[2] Missing You ✔

By t3hxozro

28.7K 2.4K 274

"Sudah saatnya untuk melupakannya." "Eh tapi ketemu lagi sama dia. Melupakan dia nya kapan-kapan aja deh ya~ ... More

Prolog
Ep. 1
Ep. 2
Ep. 3
Bagian Kecil : Valentine's Day
Ep. 4
Bagian Kecil (2) : #HBDa22lingQueen
Ep. 5
Ep. 6 Futsal (Konflik)
Ep. 7 Bandung (Ceria dan Sedih Bersatu)
Ep. 8 Bandung (Ceria dan Sedih Bersatu).2
Ep. 9 Sakit (Konflik.2)
Ep. 10 Bbnj
Ep. 11 Masalah (Puncak Konflik)
Ep. 12 Masalah (Puncak Konflik).2
Ep. 13 Bertemu Orang Baru dan Pemakaman
Pengumuman
Ep. 14 Kembali Beraktivitas
Instagram
Ep. 15 Quality Time
Instagram
Ep. 16 Karaoke, Taman dan Ice cream
Pengumuman
Ep. 17 Permen Yupi
Ep. 18 Lelaki Bucin
HIATUS
Ep. 20 Selesai!

Ep. 19

798 94 14
By t3hxozro

Candy Yupi

Yupi : Kak

ChaeBy : Apa?
ChaeBy : Blm tdr?

Yupi : Main yuk kak
Yupi : Blm ngantuk😥

ChaeBy : Yuk. Shania jg mau ketemu kamu

Yupi : Asik
Yupi : Lusa?

ChaeBy : Liat nnti ya. Takut ada kelas

Yupi : Oke, Kak
Yupi : Aku tdr duluan ya. Selamat malam💓

ChaeBy : Selamat malam juga💖

Boby menyimpan ponselnya diatas meja dan langsung merebahkan tubuhnya disebelah Zara yang sudah tidur dengan nyenyak.rt

******

Sudah beberapa hari belakangan ini Shania dan Boby tidak saling bertemu, ada beberapa hal yang menyebabkan mereka berdua tidak saling bertemu. Dari Boby yang sibuk mengerjakan skripsinya dan mengurus kedua adiknya, dan Shania yang sering keluar kota untuk ikut keluarganya menyelesaikan pekerjaan agar Shania juga mulai terbiasa dengan semua pekerjaan yang ada di perusahaan Natha.

Hari minggu ini Boby berniat mendatangi rumah Shania setelah mendapatkan kabar dari kekasihnya itu kalau dirinya sudah berada dirumah dan akan jarang lagi untuk keluar kota.

Dengan menggunakan jaket denim dan topi berwarna hitam Boby keluar dari kost-annya. Sedangkan Kyle dan Zara sedang diculik oleh Veranda, Melody, Shani, Gracia dan Anin. Jadi ia tidak perlu khawatir untuk pergi dengan waktu yang cukup lama.

Berjalan beberapa meter untuk mencapai halte bus terdekat, dengan bermodalkan dompet yang hanya berisi beberapa lembar uang berwarna merah dan bus yang memiliki rute menuju daerah rumah Shania. Boby kembali harus berjalan kaki untuk benar-benar sampai didepan rumah Shania.

"Halo, Pak," sapa Boby kepada satpam yang menjaga rumah Shania.

"Eh, halo mas Boby. Tumben jarang dateng kesini," tanya satpam tersebut sambil mempersilahkan Boby untuk masuk kedalam perkarangan rumah Shania yang sangat luas.

"Sibuk sama skripsi nih, Pak. Shania juga kemarin-kemarin jarang ada dirumah kan?,"

"Iya nih, Mas. Rumah jadi sepi banget." Boby dan satpam tersebut terkekeh pelan.

"Shania ada dirumah kan, Pak?," tanya Boby

"Ada kok, Mas. Tapi lagi ada tamu juga didalem,"

"Siapa, Pak?,"

"Keluarga Mas Mario."

