PACAR RAHASIA : Bukan Lagi

By DNF_17

890K 39.2K 8.9K

Sequel of Pacar Rahasia. Boleh loh kalo mau follow dulu :) Cerita untuk remaja 17 tahun ke atas cover by @d34... More

PACAR RAHASIA 2 : BUKAN LAGI
Bos ???
Cemburu?
Daffa
Viona
Marah
Gengsi
Kak Shane Gila
Manja
Tunangan
Kenyataan
BonBin
Hancur
Belum
Maaf
Semoga Ini Benar
Sesak
Mas
Ancaman
Menikah
Jahatnya Suamiku
Monyet
Dasi
Noda Kopi
Pedas
Sakit Perut
Jatuh Cinta Lagi
Kebiasaan Baru
Ngidam
Nangis
Pelampiasan
Imutnya
Jodoh
Kecewa
Cantik Katanya
Jangan Manja Lagi
Kok Gini Sih?
Lelah
Terserah
Hm?
Rasa Apa Ini?
Sakit Luar Biasa
Shane Kecil
Anak Papa Katanya
Modus
Gak Lucu
Ada Apa Ini?
STOP
Grup Chat
Lagi dan Lagi
BEKA
BeKa Sudah Update
🎁GIVE AWAY TIME🎁
PENGUMUMAN GIVEAWAY
Extra Part 1
Extra Part 2
Extra Part 3
Extra Part 3 bagian 2
Extra Part 3 bagian 3
Tanya Dong, Jawab Yak
Extra Part 4
Extra Part 5
Extra Part 6
Extra Part 7
Extra Part 7 bagian 2
Extra Part 8
Extra Part 9
Extra Part 10

Dedek Bayi

15.6K 677 124
By DNF_17

Setelah Mas Farhan pulang, kini aku sudah berada di depan rumah Diandra berdua dengan kak Shane. Dia terihat sedikit cemberut karena kejadian tadi. Masa bodoh dengan kak Shane, aku ingin sekali bertemu anak Diandra.

Ku ketuk pintu beberapa kali. Aku sengaja tidak memberitahu Diandra bahwa aku sudah pulang. Aku berniat memberi kejutan padanya.

"Surprise...." Kataku bersemangat saat Diandra membukakan pintu rumahnya.

"Udah ayo masuk." Ujar Diandra datar dan membuat semangatku langsung hilang.

Tadinya aku bersemangat tapi kini aku mengerutkan dahiku saat Diandra langsung masuk meninggalkan aku dan kak Shane di depan pintu. Aku melihat ke arah kak Shane, lalu kak Shane menaikkan bahunya tanda tak mengerti.

"Yahh Diandra lo kok biasa aja sih gue dateng."

Diandra masih diam saja tak menjawabku. Dia bahkan melipat kedua tangan di depan dadanya dan menatapku tajam.

"Diandraaa."

"Hahaha sini sini, gue kangen banget sama lo Chaaa." Diandra tertawa lalu mendekat ke arahku dan memelukku erat.

"Ahh Diandraaa, gue kira lo marah, maaf ya gak bisa dateng ke nikahan lo."

"Haha iya gakpapa."

"Eh itu lo kok sama kak Shane, udah gakpapa?" Bisik Diandra yang masih memelukku.

"Hmm ceritanya panjang" Aku mengangguk pelan.

Tak lama setelahnya Diandra melepaskan pelukan kami. Dan beralih menyapa kak Shane.

"Kak Shane, gimana kabarnya?"

"Baik dong, asal sama Ocha gue mah baik hehehe."

"Ohiya dedek bayinya mana, kak Ciko juga?" selaku bertanya pada Diandra.

"Oh dedek bayinya lagi tidur di kamar."

"Yahh kok tidur sih, kan pengen main."

Karena sudah tidak sabar aku pun mengajak Diandra untuk pergi ke kamarnya, aku ingin sekali melihat bayi Diandra. Kak Shane juga mengikuti kami.

"Eh kalian udah dateng?" sapa kak Ciko yang membuka pintu kamarnya.

"Loh kok kak Ciko tahu aku mau dateng kak?"

"Tadi itu si Diandra kan telfon Bubun, niatnya mau nitipin Zidan ke Bubun, eh kata Bubun kamu mau kesini bareng Shane." Zidan, pasti itu nama dari anak mereka.

