperlihatkan foto wanita yang dipertanyakan Yura karena ponselnya yang tempo hari terbentur dan ‘amnesia’. Tapi tentu saja bayangan wanita itu masih lekat di kepalanya.

Sebagai kompensasi karena dirinya yang sudah mendengar cerita pribadi Yura, ia merasa tak ada salahnya untuk berbagi sedikit cerita pribadi miliknya.

“Sebut saja dia, Gadis Kanvas.” Minhyuk mengawali ceritanya.

“Apa? Kanvas? Dia seorang pelukis?”

Minhyuk tersenyum simpul. “Ya, memang benar. Dia berbakat dalam menggambar. Tapi bukan itu alasan utamaku menjulukinya nama itu.”

“Lalu?” sahut Yura tak sabar.

“Kepribadiannya seperti kanvas putih. Polos dan putih. Ia juga agak mudah terpengaruh orang-orang di sekitarnya. Syukurlah, ia berada di sekitar orang-orang baik. Ia tumbuh dan berkembang menjadi gadis yang manis. Aku sungguh, menyukai kejujurannya.”

Minhyuk mengaduk-aduk sup kepiting di hadapannya. Sambil mulai menyantap makan malam, Minhyuk menceritakan pertemuan pertamanya dengan si Gadis Kanvas.

***

Seberkas cahaya menelusup ke dalam retina mata Minhyuk sedikit demi sedikit seiring dengan kelopak matanya yang terbuka. Yang ia lihat pertama kali adalah langit-langit kamarnya. Terang. Ini siang hari.

Bagaimanapun, membuka matanya saat ini adalah hal yang benar-benar ia syukuri. Beberapa saat lalu, rasanya ia telah melalui sesuatu yang buruk dalam mimpinya. Membuat sekujur tubuhnya terasa basah karena keringat dingin dan..

Sebentar. Tangan kanannya tidak kosong, ada sesuatu yang ia genggam. Sesuatu yang lembut dan kecil.

Minhyuk menoleh dan terkejut saat melihat seorang gadis tertidur di samping ranjangnya dengan posisi terduduk di lantai dan kepala bersandar di sudut ranjang. Ya, saat ini yang sedang Minhyuk genggam adalah tangan sang gadis.

Lelaki itu memilih untuk tidak langsung membangunkannya. Pelan-pelan ia mencondongkan tubuhnya ke samping dan menatap wajah sang gadis yang sedang terlelap. Gadis ini adalah tetangganya, ia pernah melihatnya saat pertama kali datang ke Ilsan untuk menyapa para tetangga sebagai pendatang baru, beberapa hari lalu.

Minhyuk menatapnya, tersenyum simpul, hingga mata sang gadis perlahan terbuka. Seketika mata sang gadis terbelalak saat pandangannya bertemu dengan mata Minhyuk.

“Astaga!!” Ia bangkit dan menarik tangannya dari genggaman Minhyuk. Lelaki itu ikut terkejut dan duduk di ranjangnya.

***

“Astaga. Bagaimana ini? pikiranku jadi liar. Kalian bertemu pertama kali, di kamar?” ujar Yura memburu setelah mendengar penuturan Minhyuk, membuat lelaki itu spontan tertawa.

“Bukan seperti yang kau pikirkan,” Minhyuk menenggak soju-nya. “Ibunya menyuruhnya mengantar makanan untukku. Dia datang ke rumahku saat aku tertidur dan mengigau karena mimpi buruk. Dalam keadaan tidak sadar, aku menggenggam tangannya. Dan saat itu.. aku menjadi tenang.”

“Entah ini hal membanggakan atau memalukan, tapi saat SMA, aku pacaran dengan banyak wanita. Jangka waktu setiap hubungan tidak berlangsung lama, karena terlalu cepat bosan. Sampai akhirnya aku jenuh dan memutuskan untuk tidak pernah pacaran lagi, lalu pergi wajib militer selepas SMA. Ia adalah gadis pertama yang kutemui sepulang dari wamil. Dan saat itu pula kuakui, ia berbeda dari seluruh gadis yang pernah kutemui,” lanjut Minhyuk.

