Nothing Last Forever (Hate-Lo...

By ulphafa

581K 51.7K 1.4K

Bryna tidak ingin kembali ke rumah yang sudah ia tinggalkan selama 4 tahun belakangan. Dia tidak ingin kembal... More

Satu
Dua
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua Belas
Tiga Belas
Empat Belas
Lima Belas
Enam Belas
Tujuh Belas
Delapan belas
Sembilan Belas
Dua Puluh
Dua Puluh Satu
Dua Puluh Dua
Dua Puluh Tiga
Dua puluh Empat
Dua puluh lima
Dua puluh Enam
Dua puluh Tujuh
Dua puluh Delapan
Dua puluh Sembilan
Tiga Puluh
Tiga Puluh Satu
Tiga Puluh Dua
Tiga puluh Tiga (End)
Extra Part

Tiga

20.9K 1.9K 41
By ulphafa

When it gets hard, you know it can get hard sometimes.
It is the only thing that makes us feel alive..

(Ed sheeran_photograph)

•°•

Tentu saja, itu sama sekali bukan urusannya. Tama tahu gadis itu marah. Wajahnya sudah memerah dan nafasnya pendek-pendek tak beraturan. Tapi ia tidak akan tergoda untuk menenangkannya sekarang.

Semua orang disini tahu tentang skandal empat tahun lalu yang melibatkan kakak beradik anak-anak kuncoro.
Tentang bagaimana Bryna membatalkan pernikahan beberapa jam sebelum acara itu dimulai, tentang bagaimana Nicko dan Brenda yang terpaksa menikah untuk menyelematkan nama baik keluarga, juga tentang bagaimana Bryna kabur setelahnya.

Tama memang sedang tidak disini saat peristiwa itu terjadi. Tapi cerita itu bergetar diseluruh kota dan tetap membuat gossip panas bahkan setelah berbulan-bulan kepergian Bryna ke luar negeri.

Tapi sekarang, saat Bryna akhirnya kembali, mereka tidak berpikir bahwa Bryna hanya sekedar pulang, tapi ia juga kembali ke dekapan kekasih lamanya yang tidak bahagia dalam pernikahannya.

“Aku tidak akan mengulang gossip Bry, aku hanya mendengarkan. Jadi kamu bisa membagi rahasia kecil itu denganku.”

Bryna berhenti melangkah, ia berbalik dan mulai berteriak.
“Aku tidak peduli!"

Beberapa orang yang hendak keluar masuk RS menengok kearah mereka sebentar sebelum melanjutkan berjalan. Tama menyadarinya, tapi Bryna sepertinya tidak.

“Yah, kamu memang tidak pernah peduli tentang apapun selain dirimu sendiri.” Kata Tama dingin.

Bryna menatapnya tajam, sepertinya hendak melontarkan sesuatu, tapi membatalkannya.
Sebagai gantinya, ia hanya berkata dingin pada Tama, “Selamat malam.” Dan berbalik, dengan cepat melintasi halaman dan tidak sekalipun menoleh ke belakang lagi. Ia bahkan tidak menyadari bahwa tatapan Tama masih menempel padanya.

Bryna yang di ingat Tama selama ini adalah remaja cantik berseragam SMP, cerdas, dengan rambut hitam sebahu dan masih tampak begitu polos.

Berapa lama dia tidak melihatnya? 12? 13 tahun?
Selama itu, Tama sudah membayangkan kalau Bryna akan tumbuh menjadi wanita cantik dan menarik. Tapi dia sama sekali tidak menyangka kalau gadis itu akan semenarik itu.

Dengan tubuh tinggi ramping, mata bulat, rambut yang dicat coklat maroon, dan kulit mulus yang terlihat begitu lembut. Dan setiap gerakan yang ia buat, tampak manis bahkan saat ia marah sekalipun.

Lama sampai punggung Bryna menjauh dan tidak terlihat dari pandangannya lagi, Tama masih tetap diam dalam posisinya.

•°•

“Itu tidak mungkin!” Brenda berteriak dari seberang meja. Dia tampak terguncang dan tidak percaya.

Om Indra, pengacara keluarga yang sudah mereka kenal sejak kecil itu menghela nafas panjang, tampak sangat putus asa dan lelah.

“Saya juga berharap kalau itu adalah sebuah kesalahan, Bren. Tapi sayangnya, itulah apa yang sebenarnya terjadi. Ibu kalian bangkrut.” Ujarnya sedih.

Setelah melewati malam panjang yang membuatnya susah tidur, Bryna tidak menyangka bahwa ia akan mendengar kabar buruk secepat ini.

Rasanya tidak mungkin bahwa beberapa jam yang lalu ia masih gelisah dengan pengakuan Nicko dan pertemuannya dengan Tama, sedangkan sekarang ia harus menerima kabar yang membuatnya linglung.