Pantesan tadi Diandra gak kaget

"Hei bro gimana nih? Udah jadi bapak aja lo." Kak Shane menyapa kak Ciko, sahabatnya itu.

"Hahaha lo sendiri gimana? Udah lama gak kelihatan."

"G..gu..gue." Kak Shane terlihat kebingungan menjawabnya.

"Eh kak Ciko mau lihat dedek bayi dong." Kataku berusaha mengalihkan pembicaraan.

Akhirnya kak Ciko menyuruhku masuk ke dalam kamarnya. Ternyata benar dedek bayi nya sedang tertidur pulas sekali. Dia terlihat sangat lucu dan menggemaskan. Tanganku sangat gatal, ingin aku mencubit pipinya. Kak Shane duduk di sampingku dia juga terlihat gemas melihat Zidan yang sedang tidur di tengah ranjang.

"Ohiya kalian berdua di sini dulu ya nungguin Zidan hehehe." Perintah kak Ciko.

"HAHHH?" kataku berbarengan dengan kak Shane.

"Iya kita mau kondangan kok, sebentar aja, kan tadinya kita mau titipin Zidan ke Bubun." Imbuh Diandra untuk menjelaskan.

"Yahh Diandra." Keluhku.

"Bentar aja Cha, ya ya ya?" bujuk Diandra.

"Oke lah, sebentar aja ya."

"Makasih ya Ochaaaaa." Katanya sambil mendekat ke araku dan mencubit kedua pipiku.

"Sakit tauk."

"Yaudah Shane, gue sama Diandra pergi dulu, jagain anak gue baik baik." Pamit kak Ciko pada kami.

"Siap." Balas kak Shane.

Kak Ciko dan Diandra sudah pergi, kini tinggal aku, kak Shane dan dedek bayi. Aku dan kak Shane masih saja duduk di samping Zidan dan memperhatikannya yang sedang tertidur dan sesekali menggerakkan tangan kecilnya. Dia sangat imut. Beberapa menit berlalu tapi kami tidak bosan melihat Zidan.

"Kak Shane, jangann." Larangku saat tangan kak Shane maju ingin mencubit pipi Zidan.

"Pelan doang."

"Ihh jangan, nanti dedeknya bangun." Larangku kembali tapi kini tangan kak Shane sudah berada di pipi Zidan.

Aduh nangis nih nangis dedeknya, kak Shane bandel amat.

Zidan menggerakkan kepalanya, dan bibirnya mulai bergerak sepertinya dia akan menangis.

"Huaaa Oekkk Oekkk Oekkkkkkk" Benar saja Zidan mengeluarkan suara nyaringnya.

"Kak Shaneeeeee nangis kan."

"Aduh aduh maaf Sayang, gak tau kalo bakalan nangis." Kak Shane merasa sangat bersalah.

"Sayang, Zidan Sayang, cup cup cup cup." Kataku sambil menepuk- nepuk paha Zidan berharap tangisannya berhenti.

"Oeekkkkk Oekkkkkk Huaaaaaa." Bukannya berhenti tapi suara tangis Zidan semakin kencang saja.

"Sayang itu Zidannya gimana?" Kak Shane terlihat kebingungan begitu juga dengan diriku.

"Aduh cup cup cup yaa, jangan nangis dong, anak pinter gak boleh nangis yaa." Aku masih berusaha menenangkan Zidan.

"Sayang coba deh kamu gendong." Kak Shane memberi saran padaku, aku panik karena memang sebelumnya aku belum pernah menggendong dedek bayi.

"Ihh aku takut, belum pernah gendong bayi kak." Rengekku pada kak Shane.

"Dicoba sayang, itu kasihan nangis terus." Ku lihat keringat kak Shane keluar dari pelipisnya, memang suhu ruangan menjadi bertambah panas, mungkin karena kami berdua sedikit panik.

Akhirnya aku pun mencoba untuk mengangkat tubuh mungil Zidan. Sedikit takut memang pada awalnya, bahkan tanganku gemetaran saat mengambilnya. Aku memang sudah sering menggendong anak kecil seperti Daffa dulu, tapi tidak sekecil ini.

"Oek oekk haa." Tangis Zidan sedikit mereda, walaupun memang belum berhenti.

"Kayaknya dedeknya haus, itu lihat deh mulutnya buka buka gitu Sayang." Tunjuk kak Shane pada Zidan yang memang sepertinya kehausan.