******

"Ah, saya gimana Shania nya aja, Pak Gunawan," ujar Kris tertawa hambar, namun semua orang ada diruangan tersebut tidak menyadari hal tersebut.

"Saya panggil Shania nya dulu ya." Larisa meninggalkan ruang tamu dan berjalan ke lantai atas tempat kamar Shania berada.

Agar dibuka kan pintu oleh sang anak, Larisa mengetuk pintu kamar beberapa kali. Shania hanya membukakan pintunya sedikit dan hanya memperlihatkan setengah kepalanya kepada mamahnya.

"Kenapa, Mah? Mario ya? Shania males ah," ujar Shania pelan.

"Ada keluarganya juga, turun aja sebentar. Gak enak kalau kamu gak turun, mereka cari kamu soalnya," ujar Larisa mendorong paksa pintu kamar yang dihalangi oleh Shania.

"Kan Shania udah gak ada apa-apa sama Mario." Shania menyingkir dari belakang pintu. "Suruh pulang aja, Mah."

"Enak banget kamu ngomong gitu." Larisa memukul pelan kepala Shania. "Yuk, basa-basi aja. Kalau ditanya iya iya aja, jangan lupa senyum."

"Kalau ditanya 'Shania masih sama Mario kan?' Shania jawab iya juga?,"

"Ya gak lah! Kamu kan udah sama Boby." Larisan mendorong Shania untuk masuk ke dalam kamar mandi. "Cuci muka terus ganti baju. Mamah tunggu dibawah."

"Iyaaa."

Larisa kembali turun kebawah. Shania kembali keluar dari kamar mandi saat mendengar langkah kaki mamahnya yang berjalan keluar dari kamarnya.

"Apa gue tampil jelek aja ya, biar keluarga Mario jadi gak suka." Shania menatap baju yang tadi diberi oleh Larisa. "Tapi, harga diri gue nanti hilang."

"Inget kata mamah 'tinggal iya iya terus senyum manis'."

Dengan cepat Shania merubah tampilannya yang awalnya hanya memakai baju tidur bergambar beruang, sekarang memakai blouse putih. Ia langsung menyusul mamahnya yang sedari tadi sudah berada dibawah, tak lupa ia juga membawa ponsel pintar miliknya.

"Halo, Om, Tante," sapa Shania dengan senyuman manisnya.

"Tambah cantik aja kamu, Shania." Shania hanya tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepada mamah Mario ketika dipuji. "Kok sekarang udah jarang ke rumah? Masih sama Mario kan?"

Shania memberi jeda untuk menjawab sembari berpikir. "Ah, Shania sama Mario udah gak ada apa-apa. Sekarang kita cuma temen aja."

Secara serentak pandangan Gunawan dan istrinya menatap anak laki-lakinya.

"Lho? Kapan kita putus Shania? Kita sebelumnya gak ada masalah apa-apa kan? Kamu kok ambil keputusan sendiri?," ujar Mario dengan tatapan sedih.

"Hah?" Terkejut dengan ucapan yang keluar dari mulut Mario, Shania sampai tidak bisa berkata apa-apa.

"Kalau kalian ada masalah selesain dengan kepala dingin ya, jangan sampai ada salah paham kayak tadi lagi," nasehat Gunawan tersenyum kepada Shania yang hanya bisa tersenyum.

Obrolan kembali terjadi dengan di dominasi oleh keluarga Gunawan, Shania mengalihkan pandangannya ke ponsel miliknya yang bergetar.

"Maaf, Om, Tante. Shania ijin kebelakang, ada telpon masuk," ujar Shania bangkit dari duduknya. Ia berjalan ke dapur yang letaknya tidak terlalu jauh dari ruang tamu.

Mas Boby

"Shania cantik disini,"

"Boby ganteng dihati Shania yang cantik. Apa kabar nih?,"

"Baik-baik saja kalau ketemu sama Boby ganteng." Shania terkekeh geli saat mendengar ucapan Boby dan saat ia membalas ucapan Boby yang sama-sama menggelikan.

