Being with you

By ChocoanyA

138 1 0

Copyright to ChocoanyA, 2014 Dilarang mengopy, menjual, atau mengubah, sebagian atau seluruh isi dari cerita... More

Chapter 2
Chapter 3

Chapter 1

80 0 0
By ChocoanyA

Bandara Incheon, Seoul, Korea Selatan. 16.20 KST

“Papa, sekarang kita kemana ?” ucap gadis berparas cantik itu dengan bahasa ibunya, meskipun kini dirinya sekarang telah berada di Negara kelahiran sang ayah. Ahn Je Ji, seorang gadis cantik keturunan Korea-Indonesia yang dibesarkan dengan segala fasilitas yang lengkap dan tanpa sedikit kekurangan. Meskipun dibesarkan dengan fasilitas yang lengkap dia tidak pernah sedikit pun merasa sombong. Hanya saja ketika kehilangan sang ibu, hidupnya tidak pernah seperti dulu lagi.

“Kita hanya perlu mencari keberadaan keluarga Kim kemudian kita akan ke rumah keluarga Kim” jawab tuan Ahn yang merupakan ayah dari Ahn Je Ji. Ahn Je Ji membantu sang ayah untuk mencari keberadaan keluarga Kim yang menjemputnya di Bandara Incheon.

5 menit berlalu, Je Ji menemukan sebuah tulisan bertuliskan “Ahn Kwang Min” yang merupakan nama papanya, “Ketemu !!” teriaknya dengan semangat setelah melihat tulisan tersebut. Tuan Ahn yang bingung dengan teriakan Je Ji langsung menghampirinya dan berkata “Je Ji-ya, ada apa ?” mendengar pertanyaan dari papanya, Je Ji hanya menunjuk kertas yang bertuliskan nama papanya sambil tersenyum kepadanya.

“Ah Matta !! Kajja Je Ji-ya. Kita kesana, jangan lupa bawa barang – barangmu dan jaga sopan santun kepada keluarga Kim!” seru papanya, Je Ji hanya mengangkat tangannya membentuk tanda hormat kepada papanya.

Disisi lain anak laki – laki yang tengah membantu sang ibu untuk menyiapkan segala yang diperlukan untuk makan malam bersama sedang mendengus kesal. Dia sendiri tidak tahu mengapa tiba – tiba kedua orang tuanya berada di rumah untuk melaksanakan makan malam bersama. Biasanya kedua orang tuanya tidak pernah punya waktu untuk berada di rumah karena pekerjaan mereka.

Kim Jong In, atau biasa disapa dengan Kai adalah anak dari pengusaha besar di Korea Selatan yang sering bekerja sama dengan berbagai perusahaan di luar maupun dalam negeri, yang telah terbiasa dengan segala kesenyapan dan kekosongan yang selama ini selalu menemaninya, meskipun begitu dia tidak kurang dari segala fasilitas yang diberikan kepadanya. Menurut Kai hidupnya lebih berwarna jika diluar rumah, tapi Kai bukanlah orang suka menghabiskan waktunya dengan sahabat – sahabatnya di sebuah klub yang populer dikalangan remaja.

Sebenarnya hari ini dia ada kencan bersama kekasihnya Oh Hayoung sepulang sekolah, tetapi tiba – tiba ibunya menyuruhnya pulang lebih awal ketika sarapan. Kai sangat kesal dengan permintaan ibunya yang mendadak itu, sebelumnya Kai telah menolak permintaan ibunya karena ada kencan bersama Hayoung tapi ibunya tetap tidak mau tahu dan mengharuskan Kai pulang lebih awal.

“Eomma, sebenarya nanti kita makan malam bersama siapa ? Sepertinya ada tamu yang sangat penting. Apa rekan kerja Appa dan Eomma ?” Tanya Kai sembari membersihkan buah apel di meja makan.