"Duh minumin apa dong kak?" Aku kasihan melihat Zidan masih saja menangis.

"ASI lah."

"Ya mana punya aku."

"Ohiya yaa, itu aja pakek susu bubuk atau apalah itu."

"Bener juga kamu kak, ihh coba deh telepon Diandra atau kak Ciko tanya dimana itu susu sama botolnya kak."

"Oke oke bentar ya."

Kak Shane menelpon Diandra, sedangkan aku masih menggendong Zidan dan menggerakkan- gerakkannya agar lebih tenang. Sepertinya Zidan sangat ingin minum. Mukanya sudah merah sekali karena menangis. Sesekali tanganku menyeka air matanya yang mengalir di sudut mata kecilnya.

"Sayang, kata Diandra sih susunya ada di dalem almari yang ada di dapur terus kalo botolnya ada di rak."

"Yaudah, Kak Shane yang gendong Zidan ya, aku yang buatin susunya."

"Gak gak gak, gak mau nanti nangis lagi, aku juga gak bisa gendongnya, nanti kalo jatuh gimana?" kak Shane menolah mentah- mentah.

"Yaudah kalo gitu kamu yang buat susunya."

"Yahh gimana caranya?"

"Itu tuh cari aja di google kak, kalo gak baca aja di kotak susu bubuknya pasti ada."

"Oke oke lah, bisa bisa."

"Cepetan kak."

"Iya sabar sayang, ini juga baru mau keluar."

Sudah cukup lama aku menunggu kak Shane tapi belum dateng dateng juga. Sepertinya dia kesusahan membuatnya. Aku pun memutuskan untuk keluar kamar dan hendak menuruni tangga menuju dapur.

"Eittss gakusah turun ini udah jadii." Tak berapa lama kak Shane muncul dan berteriak, dengan segera dia menaiki tangga.

"Lama banget sih kak."

"Iya, ini pertama kalinya aku buat sayang, dulu waktu Airin masih bayi, mama yang ngurus semuanya. Aku gak pernah ikutan." Kak Shane bercerita mengenai Airin, anak Viona.

"Yaudah siniin susunya."

Zidan sangat kuat sekali meminum susunya, tangisnya pun berhenti seketika. Matanya sudah membuka lebar, tidak seperti tadi. Dia tampak melihat ke arahku, mungkin dia bingung karena bukan ibunya lah yang berada di depannya saat ini.

"Zidan sayang haus yaa, ganteng banget sih kamu." Ujarku masih dengan memegangi botol susu itu.

"Makasih loh, aku emang ganteng." Sahut kak Shane kepedean.

"Apaan sih orang Zidan kok yang ganteng."

"Sayang, dedeknya lihatin aku coba Hehehe." Kak Shane terlihat girang saat Zidan memutar bola matanya dan melihat ke arahnya.

"Hehehe iya, lucu banget yaa."

"Sayang lihat sini deh." Aku menoleh ke arah kak Shane, ternyata dia sudah siap dengan ponselnya yang di hadapkan ke arahku. Dia mengambil gambarku dan Zidan, aku pun tersenyum.

"Sekarang selfie ya." Katanya lalu mendekat ke arahku dan mengambil pose.

Senyum kak Shane mengembang saat menggeser beberapa foto yang telah di ambil olehnya. Entah apa yang ada di pikirannya saat ini, aku tak tahu.

"Aku mau nikah besok." Celetuknya tiba- tiba.

"Dih kak Shane gila, di kira apaan bisa besok, ya gak bisa lah."

"Iya iya aku juga tahu, tapi aku bener- bener gak sabar pengen nikah sama kamu. Pengen punya dedek bayi kayak Zidan."

"Idih, kak kamu laper gak?" tanyaku ingin mengalihkan pembicaraan kak Shane.

"Iya laper."

"Yaudah ini Zidannya udah bobok lagi, kamu jagain ya, aku mau cari makan siang dulu."

"Oke deh."

Setelah menidurkan Zidan aku beranjak turun untuk mencari makan siang. Niatnya aku ingin membeli ke luar tapi sayangnya pintu depan di kunci.

Kalo gini mah niat ngurung orang tuh Kak Ciko sama Diandra. Gila aja dikunciin gini.

Tidak ada pilihan lain, aku harus memasaknya sendiri. Aku pun menuju dapur, aku membuka kulkas milik Diandra. Sial sekali tidak ada bahan makanan apapun disana. Tetapi untungnya masih ada beberapa bungkus mie instan.

