AQUAMARINE | EUROPE SERIES #2...

By nathaniaariyella

172K 10K 316

Béatrice hanya menginginkan satu hal setelah kematian kedua orang tuanya, ia hanya ingin jatuh cinta. Ia mene... More

PROLOGO
UNO
DUE
TRE
QUATTRO
CINQUE
SEI
SETTE
OTTO
NOVE
DIECI
DODICI
TREDICI
QUATTORDICI
QUINDICI
SEDICI
DICIASSETTE
DICIOTTO
DICIANNOVE
VENTI
VENTUNO
VENTIDUE
VENTITRÉ
VENTIQUATTRO
VENTICINQUE
VENTISEI
VENTISETTE
VENTOTTO
VENTINOVE
TRENTA
TRENTUNO
TRENTADUE
TRENTATRE
TRENTAQUATTRO
TRENTACINQ
TRENTASEI
TRENTASETTE
TRENTOTTO
TRENTANOVA
QUARANTA (REPOST)
QUARANTUNO
QUARANTADUE
QUARANTATROIS
QUARANTAQUATTRO
QUARANTACINQ
QUARANTASIX
QUARANTASETTE
QUARANTAHUIT
QUARANTANOVE
CINQUANTA
CINQUANTUNO
CINQUANTADUE
CINQUANTATROIS
CINQUANTAQUATTRO
CINQUANTACINQ
CINQUANTASEI
CINQUANTASETTE
CINQUANTOTTO
CINQUANTANOVE
SESSANTA
EPILOGO
EXTRA PART

UNDICI

3.4K 216 3
By nathaniaariyella

Venezia, 2018.

Venezia adalah sebuah kota yang terkenal akan kanal-kanalnya, pemandangan kotanya yang menakjubkan, situs-situs wisatanya, dan juga fesivalnya yang meriah.

Atau ada juga orang yang mengenal Venezia karena gondola yang memiliki sisi romantis. Duduk dengan keluarga dan kekasihmu di gondola yang akan membawamu menyusuri Canal Grande. Gondolier akan mendayung gondola sambil menyanyikan lagu-lagu klasik dengan suara mereka yang merdu. Hal itu merupakan daya tarik Venezia yang paling besar.

Banyak orang yang berbondong-bondong ingin datang dan mengunjungi tempat menakjubkan ini. Namun beruntungnya Béatrice, kota indah ini adalah kampung halamannya sendiri.

Béatrice berjalan menyusuri Canal Grande, melihat banyaknya orang yang berkumpul untuk berfoto, melihat-lihat, namun banyak dari mereka juga yang berkumpul untuk menaiki gondola. Béatrice melihat disekeliling pria-pria yang memakai baju garis-garis dengan celana hitam—pakaian khas gondolier—dan ia menemukan seseorang yang dicarinya.

"Zio(1) Carlos!"

Pria tua bernama Carlos itu menoleh dan melihat Béatrice yang melambaikan tangan padanya. Carlos pun membalas lambaian tangan wanita itu. Béatrice berlari menghampiri Carlos dan memeluk pria itu itu. "Aku merindukanmu, Zio." Kata Béatrice.

Carlos hanya bisa tertawa. "Kau baru saja mengunjungiku minggu lalu, bambina."

Béatrice mengerutkan keningnya. "Berhenti memanggilku 'bambina', Zio Carlos. Umurku 21 tahun sekarang."

"Ya, memang umurmu sudah 21, Bee. Tapi terkadang tingkahmu masih seperti anak kecil." Canda Carlos. "Apa kau mau naik gondola sekarang?"

Béatrice tersenyum kemudian ia menggangguk. Tapi seorang wanita muda datang bersama seorang pria dan menghentikan mereka. "Vogliamo andare in gondola(2)." Kata si pria.

Carlos dan Béatrice menatap wanita serta pria itu yang agaknya merupakan sepasang kekasih. Carlos tersenyum pada mereka. "Mi dispiace, Signore. Prenderò prima questa donna(3)." Ujar Carlos pada mereka. Pasangan itu pun mengerti lalu mereka menghampiri gondolier yang lain.

"Ayo." Ajak Carlos pada Béatrice.

Mereka pun menaiki gondola milik Carlos. Béatrice menatap Carlos dengan tidak enak. "Seharusnya Zio tak perlu melakukan itu. Kau bisa mengantarkan mereka terlebih dulu. Mereka kan pelanggan."