“Ne, beliau orang yang sangat penting bagi eomma dan appa. Sahabat eomma dan appa ketika masih bersekolah. Lagi pula acara makan malam ini akan menjadi kejutan bagimu juga Kai.” Eomma menjawab pertanyaan Kai dengan tersenyum bahagia yang membuat Kai bertanya – Tanya dengan kejutan yang akan diberikan kepadanya.

“Sepetinya ada yang tidak beres” pikir Kai.

-------

“Annyeonghaeseyo Tuan Kim, Naneun Ahn Je Ji Imnida” Je Ji membungkukkan badannya sesuai sopan santun yang berlaku di Korea sambil menunjukkan senyum manis yang membuat lesung dikedua pipinya terlihat kepada Tuan Kim.

“Annyeonghaeseyo Je Ji. Wah Uri Je Ji sudah besar. Dulu ketika ahjussi bertemu Je Ji, kamu masih setinggi ini.” Tuan Kim membalas salam Je Ji kemudian melanjutkan perkataannya sambil mengangkat tangannya setinggi pinggulnya. Je Ji kembali menunjukkan senyum manisnya.

“Annyeonghaeseyo Kim Jae Sul, bangapsemnida.” sekarang giliran taun Ahn yang menyapa tuan Kim.

“Annyeonghaeseyo Ahn Kwang Min, nado bangapsemnida.” Balas tuan Kim “Kajja kita ke rumah, pasti mereka telah menyiapkan makan malam untuk kita.” tambah tuan Kim sambil berjalan keluar dari bandara Incheon.

------

Mobil tuan Kim kini telah memasuki halaman rumahnya. Mobil berhenti tepat didepan pintu utama rumah mewah itu. Je Ji disambut dengan begitu banyak pelayan dirumah ini dan yang membuat Je Ji membulatkan matanya adalah semua pelayan disini berjenis kelamin sama yaitu laki – laki,  Kemudian Je Ji hanya menatap biasa rumah mewah ini karena rumahnya tidak kalah besar dan mewah dengan rumah tuan Kim, bisa dibilang dia bosan dengan namanya rumah mewah.

Ketika dirinya, Papa, dan Tuan Kim lewat semua pelayan itu membungkukan badannya hingga akhirnya mereka sampai di depan seorang perempuan seumuran tuan Ahn dan tuan Kim, dan seorang laki – laki seumuran Je Ji.

“Mungkin perempuan itu Nyonya Kim, serta laki – laki itu anaknya.” Pikir Je Ji saat dirinya berhenti tepat didepan laki – laki yang ia yakini sebagai anak tuan Kim.

“Annyeonghaeseyo, Naneun Ahn Je Ji Imnida.” Sapa Je Ji kepada mereka berdua dan memberikan senyum manisnya yang ia berikan kepada tuan Kim.

“Annyeonghaeseyo Je Ji, selamat datang dirumah.” Balas Nyonya Kim yang juga memberikan senyum termanisnya, sedangkan laki – laki didepan Je Ji ini tetap tidak bergeming dari tempatnya. Je Ji hanya bisa menyipitkan matanya melihat laki – laki itu, dan memberinya tatapan mencela. “Apa dia tidak diajarkan sopan santun ?” Pikir  Je Ji.

Kai menangkap tatapan yang mencela dirinya seakan dia tidak memiliki sopan santun dari gadis yang berada tepat dihadapannya ini. “Annyeonghaeseyo Tuan Ahn, Naneun Kim Jong In Imnida, bangapsemnida.” Kai membungkukkan badannya kepada Tuan Ahn yang dibalas oleh Tuan Ahn, kemudian dia melihat wajah gadis yang berada didepannya dengan tatapan datar yang seolah berkata “Aku masih memiliki sopan santun bodoh.”

Ibu Kai mempersilahkan mereka semua masuk kerumah sembari berkata “Ayo masuk makanannya telah menunggu dimeja makan.” Ajak ibunya. Kai hanya memutar bola matanya yang tanpa dirinya sadari tatapan itu berakhir tepat kewajah gadis itu.