“Tapi perusahaan lain..” Nicko tidak melanjutkan, menatap Brenda dan Bryna yang sama-sama bingung.

“Singkatnya, pengeluaran kita lebih besar dari apa yang kita dapatkan. Dan itu sudah terjadi sejak 7 tahun yang lalu.  Satu persatu saham yang ditanam di perusahan-perusahaan besar mulai dijual. Pabrik tekstil dan kayu gulung tikar. Dan sekarang tinggal perusahaan konstruksi saja yang tersisa.”

Bryna tidak menyahut. Dalam kepalanya muncul gambaran tentang ibunya yang bekerja keras menggantikan ayah sejak ayah mereka meninggal. Dari pagi hingga malam, banting tulang, pontang-panting kesana kemari mengurusi semua bisnis peninggalan kakek nenek, dan perusahaan konstruksi milik ayah.

Setiap hari, selama puluhan tahun, dengan wajah dan sikap yang makin mengeras, ibunya berjuang  demi tetap menjaga warisan keluarga, memastikan bahwa anak-anaknya tumbuh berkecukupan dan tetap hidup terhormat. Dan sekarang?

“Tapi kenapa kami tidak diberitahu? Dan kenapa media tidak memberitakannya ? Bukankah ini akan menjadi berita hangat?” Nicko bertanya.

“Diberitakan sebenarnya. Hanya saja, ibu kalian mengatakan bahwa alasan dibalik penjualan saham yang dia lakukan, adalah karena dia menginginkan istirahat dan ketenangan di hari tuanya.”

“Dan mereka mempercayainya? Bukankah kalau ibu memang ingin istirahat, ibu tinggal mundur dan tidak mengurusi pabrik lagi? Duduk manis di rumah, membiarkan orang lain yang mengelolanya dan tetap menikmati hasilnya?” Tanya Nicko lagi.

“Yah,” Bryna melihat Om Indra mulai bergerak gelisah di tempat duduknya.
“Sebenarnya, ibu kalian mengeluarkan uang yang cukup banyak agar media tidak memblow up masalah ini.”

Khas ibu.
Bryna bisa mempercayainya. Ibunya selalu menomor satukan nama baik diatas segala-galanya.

“Astaga!” Nicko menyisir rambutnya dengan tangan, tampak frustasi dan marah.
Disampingnya, Brenda mulai menangis.

Tapi Marah dan menangis tidak akan menyelesaikan apapun. Ada hal lebih besar yang harus mereka selesaikan sekarang.

“Dan mengenai pinjaman itu?” Akhirnya Bryna bersuara.

“56 Milliar. Dengan rumah ini sebagai jaminan. Dan..” Om Indra menarik nafas. “Sudah jatuh tempo sejak 3bulan yang lalu. Bulan lalu sp 3 nya sudah keluar. Dalam sebulan, kalau kita tidak bisa melunasi semua pinjaman, rumah ini terpaksa di lelang.”

“Bohong! Ini semua bohong!” Brenda histeris dan terisak pilu.

Bryna sangat bersyukur dia sedang duduk sekarang. Karena kalau dia berdiri, Bryna pasti akan kehilangan keseimbangannya sekarang. Kepalanya berputar-putar dan tubuhnya lemas. Tapi ia menguatkan dirinya untuk bertanya.

“Pilihan terbaik apa yang kami punyai om?”

Om Indra menggeleng sedih. “Saya sudah berusaha melobi pihak bank, minta perpanjangan waktu, tapi mereka tidak bisa membantu. Dan kalaupun perusahaan konstruksi itu dijual, saya kira tidak akan bisa menutup pinjaman kita. Perusahaan itu kecil dan sedang dalam posisi sulit juga sekarang.”

“Mungkin kalau kita menjual rumah dan perusahaan sekaligus, itu baru bisa menutup hutang dan masih menyisakan sedikit uang untuk membeli rumah yang lebih kecil dan memulai kehidupan baru.”

Bryna memejamkan matanya. Tidak bisa membayangkan ibunya bisa tinggal di tempat lain kecuali rumah ini. Ibunya mencintai rumah ini. Ibu dan ayah sendiri yang merancangnya, membangunnya dengan banyak harapan indah, dan mengisinya dengan cinta mereka.

Mereka mencintai rumah ini. Bryna juga mencintainya. Dia yakin orangtuanya tidak akan melepas rumah ini begitu saja tanpa berjuang terlebih dulu. Begitupun dengannya.

“Masih ada sebulan lagi kan Om? Apa yang bisa kami usahakan selama itu?”

“Mendapatkan pembeli dengan harga tertinggi?” Nicko menyarankan, yang langsung mendapat pandangan mencela dari Bryna dan Brenda.