Daripada kelaperan gakpapalah makan mie instan

Setelah bergulat dengan panci, kompor dan sebagainya. Akhirnya dua mangkuk mie rebus sudah jadi dan siap untuk di nikmati. Aku kembali ke atas untuk memanggil kak Shane.

"Kak Shaneee udah jadi nih makannya. Kak Shane? Kak?" Panggilku sambil berjalan ke arah kamar tapi tidak ada sahutan apapun.

"Kak Shane?" Ku buka pintu kamar, tidak ku duga ternyata kak Shane tertidur di samping Zidan. Dia tertidur menyamping ke arah Zidan dengan kepala yang di tumpu dengan satu tangannya. Dan tangannya yang lain tampak membawa sebuah kipas. Sepertinya dia mengipasi Zidan sebelumnya.

Terlihat sangat lucu sekali mereka berdua tertidur bersama seperti itu. Aku menjadi tidak tega untuk membangunkan kak Shane, dia terlihat sangat kelelahan. Mungkin aku terlalu lama menyiapkan makan siang untuknya.

"Kak Shane..." lirihku sambil menepuk punggung kak Shane pelan, takut Zidan akan bangun lagi.

"Hmmmm." Kak Shane mengerjapkan matanya.

"Turun yuk kak, makan dulu."

"Ahh iya udah ya, maaf ya aku ketiduran."

"Iya gakpapa."

Kami sudah berada di meja makan dan menyantap mie rebus yang sudah ku siapkan tadi. Sesekali aku melirik kak Shane, sampai saat ini aku masih tidak menyangka bisa melihat kak Shane berada di depan mataku. Aku tersenyum, aku sangat senang bisa berdua dengannya setiap saat seperti dulu lagi.

"Keburu dingin, jangan lihatin aku terus." Ujarnya masih fokus dengan mie nya.

Kok tahu sih kalo aku ngelihatin

"Hmmmm." Aku mengiyakan.

Tak lama kemudian makan siang kami sudah selesai, aku membereskan mangkok dan hendak mencucinya. Tetapi kak Shane menahanku.

"Aku aja yang nyuciin sini, tangan kamu pasti pegel kan habis gendong Zidan dari tadi." Katanya lalu beranjak mengambil mangkok dan menuju wastafel.

Sekali lagi aku tersenyum melihatnya , dia memang selalu saja perhatian seperti ini. Aku mendapatkan hal itu kembali, Aku sangat rindu kak Shane, sungguh benar- benar rindu. Aku tidak akan melepasmu lagi.

"Udah selesaiii. Hehehe." Kak Shane duduk kembali.

"Makasih yaa."

"Gakusah makasih lah gitu doang, capek ya ngurus bayi."

"Iya makanya kalo nikah nanti jangan pengen anak banyak kak."

"Cieee berarti pengen nikah sama aku dong kamu hahaha."

Aduh kenapa pakek ngomong gitu sih yaa

"Huhhh."

"Gak banyak kok, delapan aja lapan." Kak Shane terus saja menggodaku.

"GAK."

"Yuadah lima aja deh lima, udah dikit kann."

"GAKKKKKKK."

"Haha pokoknya aku mau nikah sama kamu."

Dikira gampang apa

***

Maaf ya lama banget updatenya hehehe.

Makasih ya yang udah baca, jangan lupa vote dan comment. Terutama comment kalian aku tungguin loh yaaa.

See you.....

Continue Reading

You'll Also Like

585K 15K 25
Disekolahkan di sekolah putri, disuruh masuk ke asrama selama 3 tahun, diawasi gerak-gerik selama kurang lebih 17 tahun, bagaimana rasanya? Dilarang...
267K 27.1K 30
[Belum direvisi] Nisa mempunyai ketakutan tersendiri dalam hidupnya. Sebuah ketakutan yang mungkin akan dianggap lucu oleh orang lain, namun begitu m...
32.2K 1K 23
Arisha Cantika tidak pernah membayangkan bahwa dia akan menyetujui keinginan dari cowok tengil yang suka mengganggunya itu. Entah ada setan apa yang...
77.6K 7.8K 70
"Aku akan mendapatkan apapun yang aku inginkan, aku tidak pernah membiarkan siapa pun menyentuh milikku secuil pun." Arsakha. "Ayo sudahi hubungan i...