Sesampainya diruang makan Kai memilih duduk disamping eomma dan sialnya gadis itu duduk tepat di depannya. “Je Ji-ya makan yang banyak ne, ini khusus untuk kamu dan Appa mu.” Ujar ibunya memecahkan keheningan, sedangkan gadis itu yang merasa dirinya dipanggil hanya tersenyum manis yang membuat Kai muak.

10 menit berlalu, ruang makan hanya dihiasi dengan suara dentingan sendok. “Kai bagaimana dengan sekolahmu ?” Tanya appa memulai pembicaraan, “biasa saja.” Jawab Kai tanpa melepas wajah datarnya.

“orang ini benar – benar tidak mempunyai sopan santun bahkan saat berbicara kepada orang tuanya.” Je Ji berbicara tanpa suara, sambil terus menatap laki – laki didepannya Je Ji mengambil minum.

“Bagaimana pendapatmu tentang Je Ji ? Cantik kan?” Tuan Kim melanjutkan perkataannya. Je Ji yang sedang minum pun langsung tersedak, sedangkan laki – laki didepannya tampak kaget tetapi dia tetap memasang ekspresi datarnya. “Biasa saja.” Jawabnya lagi tanpa berpaling dari makanannya.

“Appa berharap kalian dapat melaksanakan pernikahan minggu depan.” Tuan Kim melanjutkan perkataannya kembali. “Mwo ?” Kai dan Je Ji menjawab bersamaan. Je Ji langsung membulatkan matanya yang sudah besar dan mulut menganga saking kagetnya, sedangkan orang yang berada didepannya tetap memasang muka datar meskipun kaget. “Apa dia tidak memiliki ekspresi.” Je Ji mulai gregetan dengannya

“Aku sudah kenyang, permisi.” Kai beranjak dari meja makan setelah mendengar peryataan dari appanya. Kai benar – benar tidak nafsu lagi, yang Kai inginkan saat ini adalah berbaring dikamar.

------

Kai menutup pintu kamarnya dan langsung menuju kasur kesayangannya. Baru saja Kai hendak menutup mata suara handphone yang menandakan ada pesan masuk kembali membangunkannya. Setelah mengambil handphonenya Kai hanya bisa melongo karena tulisan yang tertera di layar handphonennya.

“75 panggilan tidak terjawab, 34 pesan.” Tulisan tersebut tertera pada layar handphonenya. Mayoritas panggilan dan pesan dari Hayoung yang menanyakan dimana dirinya berada, sebagian lagi dari teman – temannya yang menurutnya membantu Hayoung mencari tahu dimana dia.

Kai tidak memperdulikan panggilan dan pesan itu, dia hanya ingin tidur dan berharap peryataan dari Appa tadi hanya sebuah mimpi belaka.

------

Cukup lama berbincang – bincang dengan keluarga Kim, Je Ji sekarang mulai bosan dan akhirnya dia memberanikan diri berbicara pada Papanya “Papa ayo kita pulang, aku sudah mengantuk.” Je Ji berbicara pada Papanya dengan bahasa ibunya ketika papanya menyelesaikan pembicaraannya dengan Tuan Kim. Sedangkan Nyonya Kim hanya tersenyum melihatnya berbicara dengan bahasa ibunya.

“Uri Je Ji sudah bosan ya ? Maka dari itu kamu minta pulang ke papamu.” Je Ji hanya mengerjapkan matanya beberapa kali “Bagaimana Nyonya Kim tahu kalo aku ingin pulang.” Je Ji dilanda kebingungan.

“Kau lucu sekali Je Ji, tante dengan  Om bisa berbahasa Indonesia.” Seakan tau apa yang dipikirkan Je Ji, Nyonya Kim kemudian memberitahunya kalau dirinya dengan Tuan Kim dapat berbahasa Indonesia.

“Geurae Je Ji-ya, ayo kita pulang. Lagi pula besok pagi kamu juga sudah harus sekolah.” Papa kemudian mengajak Je Ji pulang ke apartemen milik mereka.

-----

Sarapan pagi ini benar – benar berbeda, biasanya dia sarapan sendiri sekarang dia sarapan bersama Papa di apartemen milik mereka.