“Kalau kalian mau, kalian bisa membuat Karya Utama membangun lagi. Mendapatkan kontrak besar baru, uang muka besar, dan menutup hutang kalian. Rumah dan perusahaan terselamatkan.”

Om Indra menatap mereka semua sebelum menambahkan getir, “Tapi itu pekerjaan yang berat, dan kemungkinan berhasilnya tidak lebih dari 30%.”

“Kami akan mencoba Om. Kalaupun gagal..” Bryna mengangkat bahu. “Kami akan mencoba terlebih dulu.”

“Bagus. Saya lega mendengar itu. Saya pikir, orangtua kalian juga akan melakukan hal itu. Dan, well, kita akan butuh bantuan Tama kalau begitu.”

“Tama?” Bryna mengulangi. Menatap Om Indra bingung. Yakin bahwa dirinya tadi salah dengar.

“Ya, Tama. Artama Ganendra. Dia lulusan S2 di Jerman, dan dia sudah empat tahun ini jadi manager proyek di Karya Utama. Dan laki-laki itu brilliant.”

Bryna ternganga. Tidak tahu berita buruk apalagi yang masih sanggup ia dengar.

“Tama?”
Kali ini Nicko yang bersuara. Dari raut wajahnya, sepertinya dia tidak sepakat dengan om Indra.

“Saya mengakui tentang reputasi kerjanya om. Memang patut diacungi jempol, ya. Tapi tidak kepribadiannya. Apa kita bisa bekerja sama dengan maniak seperti itu?”

“Astaga, sepertinya kata itu terlalu kasar untuk digunakan. Dia playboy, ya. Tapi dia tidak melakukan hal yang melanggar hukum.” Om Indra tampak berpikir sejenak sebelum melanjutkan dengan santai, “Kecuali kalau digilai banyak gadis merupakan kejahatan, dia memang bersalah kalau begitu.”

Brenda berhenti menangis dan mulai mengikuti pembicaraan ini lagi. Bahkan dia terkikik mendengar komentar tentang Tama barusan.

Nicko menatapnya jijik. Lalu beralih memandang Bryna.
“Aku tidak tahu apa kamu mengenalnya, Bry. Dia kembali hanya beberapa bulan setelah kamu pergi. Tapi aku yakin kamu tidak akan mau untuk banyak terlibat dengan orang sepertinya.”

“Bryna mengenalnya, Nick.” Brenda menyela. “Dia sudah mengenalnya bertahun-tahun yang lalu. Mungkin bahkan sebelum dia mengenalmu.”

“Benarkah?” Nicko menatap Bryna sangsi.

“Ya, saat aku masih remaja.” Jawab Bryna datar.

“Kamu bahkan masih anak-anak saat itu Bry.” Brenda mengingatkan.

“Ya, begitupun kamu.” Jawabnya pedas.

“Apa-apaan ini?” Nicko menatap kedua kakak beradik itu bergantian, tapi tidak mendapat jawaban dari keduanya.
Mengacuhkan Nicko, Bryna bertanya pada om Indra.

“Bagaimana menurut Om?”

“Secara profesional, dia luar biasa. Dia cakap, cerdas dan menguasai bidangnya dengan sangat baik. Mungkin kita memang hanya mengerjakan proyek-proyek kecil, tapi kita harus mengakui bahwa karenanyalah Karya Utama masih berdiri sampai detik ini.”

“Di luar kehidupan pribadinya, tentu saja.” Nicko kembali menggerutu.

“Ya. Tapi saya rasa kehidupan pribadinya tidak relevan dengan pekerjaan yang dia lakukan. Toh selama ini dia membuktikan bahwa dia tidak mencampuradukkan keduanya. Dan jujur saja, sejauh ini tidak pernah ada keluhan dari orang lain tentang kehidupan pribadi Tama. Tidak secara hukum pastinya.”

Nicko masih tampak tidak puas, tapi Bryna tidak melihat jalan keluar lain yang bisa ia dapatkan.
“Ok om, kami akan masuk ke Karya Utama secepatnya, mencari jalan keluar dari masalah besar ini dan menghubungi om Indra setelahnya. Makasih banyak om.”

Ketiganya masih belum beranjak dari ruang tamu saat mobil om Indra keluar dari halaman.

Bryna duduk kaku di kursi baca di samping jendela, Bryna berselonjor lemas di sofa, dan Nicko berdiri, tampak gusar dan tidak puas.

“Aku tidak percaya ini terjadi. Aku tidak percaya.” Brenda terisak sedih lagi.

Bryna tidak menyalahkannya. Ia sendiri juga masih sangat shock mendengarnya. Membayangkan kesulitan keuangan yang dihadapi keluarganya, dan ancaman untuk kehilangan rumah ini selama-lamanya membuatnya sedih, jujur saja.