"Tidak apa, Bee. Aku dengan senang hati melakukannya untukmu." Carlos membalas perkataan Béatrice sembari mendayung gondola. Béatrice tersenyum. "Mungkin lain kali aku harus membayarmu jika aku menaiki gondola, Zio."

"Kenapa harus lain kali? Kenapa tidak sekarang saja?"

"Zio.."

Carlos tertawa melihat ekspresi Béatrice. "Astaga, tidak perlu suram begitu ekspresi wajahmu, Béatrice. Aku akan memberimu tumpangan gratis khusus untuk hari ini. Anggap saja hadiah kelulusan dariku dan juga hadiah karena kau telah menyelesaikan proyek besar di perusahaanmu bekerja."

"Terima kasih, Zio. Aku rasa aku akan benar-benar membayarnya nanti." Kata Béatrice.

"Setuju." Balas Carlos yang diikuti oleh tawa renyah Béatrice. Lalu keduanya menatap sekeliling mereka. Banyak gondola yang juga melintas di kanal ini. Mereka sangat menikmati dan terhanyut oleh keindahan kota yang romantis ini. Béatrice tersenyum melihatnya.

"Masih tetap sama kan?"

Pertanyaan Carlos menyadarkan Béatrice dari lamunannya. Wanita itu menatap Carlos yang masih mendayung gondola diantara banyaknya gondola lain yang melintas di Canal Grande. "Apanya?" Tanya Béatrice.

"Semuanya. Kanal ini, suasananya, keramaiannya, keindahannya. Venezia masih tempat yang sama bagi orang seperti kau dan aku, Bee." Jawab Carlo. "Ya, satu-satunya yang berbeda adalah waktunya. 7 tahun yang lalu dan sekarang. Dulu malam dan sekarang siang hari. Berbeda bukan?"

Béatrice tersenyum. "Iya berbeda waktu. Namun kau benar, Zio. Aku senang walaupun waktunya berganti, namun tidak begitu dengan Venezia. Entah apa yang terjadi jika Venezia juga berubah." Mungkin jika itu terjadi, aku akan benar-benar hancur.

"Iya, aku juga senang." Carlos menyetujui perkataan Béatrice. "Kalau begitu, apa kau ingin aku menyanyikan sebuah lagu untukmu, Signorina(4)?"

"Tentu saja, aku akan sangat senang mendengarkan nyanyianmu."

"Gondolí, Gondolà?"

Béatrice mengangguk kemudian tersenyum pada Carlos. "Seperti biasa."

Kemudian terdengarlah lagu yang sangat dikenal Béatrice dengan baik. Sebuah lagu klasik Venezia yang mengisahkan tentang seorang anak perempuan yang sedang menaiki gondola di tengah-tengah Canal Grande yang terkenal di Venezia. Ia memandang rembulan sambil menyanyikan sebuah lagu, 'Gondolí, Gondolà'.

Sekarang anak perempuan itu sudah menjadi wanita dewasa.

"Terima kasih, Zio." Béatrice mengucapkan terima kasih ketika ia sudah turun dari gondola Carlos. "Sama-sama, bambina. Kau harus datang lagi nanti." Balas Carlos.

Béatrice mengangguk. "Tentu saja."

"Sampaikan salamku pada Martha."

"Baiklah, Zio. Sampai jumpa nanti." Béatrice mengucapkan perpisahan dan melambaikan tangannya pada Carlos yang juga dibalas oleh pria tua itu. Béatrice berjalan menuju rumahnya yang letaknya tak begitu jauh dari sana. Mungkin hanya perlu kurang lebih 10-15 menit berjalan kaki.

Ia berjalan melewati jalanan yang penuh dengan turis. Ada yang bercanda ria dengan teman sebayanya. Ada juga pasangan yang saling bergandengan tangan. Dan yang paling membuat Béatrice sangat iri, keluarga yang sangat bahagia.

Béatrice hanya bisa tersenyum pahit melihatnya. Ia pun terus melanjutkan perjalanannya menuju rumah. Sambil sesekali bertegur sapa dengan orang-orang yang kebetulan dikenalnya.

Namun ada sesuatu yang membuat Béatrice menghentikan langkahnya.