“Selamat Pagi Papa.” Sapa Je Ji yang menggunakan bahasa Indonesia ketika Papa telah duduk di meja makan. Je Ji telah menyiapkan menu sarapan paginya bersama Papa.

“Selamat Pagi Je ji, makan yang banyak.” Papa membalas sapaan Je Ji kemudian mengambil sandwich yang telah dibuat oleh putrinya.

“Pa mengenai perkataan Tuan Kim tadi malam, apa benar aku akan menikah dengan laki – laki yang bernama Kai itu ?” Je Ji memulai pembicaraan, seperti biasanya Je Ji berbicara dengan Bahasa Indonesia jika bersama Papa baik di Indonesia maupun di Korea. Meskipun tinggal di Indonesia Je Ji tidak pernah melupakan Bahasa Korea, karena Papa membuat peraturan setiap hari Rabu, Kamis jika dirumah harus menggunakan Bahasa Korea.

“Ne, waeyo ? Apa kamu tidak menyukainya ?.” Papa menatap Je Ji dan balik bertanya. Je Ji mengangguk, dia tidak mau melakukannya karena memilki alasan.

“Je Ji, alasan kenapa Papa ingin kamu menikah meskipun kamu masih sekolah karena Papa sadar Papa tidak bisa menjaga kamu, Papa terlalu sibuk dengan pekerjaan Papa demi kamu. Lagi pula keluarga Kim, Papa, dan Mamamu sudah setuju akan menikahkan kalian saat kalian besar. Nah sekarang adalah waktu yang tepat.” Papa menjelaskan alasannya kepada Je Ji dengan lembut. Je Ji hanya terdiam, “Tapi aku bukan anak kecil lagi.” Je Ji hanya bisa membantah perkataan Papanya dalam hati, Je Ji tidak berani membantah karena dia tahu hanya Papa orang tuanya kini.

“Kajja, Papa akan mengantarmu ke sekolah barumu.” Papa menggandeng tangan Je Ji seakan menunjukan bentuk kasih sayangnya yang selama ini hamper tidak terlaksana.

------

Kai memarkirkan motornya di tempat biasa, baru saja dia hendak masuk kedalam sekolah Hayoung telah menghampirinya. Kai sudah siap mendapatkan ocehan dari gadis ini karena semalam tidak menghubunginya sama sekali. Meskipun Kai sering mendapat ocehan dari gadis ini, dia tetap sayang padanya karena dia tahu itu bentuk perhatian Hayoung terhadap dirinya.

“Kai.” Hayoung berteriak menyerukan nama kekasihnya itu. “Semalam kau dari mana saja ? kau membuatku kebingungan dan merepotkan semua sahabatmu agar mencari tahu dimana dirimu. Kau membuat kami semua kualahan Kai.” Sambung Hayoung yang mengeluarkan perkataannya dengan lancer seperti telah menghafalkan kata – kata itu berulang kali.

Kai hanya tersenyum melihat ocehan kekasihnya itu. Kai tahu benar bahwa Hayoung sangat dibenci oleh semua perempuan di sekolah ini karena berbagai alasan, dan alasan yang paling banyak Kai temui adalah karena Hayoung berpacaran dengan Kai.

Kai menggandeng tangan Hayoung dan mengajaknya masuk kedalam. Kai  melihat banyak pasang mata yang tidak menyukainya menggandeng tangan Hayoung. Kai mengajak Hayoung ke kantin sekolah supaya dia bisa menjelaskan yang terjadi kenapa kai tidak membalas semua panggilan dan pesan darinya.

“Duduklah.” Kai menyuruh Hayoung duduk, kemudian dirinya duduk didepan Hayoung. “Semalam ada makan malam penting bersama rekan kerja Appa dan Eomma dari luar negeri.” Kai langsung menjelaskan kepada Hayoung, “Itu benar Hayoung.” Kai memahami tatapan Hayoung yang tidak pecaya terhadapnya. Kemudian tatapan Hayoung perlahan berganti dengan tatapan mempercayai Kai.