Tapi ia tahu, apapun yang dirasakan Brenda jauh lebih parah dari yang dirasakannya. Brenda yang mungil itu sejak kecil sudah terbiasa hidup mewah, serba berkecukupan, dan ia mendapatkan nyaris apapun yang dia inginkan. Tahu secara mendadak bahwa keluarganya bangkrut pasti membuatnya kalut.

Belum lagi tentang Egonya. Ia pasti takut tentang reaksi teman-teman sosialitanya mengenai hal ini. Dia pasti masih ingin dianggap mampu dan berada di kelas tertinggi. Dia tidak akan siap dengan status bangkrut yang baru saja ia dapatkan. Brenda dan ibu punya sifat yang sama dalam hal ini. Mereka terlalu khawatir tentang pendapat orang tentang mereka.

“Aku tidak percaya.” Ulang Brenda untuk yang kesekian kalinya.

Tidak ada yang menyahut saat ini. Nicko malah mengacuhkan istrinya dan menatap tajam pada Bryna.

“Aku tidak percaya kamu mau bekerjasama dengan orang seperti Tama, Bry.”

“Kenapa baru mempermasalahkan hal ini sekarang, Nick? Bukankah dia udah bergabung selama empat tahun?”

“Dia baik-baik saja sebagai penanggungjawab, ya. Aku setuju. Tapi untuk terlibat secara langsung dengannya? Bertemu hampir setiap hari? Kamu? Aku tidak bisa membayangkannya.”

“Kita belum tahu apa kita akan terlibat dengannya Nick. Kita belum tahu keadaan Karya Utama yang sebenarnya.”

“Oh, aku bisa menebak bagaimana cerita ini akan bergulir.” Nicko menatap Bryna putus asa. “Dia laki-laki yang menarik, jujur saja. Dia perayu ulung, dan kamu wanita kesepian. Apa lagi yang akan terjadi saat kalian terlibat?”

“Wanita kesepian? Astaga Nick. Itu berlebihan. Aku bukan wanita gampangan. Aku pikir kamu masih ingat itu.” Sahut Bryna pedas.

Nicko menatapnya, tampak menyesal atas kalimat yang baru saja ia lontarkan.
Sorry Bry, aku hanya..” Nicko mengangkat bahu, nada suaranya terdengar jelas-jelas menyesal.

“Cemburu.” Brenda melanjutkan kalimat Nicko. “Akui saja sayang, kamu ingin seperti Tama. Dia menarik, tampan, dan luar biasa sexy.”

“Aku hanya khawatir. Sangat. Dia menggunakan semua wanita seperti tissue sekali pakai! Dan aku tidak mau Bryna menjadi yang selanjutnya!"

Brenda menggeleng. “No, kamu tenang saja, Nick. Tama hanya akan menakhlukkan wanita yang dia inginkan. Dan dia pemilih. Punya kriteria yang tinggi untuk itu juga.”

“Semakin berbahaya untuk Bryna!”

“Dia tidak akan memilih Bryna! Dia sudah pernah memilihku! Aku! Bukan Bryna!” Brenda mulai berteriak lagi.

“Ha-Ha.” Nicko tertawa mengejek. “Oh, ya. Aku sangat percaya itu.”

“Kamu bisa bertanya pada Bryna. Dia tahu tentang hal itu.”

“Ya, ya, ya.”

“Kamu harus mengakui kalau aku menarik, Nick. Dan hanya karena kamu tidak tertarik lebih dulu padaku, bukan berarti orang lain juga melakukannya.”

“Itu menurut sudut pandangmu, Bren. Kamu selalu menganggap dirimu lebih dari yang seharusnya."

“Aku ke atas dulu.” Bryna memotong cepat.

Sepertinya hal sepele ini akan menimbulkan pertengakaran suami istri yang seru. Dan Bryna tidak ingin berada di tengah-tengah mereka untuk jadi penonton.

Saat ia sudah berada di kamarnya, Bryna menyadari bahwa pernikahan adiknya tidak berjalan dengan baik.
Dan ia berusaha keras untuk tidak menikmati fakta itu.

•°•

Makasih untuk yang sudah menyempatkan diri untuk baca.
Mohon kritik & sarannya..
Votenya jg.. 😁

Regrads, ulphafa.

Continue Reading

You'll Also Like

17M 753K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
950K 52.3K 32
75% hurt. 80% conflict. 100% realistic. 100% strong woman. Warning! This novel is contain of sad potion. Don't forget to prepare some tissue when you...
466K 48.5K 24
Sudah cetak selfpub ISBN 978-602-489-913-4 Malika kembali ke negara asalnya dua tahun setelah perceraian itu terjadi. Perceraian yang mematahkan hat...
2.5M 37.6K 50
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...