"Sama, Boby juga lagi gak baik-baik aja karena belum ketemu sama Shania cantik,"

"Berarti kita jodoh nih kan sama terus,"

"Iya. Itu tandanya kita harus ketemu, agar supaya rindu ini tersalurkan,"

"Yuk, Boby ganteng kerumah Shania cantik ya,"

"Siap. Boby ganteng otw kerumah Shania cantik."

"Dasar, geli banget gue."

******

"Pak, Boby pergi dulu ya. Jangan bilang sama siapa pun kalau Boby tadi dateng kesini," ujar Boby keluar dari pos satpam dirumah Shania.

"Kenapa, Mas? Capek ya nunggu 1 jam disini? Yowes, Mas makan aja dulu sana nanti balik lagi kesini,"

"Boby pasti balik kok, Pak." Boby tertawa dan salim ke satpam tersebut. "Boby pergi, Pak. Oh iya panggil aja Boby jangan pake Mas, kayak tukang bakso deh. Dadah bapak ganteng."

Satpam tersebut tersenyum sambil memperhatikan punggung Boby yang secara perlahan menghilang dari pandangannya. Ia dikejutkan oleh suara klakson mobil yang sangat kencang dari belakangnya. Satpam tersebut sedikit menunduk dan segera membuka kan gerbang untuk mobil keluarga Gunawan agar dapat keluar.

"Kerja yang bener dong, untung lo gak kerja ditempat gue. Kalau ditempat gue udah gue pecat sekarang juga."

"Maaf, Mas."

Setelah mobil keluar Gunawan keluar, satpam tersebut kembali menutup gerbang. Shania berlari menghampiri satpam tersebut yang sudah kembali ke pos.

"Ada apa, Non?," tanya satpam itu.

"Gak ada apa-apa. Maaf ya Pak atas sikap Mario sama keluarganya," ujar Shania mengusap lengannya.

"Tidak apa-apa, Non. Saya yang salah juga, Non, gak usah minta maaf."

Shania tersenyum. "Nanti kalau Boby datang langsung suruh masuk aja ya, Pak."

"Tadi." Satpam tersebut kembali menutup mulutnya saat mengingat pesan yang diberikan kepada dirinya.

"Kenapa, Pak?,"

"Gapapa, Non. Nanti langsung bapak suruh masuk," ujar satpam tersebut sambil tersenyum.

"Makasih, Pak."

Beberapa menit kemudian Boby kembali datang kerumah Shania dengan tangan yang membawa satu plastik besar berisi buah-buahan. Dengan senyum yang mengembang dengan lebar dibibirnya, Boby menghampiri satpam tersebut yang sedang membaca koran.

"Halo, Pak," sapa Boby

"Halo, Bob. Langsung masuk aja," ujar satpam itu sambil membukakan pagar dan tak lupa kembali ditutup.

"Siap. Ini ada buah-buahan buat bapak,"

"Makasih banyak, Bob,"

"Sama-sama, Pak. Boby masuk dulu ya."

Kaki Boby kembali melangkah dengan lambat menuju depan pintu rumah Shania, ia keluarkan ponsel dari saku celananya.

Caniya

ChaeBy : Jemput pangeran mu didepan dong

ShaniaJ : Tinggal msk aja, manja bngt sih lo

ChaeBy : Kalau gue masuk nanti dikira maling

ShaniaJ : Iya tunggu

Boby kembali memasukkan ponselnya dan sibuk membenarkan rambutnya yang tadi sedikit berantakan terkena angin. Ia berdiri didepan pintu dengan tegap dan dengan senyum menawannya.

"Itu apa?," tanya Shania sambil menyuruh Boby masuk ke dalam rumah.

"Buah,"

"Lo pikir mau jenguk orang sakit," ujar Shania tertawa.

"Gue bingung mau bawa apa, jadi bawa buah. Walaupun gue juga udah tau kalau dirumah ini banyak buah." Boby duduk dan menaruh bungkusan buah diatas meja. "Calon mertua gue mana?"