“Hamsahamnida.” Kai menoleh ke arah suara itu, Kai mengira hanya dirinya dan Hayoung saja yang berada di Kantin. Kai menangkap wajah gadis itu, setelah melihat siapa pemilik wajah itu kai bergumam “Jadi dia bersekolah disini juga.”

“Apa Kai ? Kamu bicara apa ?” Ujara Hayoung menyelidik. Kai hanya menggelengkan kepalanya .

Je Ji mendengar nama yang tak asing di telinganya langsung menoleh ke sumber suara. Je Ji melihat Kai yang tak jauh darinya bersama seorang perempuan, disaat yang sama mata mereka bertemu satu sama lain.

Kring… Kring… Kring…

Je Ji hanya bisa menepuk jidatnya setelah mendengar suara bel masuk berbunyi. “Kelas 2A” pikir Je Ji.

------

Bel istirahat telah berbunyi, Je Ji memutuskan untuk pergi ke kantin bersama teman barunya. “So Jung-ah, ayo kita ke kantin. Aku sudah sangat lapar.” Je Ji mengelus perutnya yang sudah berdemo sejak tadi. “Kajja !!” So Jung menarik tangan Je Ji.

 Je Ji dan So Jung bercerita tentang diri mereka masing – masing hingga suara teriakan perempuan mengganggu pembicaraan mereka.

“Kai oppa.” Je Ji dan So Jung melihat ke asal sumber suara. Dia melihat perempuan yang tadi pagi bersama Kai dan menghampiri Kai serta beberapa laki – laki di belakang mereka. “Annyeong Sehuna, D.O ya, dan annyeong Oppadeul.” Sambung perempuan itu sambil menunjukkan senyumnya.

Kai tetap memasang wajah cueknya melihat kekasihnya itu bertingkah manis. “Atur dulu nafasmu Hayoung-ah.” Kai mengelus punggung kekasihnya itu. Hayoung hanya mengangguk sambil terus tersenyum. Hayoung mengerti, meskipun Kai memasang wajah cueknya Kai tetap akan perhatian dengannya.

Melihat senyum yang menurut Je Ji dibuat – buat oleh perempuan itu, Je Ji muak dan langsung bertanya pada So Jung. “So Jung-ah, Nugusaeyo ?” Je Ji bertanya sambil terus melihat perempuan itu, So Jung bingung dengan siapa yang dimaksud langsung melihat Je Ji. Melihat tatapan Je Ji, So Jung paham apa yang dimaksud Je Ji.

“Dia Hayoung, kekasih Kai. Banyak yang tidak suka dengannya, termasuk diriku.” So Jung menerangkan sambil terus melihat tingkah Hayoung sambil bergidik. Mendengar perkataannya Je Ji memutar kepalanya menghadap So Jung.

“Wae ?” Je Ji menatap So Jung dengan tatapan penuh pertanyaan mengenai alasan mengapa banyak yang tidak suka dengan perempuan bernama Hayoung tersebut termasuk dirinya. Mendengar pertanyaan dari Je Ji, So Jung mengubah posisi duduknya menghadap Je Ji agar mudah untuk menjelaskan apa yang sebenarnya.

“Hayoung itu perempuan yang haus akan ketenaran, meskipun sebenarnya dia bisa tenar karena dirinya sendiri berkat wajahnya yang cantik dia tetap saja tidak puas. Dia mendekati Kai, anggota paling popoler dari EXO supaya mendapat lebih banyak perhatian. Dia tidak peduli dengan segala tanggapan mengenai dirinya, asalkan dia bisa populer. Dengan arti dia memanfaatkan Kai.” So Jung menjelaskan panjang lebar mengenai Hayoung terhadap Je Ji. Je Ji memasang wajah ngeri karena sikap Hayoung yang serakah.

“Chamkkaman So Jung-ah, EXO itu apa ?” Je Ji ingat dia harus menanyakan hal yang asing baginya dari apa yang didengarnya dari penjelasan So Jung.