Ia segera membalikkan tubuhnya dan melihat sekeliling. Béatrice mengerutkan keningnya, mencari hal yang mencurigakan. Tapi hasilnya nihil. Tidak ada siapapun disana. Hati Béatrice langsung merasa tidak enak. Jantungnya berdegup dengan kencang.

Ia tahu kalau ia benar-benar merasakannya. Ada seseorang yang mengambil gambarnya. Pria dengan pakaian serba hitam. Namun ia tak menemukan pria itu dimanapun.

Béatrice segera kembali berjalan—dengan cepat kali ini—menuju rumah bibinya. Zia Martha. Ia tak lagi menikmati perjalanannya menuju rumah seperti yang biasa dilakukannya. Yang ia inginkan sekarang adalah segera pulang ke rumah lalu mengunci dirinya.

Ketika sampai di rumah, Béatrice disambut dengan tatapan bingung dari bibinya, Martha. "Bee, ada apa? Kau seperti sedang ketakutan." Kata Martha ketika melihat ekspresi wajah Béatrice ketika memasuki rumah.

Béatrice menutup matanya sejenak kemudian tersenyum kepada bibinya seolah tak ada apapun yang terjadi. "Tidak ada apa-apa, Zia. Aku ingin masuk ke kamar ya. Aku ingin berganti pakaian." Tanpa menunggu jawaban Martha, Béatrice segera masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu.

Ia menenangkan dirinya sejenak dan duduk di ranjang miliknya. Berbagai pertanyaan muncul dibenak wanita itu. Tapi firasatnya sangat buruk mengenai semua ini.

Tiba-tiba bibinya Martha mengetuk pintu dan masuk ke dalam kamar setelah Béatrice memperbolehkannya masuk. "Ada apa, Zia?" Tanya Béatrice.

"Bee, seseorang memberikan ini untukmu." Zia (Bibi) Martha memberikan sebuah kotak kecil pada Béatrice. Ia pun membuka isi kotak itu karena merasa penasaran. Setelah melihat isinya, ia tak bisa berhenti memandanginya.

Sebuah liontin.

"Dari siapa, Zia?" Béatrice mengambil liontin itu keluar dari kotaknya. Liontin perak itu terasa dingin di tangannya. Namun liontin perak itu membuatnya tak bisa beralih. Sangat indah untuk dipandang mata.

"Aku tidak tahu, Bee. Mengapa kau tidak mencari tahu sendiri?" Martha menjawab dengan senyuman diwajahnya. Lalu ia pergi dari kamar dan meninggalkan Béatrice seorang sendiri. Béatrice pun menatap membuka bagian dalam liontin tersebut dan mendapati sebuah foto didalamnya.

Venezia.

Kemudian setelahnya, Béatrice mendapati sebuah kutipan yang tertulis dibagian belakang liontin itu.

L'amour trova la strada.(5)

Wajah Béatrice menegang membaca kutipan tersebut. Ia merasa gelisah. Sepertinya firasat buruknya kali ini terbukti. Apa ia sudah menemukanku? Ia akan datang, pikir Béatrice.

Kini tersisa satu pertanyaan yang ada di dalam benaknya.

Jadi, haruskah aku lari lagi? Atau.. Haruskah kali ini aku menunggu?

(1): Paman

(2): Kami ingin pergi naik gondola

(3): Aku minta maaf, Tuan. Aku akan membawa wanita ini pergi terlebih dahulu

(4): Nona

(5): Cinta menemukan jalannya

Continue Reading

You'll Also Like

3.9K 266 32
novel Remaja sinopsis: Seorang wanita yang memiliki tekad dan tak mau hidupnya diatur oleh ayahnya tanpa keinginannya. Ia menjadi tak terkendali sete...
241K 18.6K 61
[COMPLETED] Kisah ini diambil dari surat-surat milik mantan Putri Mahkota Inggris, Sydney Anaraya dalam buku hariannya. Hingga saat ini tak ada yang...
60.7K 3.9K 67
Lara Summer adalah istri dari seorang Tobias King, pemimpin perusahaan besar keluarga King. Namun perlakuan Tobias yang dingin membuat Lara melakukan...
3.3M 7.3K 1
Demi sesuatu, sandra membutuhkan banyak uang. Dan demi uang itu dia bekerja mati matian. Namun uang itu tidak pernah cukup. Malahan kurang. Lalu dia...