"Dikamar, gue panggilin ya sekalian mau ganti baju. Lo tunggu disini,"

"Emang kita mau kemana?,"

"Kemana aja, gue bosen dirumah."

Shania meninggalkan Boby yang sedang memperhatikan foto-foto yang terpajang diseluruh tembok ruang tamu. Boby kembali duduk sambil memainkan ponselnya.

"Bosen dirumah? Perasaan dari kemarin keluar kota terus."

Tak perlu menunggu terlalu lama, Shania turun bersama kedua orang tuanya yang tersenyum lebar saat menatap Boby.

"Kemana aja, Bob?," tanya Kris

"Gak kemana-mana, Om. Kan om terus yang pergi." Mereka berdua tertawa, Kris mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Sekarang kalian mau kemana?," tanya Larisa yang duduk disebelah Shania.

"Palingan makan aja, Tan. Sama jalan mungkin ke taman,"

"Apaan taman, gak modal banget sih lo, Bob," timpal Kris

"Modalnya abis buat makan, Om."

"Boby emang kurang modal, Pah." Shania berdiri dan salim ke Kris dan Larisa. "Mau nitip apa?"

"Gak ada. Kalian jangan macem-macem aja."

******

"Shan, tunggu," ujar Boby menarik lengan Shania.

"Apa?,"

"Gue gak bawa motor, naik bus aja gapapa?,"

"Gapapa, ayo buruan gue udah laper."

Kini Shania yang menarik lengan Boby agar berjalan lebih cepat ke halte bus. Sambil menunggu bus datng Shania sibuk memainkan ponselnya, sedangkan Boby hanya memperhatikan wajah samping Shania yang begitu serius.

"Simpen dulu hp nya, katanya kangen," ujar Boby tersenyum tipis.

Shania mematikan ponselnya dan dimasukkan kedalam tasnya. "Maaf. Kamu mau nitip hp sama dompet gak?"

"Boleh."

Boby berdiri dan mengulurkan tangannya ke Shania, dengan senyum yang mengembang Shania membalas uluran tangan Boby.

******

Selama perjalanan menuju tempat makan yang akan mereka kunjungi, Shania terus memeluk lengan Boby dengan erat seolah tidak mau kehilangan dan memberi tahu kepada semua orang yang ada di dunia ini kalau Boby hanya milik dirinya.

"By, habis makan nonton ya," ujar Shania

"Yuk, tapi nonton film horror,"

"Harusnya film romantis atau komedi gitu kalau lagi berduaan," ujar Shania manyun.

Boby mengacak-acak rambut Shania sambil tertawa. "Iya sayang, nanti kita nonton film romantis ya."

"Kamu mau yang mana?," tanya Shania ke Boby yang sibuk memperhatikan wajah Shania.

"Yang mana aja, aku gak tau mau makan apa." Shania mengangguk dan Boby kembali memperhatikan wajah Shania yang begitu serius melihat menu makan.

"... dan orange juice 2. Itu saja? Ada tambahan?,"

"Gak ada,"

"Terima kasih, mohon ditunggu."

"Nanti kita nonton apa?," tanya Shania

"Gak tau, kan kamu yang ngajak nonton,"

"Gak jadi nonton aja gimana?," ujar Shania saat bingung memilih film yang akan mereka berdua tonton.

"Okee,"

"Gantinya kamu nemenin aku ke salon,"

"Hemberrrr." Boby menjulurkan lidahnya seperti meledek Shania. "Karena aku lagi baik jadi aku mau nemenin kamu ke salon."

"Ya mau gak mau, kamu harus mau."

Obrolan mereka berjalan sambil memakan makanan yang tadi Shania pesan.

******

"Aku ikut masuk?," tanya Boby

"Iya, nemenin aku. Sekalian ngobrol kek, tadi kita ngobrolnya cuma sebentar," ujar Shania sambil menarik tangan Boby masuk ke dalam tempat salon.