“EXO merupakan kelompok dance yang populer disekolah ini. Yang satu jenjang sama kita ada 3, D.O, Sehun, dan Kai. D.O satu kelas dengan kita, sedangkan Kai dan Sehun berada di kelas 2C. Sisanya merupakan sunbae kita, Suho oppa merupakan leader dari EXO, sedangkan laki – laki yang sekarang sedang beraegyo itu Baekhyun oppa, lalu namja yang tinggi itu namanya Chanyeol oppa.” Je Ji kembali mengangguk setelah mendengarkan penjelasan So Jung.

Hayoung ikut duduk dengan anggota EXO dan terus bergelayutan ditangan Kai, banyak pasang mata dari yeoja disekitar mereka yang memasang tatapan marah kepada Hayoung. Kai sebenarnya risih dengan tingkah Hayoung yang bergelayutan manja dilengannya, tetapi dia harus menanggung resiko berpacaran dengan Hayoung dan tetap memasang wajah datarnya. Banyak yang tidak suka akan keputusan Kai menjadikan Hayoung sebagai pacarnya, termasuk sahabat – sahabatnya. Mau bagaimana lagi, Kai juga sudah terlanjur sayang dengannya.

“Oppa nanti kita kencan ne, mengganti rencana kita yang gagal kemaren.” Hayoung kembali merajuk. Kai melihat tatapan dari para sahabatnya, karena sore ini EXO ada latihan dance. “Mian Hayoung-ah, hari ini aku ada latihan dance. Lain kali saja kita kencannya.” Kai memberikan alasan agar tidak pergi dengan Hayoung, tetapi Kai memberikan alasan yang sebenarnya tanpa perlu berbohong. Hayoung hanya menggerutu saja mendengarnya.

-----

Sekolah telah bubar sejak puku 4 sore. Je Ji menunggu papa menjemput, tapi belum kunjung dijemput. Je Ji memutuskan untuk terus menunggu Papa, menunggu sendirian di depan sekolah karena So Jung telah dijemput.

Bep… Bep… Bep… suara Handphone Je Ji tiba – tiba.

From : Papa

“Je Ji ya,mianhae papa tidak bisa menjemputmu. Sekarang papa ada rapat mendadak di kantor. Nyonya Kim bilang pulanglah bersama Kai ke rumah keluarga Kim, nanti papa akan menjemputmu disana.”

“Mwoya ? Bersama Kai ? Shirreo !! lebih baik aku pulang sendiri naik bus.” Teriak Je Ji kesal.

Kai baru saja mencapai parkiran setelah 2 jam latihan dance bersama EXO disekolah, saat menaiki motor kesayangannya dia merasakan ada yang bergetar disaku kanan celananya. Ada satu pesan masuk di Handphonenya.

From : Eomma

“Kai, eomma tahu kau masih disekolah sedang latihan dance. Jika pulang, bawalah Je Ji kerumah karena Appanya sedang ada rapat. Jaga dia baik – baik.”

“Mwo ? Je Ji?” Kai menatap pesan dari eomma dengan tatapan kesal. Dia segera melajukan motornya keluar sekolah tanpa memperdulikan keadaan gadis itu. Sesampainya di gerbang sekolah dia melihat gadis itu sedang menendang – nendang kerikil di sekitarnya dengan kesal. “Kenapa aku harus bertemu juga dengan gadis ini.” Pikir Kai. Kai enggan untuk mengajaknya pulang, namun Kai melakukan hal yang sebaliknya.

“Yaa Neo! Ayo naik!” Kai menyuruh gadis itu untuk naik di belakang Kai. Je Ji hanya mengerjapkan mata besarnya beberapa kali. “Yaa ! aku punya nama, dan untuk apa aku harus menaikinya ?” Menurut Je Ji dia mengeluarkan amarahnya pada orang yang tepat.