Yura manggut-manggut dengan bibir membulat seperti huruf O. Kisah cinta yang begitu manis seperti yang ada di dalam novel dan drama. Seorang lelaki tampan mengejar cinta dari seorang gadis polos dan sederhana.

“Tapi, bagaimana dia mencampakkanmu? Aku masih tidak mengerti.”

Senyum Minhyuk memudar perlahan. “Mungkin bukan sengaja mencampakkanku, tapi.. ada senior yang sangat dia sukai. Dan seniornya itu adalah teman dekatku.”

“Hah, astaga!” seru Yura gemas. “Aku tidak suka akhir ceritanya. Apakah temanmu itu lebih tampan darimu? Atau lebih kaya darimu?”

Minhyuk menggelengkan kepalanya dan tersenyum tipis. “Satu hal yang pasti, Gadis Kanvas memandang temanku sebagai seorang lelaki, bukan hanya sebagai kakak.”

***

“Joo, aku ke toilet sebentar. Jaga tasku.” Seungmi bangkit dari tempat duduknya.

Namjoo berdecak. “Aish, jangan lama-lama! Aku sudah lapar!”

“Ya sudah, makan saja duluan, nanti aku menyusul.”

Seungmi bergegas menuju toilet yang terletak di luar restoran seafood yang ia datangi. Gara-gara terlalu banyak minum di kampus, kini ia harus menanggung akibatnya dengan bolak-balik ke toilet untuk buang air kecil.

Setelah membereskan urusannya, ia segera bergegas kembali menuju restoran, khawatir Namjoo menunggu lama.

“Oh Seungmi?”

Sebuah suara berat memanggilnya dari arah belakang. Sebuah suara yang familiar. Tentu saja otomatis langkahnya terhenti. Perlahan ia membalikkan badannya.

Oppa..” lirih Seungmi.

Lee Minhyuk.

Ia masih terkejut saat lelaki itu menghampirinya dan memeluknya.

“Apakah ini mimpi? Apakah ini benar dirimu, Seungmi?”

Seungmi tersenyum, pertanyaan Minhyuk persis seperti pertanyaan yang kini ada di kepalanya.

“Ya, ini aku,” jawabnya singkat. Ia pun tidak percaya dengan apa yang ada di hadapannya. Minhyuk yang selama ini hilang jejaknya kini berada tepat di depan Seungmi, berada di restoran yang sama dengannya, dan tengah memeluknya.

Lelaki itu melepas pelukannya, dan menatap Seungmi dengan antusias. “Bagaimana kabarmu? Kau kuliah di Seoul?”

“Ya. di K-Art.” Seungmi tersenyum tipis. “Bagaimana denganmu?”

Obrolan mereka terhenti saat seorang wanita berblus putih keluar dari toilet, memandangi Minhyuk dan Seungmi bergantian.

Seungmi setengah membelalak melihat sosok wanita tinggi dan cantik di hadapannya. Wanita ini terlihat tidak asing. Ia sering melihatnya di televisi. Seorang artis?

“Oh, Yura-ssi. Perkenalkan, ini Seungmi,” ujar Minhyuk pada Yura.

Wanita itu tak langsung menyapa Seungmi. Matanya memperhatikan penampilan gadis itu dari ujung kepala hingga kaki. Seorang gadis mungil dan ramping, berkaus lengan pendek putih longgar dan legging denim. Rambut panjang bergelombang yang diikat rapih dan wajah yang nyaris tak berpoles make up, bahkan tidak menyembunyikan monolid kecilnya dengan eye-liner. Wajahnya begitu orisinil.

Tak salah lagi, dia pasti si Gadis Kanvas.

“Halo,” Wanita itu mengulurkan tangannya dengan penuh percaya diri sambil tersenyum lebar. “Aku Yura. Aku pacar baru Oppa.”

Seungmi, pun Minhyuk, seketika terbelalak heran.

***

Continue Reading

You'll Also Like

1M 86.9K 30
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
5.8K 257 26
Dua insan yang saling bermusuhan Tinggal satu kompleks perumahan Permusuhan bermula dari orang tua Sehingga anak-anaknya pun bermusuhan Siapa sangka...
251K 37K 67
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...