“Aku hanya ingin melaksanakan amanat eomma yang diberikan kepadaku untuk membawamu pulang, kalau tidak disuruh eomma aku juga tidak mau.” Kai menjawab pertanyaan Je Ji dengan santai. “Heol.. Kalau kau sebenarnya memang tidak mau yasudah tidak usah!.” Je Ji berteriak karena dia sudah sangat kesal. “Lebih baik menunggu Papa disini daripada harus pulang bersamanya.” Gumam Je Ji pelan, meskipun pelan Kai masih bisa mendengar ucapan Je Ji.

Je Ji duduk ditrotoar depan sekolah tempatnya tadi menunggu sambil menundukkan kepala. Tidak lama kemudian Je Ji mendengar suara motor menjauh darinya. Beberapa menit setelah Kai pergi, “Ahh kenapa aku bodoh sekali, lebih baik tadi aku ikut dengannya.” Je Ji mengakui kesalahannya karena tidak mengindahkan ajakan Kai.

Tin… Tin… Tin...

= Flashback On =

Kai meninggalkan gadis itu sendiri, “Salah siapa ditawari ikut pulang tidak mau ?” pikir Kai. Kai mampir ke kedai Bubble Tea yang biasa ia kunjungi bersama sahabatnya ketika pulang sekolah di dekat sekolah. Setelah membeli Bubble tea, Kai memutuskan untuk kembali dan mencoba membawa pulang gadis itu. Kai tidak ingin eommanya marah kepadanya hanya karena tidak mengajak gadis itu pulang.

Kai masih melihat gadis itu duduk ditempatnya sambil bermain dengan daun yang ada di sekitarnya. “Dasar gadis bodoh.” Kai bergumam lalu membunyikan klaksonnya.

= Flashback Off =

Je Ji melihat arah sumber suara yang keras itu. Melihat Kai kembali lagi Je Ji membulatkan matanya. Kai berhenti tepat didepan Je Ji langsung menyodorkan helm kepadanya. Dengan berat hati Je Ji menerima helm itu lalu menaiki motor Kai.

-----

“Duduk saja disofa!” Kai menyuruh Je Ji agar duduk di sofa, lalu dirinya sendiri langsung menuju kamarnya yang berada dilantai dua.

Sesampainya dikamar, Kai langsung membersihkan diri dan turun untuk makan malam. Dia tidak memikirkan gadis itu, meskipun dia tahu kalau gadis itu pasti hanya makan saat istirahat di sekolah.

Tepat saat dirinya sampai lantai bawah, seseorang membuka pintu utama. Eomma masuk bersama dengan Appa dan seseorang yang baru saja ia kenal kemarin. Melihat Kai berdiri didepan tangga, Eomma langsung bertanya pada Kai dimana keberadaan Je Ji.

“Kai dimana Je Ji ?” Kai hanya berjalan menghampiri sofa. Eomma, Appa, dan Tuan Ahn melihat kearah yang dituju oleh Kai. Kai menatap eommanya lagi, kemudian eommanya memberikan tatapan mengerikan. Bertanya – Tanya apa yang dilakukan gadis itu, Kai melihat kearah sofa. Ternyata gadis itu tertidur, mungkin karena capek.

“Kenapa kau membiarkannya tidur disofa Kai ?” Kai yang tidak tahu kalau gadis itu tidur disofa membela diri. “Aku tidak menyuruhnya tidur disofa. Lagipula tadi dia sempat menolak ajakanku untuk pulang.” Bela Kai yang kemudian naik lagi ke kamarnya.

“Dasar gadis bodoh, sudah untung aku mau mengajaknya pulang tanpa sedikit pun meluapkan kekesalanku kepadanya. Tetap saja aku mendapatkan omelan dari eomma karena dirinya. Menyusahkan saja.” Gerutu Kai didalam kamarnya. Kemudian Kai memutuskan untuk melepaskan rasa penatnya dengan tidur.

-----

“D.O kau sudah menyelesaikan tugas Fisika belum ? aku bingung nih.” So Jung bertanya kepada D.O. mereka berdua layaknya Tom & Jerry ketika berada didalam kelas, jika D.O sudah bersama EXO mereka seperti tidak saling kenal.

“Sudahlah, memangnya kau, yang tidak pernah mengerjakan tugas dengan baik.” D.O membalas pertanyaan So Jung dengan sindiran tanpa melepaskan matanya dari buku catatan Biologinya.

“Yaa Do Kyung Soo! Kau juga bersalah, kenapa kau tidak pernah mau mengajariku aritmatika dan fisika ? kau kan sudah tahu kalau aku lemah dibidang itu.” So Jung menggerutu kepada D.O.

“Heol.” D.O tahu benar bahwa So Jung lemah di dua bidang itu, hanya saja dia tidak pernah mau mengajari So Jung kedua bidang itu karena dia pasti akan bertanya tentang Baekhyun Baekhyun dan Baekhyun, itu membuat D.O muak. So Jung tidak pernah bisa serius jika belajar bersama D.O.

“Sudahlah. D.O apa kami boleh meminjamnya ? aku juga baru selesai beberapa.” Je Ji melerai dan memohon kepada D.O agar dia mau meminjamkan tugas Fisikanya, D.O hanya mengangguk pelan melihat tingkah dua temannya ini. Tidak terasa Je Ji sudah satu bulan sekolah disini dan sangat senang bisa dekat dengan So Jung dan D.O. walaupun jika D.O bersama EXO kami seperti tidak saling kenal.

“Gomawo D.O-ya.” So Jung berlari memeluk D.O . melihat tingkah So Jung yang tiba – tiba memeluknya, D.O langsung menghentikan kegiatannya menulis catatan Biologi, lalu D.O mengangguk pelan.

Je Ji senang mendapatkan teman baru yang baik kepadanya, walaupun begitu dia juga rindu dengan teman – temannya di Indonesia. Papa juga sudah tidak pernah mengungkit lagi tentang rencana perjodohan itu, lagi pula Je Ji juga tidak akan mengingatkan Papa tentang itu karena Je Ji tidak ingin menikah dengan laki – laki bernama Kai itu.

------

Apartemen Je Ji, 04.00 KST

Tepat pada akhir pekan ini Je Ji ingin menghabiskan waktunya dengan tidur dikamar Apartemennya, karena akhir – akhir ini Seonsangnim lebih banyak memberikan tugas. Akhir – akhir ini juga udara semakin bertambah dingin, karena ini sudah memasuki pertengahan Oktober.

“Je Ji-ya, Je Ji-ya, ayo bangun. Ayo ikut papa Je Ji-ya !” Papa membangunkan Je Ji dengan tergesah – gesah, sedangkan Je Ji tidak mengindahkan panggilan Papanya.

“Je Ji-ya, ppalli ireona kajja!! Lanjutkan tidurmu di mobil. Je Ji ppalli!” Papa menggoyang – goyangkan tubuh Je Ji. “Papa, wae geurae ? Je Ji ma.. sih mengantuk.” Je Ji bangun dengan malas dan perkataannya terpotong karena menguap.

“Kajja ! Kau lanjutkan tidurmu di mobil.” Papa menarik tangan  Je Ji keras. “Arraseo, arraseo. Nan ireona, gildaeryo aku mau cuci muka dulu.” Je Ji berjalan ke kamar mandi sambil mengucek matanya. “Ppalli yeobo!” teriak Papa.

Rumah Kim Jong In, 04.00 KST

Eomma memasuki kamar Kai dengan tergopoh – gopoh. “Kai-ya, Kai-ya, ppalli ireona.” Eomma menggoyangkan tubuh putra sematawayangnya itu. Kai membuka sedikit matanya mendengar panggilan dari eommanya. “Eomma wae geurae ?” Tanya Kai yang mengubah posisinya menjadi duduk.

“Sudahlah, cepatlah bersiap – siap dan ikut eomma. Kajja Kai-ya !” Eomma menyuruh Kai sambil sedikit berteriak. Kai hanya mengangguk saja. “Aish eomma mengganggu tidurku saja.” Gerutu Kai.

TBC

 Please don't be a silent rider .... 

Comment?

Continue Reading