"Suruh mereka keramasin aku, Shan. Aku belum keramas hari ini." Shania mendelik ke Boby yang hanya menunjukkan deretan gigi putihnya yang bersih dan gingsul.

"Kerimbat namanya, kalau mau keramas aja mending jangan disini. Di kost aja, sama gue di keramasin," jelas Shania

"Boleh." Boby mengangguk-anggukan kepalanya seolah mengerti dengan apa yang dijelaskan oleh Shania. "Jadi, nanti gue buka baju didepan lo gitu?"

Shania menjitak pelan kepala Boby. "Ya kagak lah!"

"Ya kan katanya mau keramasin gue,"

"Gue ngeramasin bukan mandiin lo."

******

"Shania mau nikah sama aku gak?," tanya Boby memainkan jari-jari Shania yang rambutnya lagi dipotong.

"Mau,"

"Yakin?,"

"Iya."

Shania melirik Boby yang menunduk. "Rambut aku diwarnai jangan?,"

"Gak usah, gak suka aku liatnya."

"Rambut kamu juga udah gondrong, habis ini ke tempat cukur ya." Shania mengusap pelan rambut Boby dan menariknya pelan. "Potongannya jangan yang aneh-aneh."

"Iya Caniya. Nanti kamu aja yang pilih modelnya."

Shania tersenyum dan Boby kembali melanjutkan memainkan jari-jari Shania yang panjang.

"Pacar? Atau suami?," tanya tante-tante yang sedang memotong rambut Shania.

"Calon suami, mungkin,"

"Saya doain jadi ya sampai nikah,"

"Amin."

******

"Pak, potongannya jangan yang aneh-aneh. Kalau bisa yang kayak anak sekolahan aja," ujar Shania

"Eh, jangan. Masa aku botak,"

"Masih ada rambutnya,"

"Tapi, pendek banget. Dah, kamu diem aja gak akan macem-macem kok."

Shania duduk disebelah Boby sambil memainkan ponselnya sambil sesekali membuka obrolan dengan Boby.

"Shan,"

"Hm?,"

"Kalau aku tiba-tiba ninggalin kamu dalam jangka waktu yang lama, kamu terima gak?." Pertanyaan Boby yang baru saja terlontar mempu membuat jari-jari Shania berhenti memainkan ponselnya.

"Kenapa nanya kayak gitu?,"

"Takutnya aku harus ninggalin kamu ke tempat yang jauh lama banget,"

"Adik-adik kamu gimana?,"

"Aku nanya perasaan kamu nanti, Shania," ujar Boby mengacak-acak rambut Shania.

"Ya aku bakal nunggu kamu,"

"Janji ya?,"

"Janji." Shania mengerutkan keningnya. "Emang kamu mau kemana?,"

"Gak kemana-mana, sayang, kan kalau."

******

"Opa datang kerumah, Pak?," tanya Shania kepada satpam yang bertugas menjaga rumahnya.

"Iya, non."

Badan Boby langsung menegang dan tatapannya jatuh ke punggung milik Shania yang berdiri didepannya. Ia tersadar dari lamunannya saat Shania menepuk kencang pundaknya.

"Kenapa, By? Kamu sakit?," tanya Shania dengan tatapan yang khawatir.

Boby tersenyum. "Gak apa-apa kok."

"Yaudah yuk masuk." Shania menarik lengan Boby.

"Opa," panggil Shania langsung memeluk tubuh sang opa.

"Hay, sayang. Habis dari mana kamu, hm? Opa dateng, cucu opa pergi," ujar opa pura-pura marah.

"Tadi Shania habis jalan sama Boby." Shania berbalik dan dengan gerakan tangan seolah menyuruh Boby untuk mendekat. "Ini Boby, Opa."

"Saya Boby," ujar Boby sambil salim.

"Iya." Opa berbalik menatap Kris dan Larisa. "Opa pulang sakarang ya."

"Kok cepet banget, Shania kan baru sebentar ngobrol sama Opa nya,"

"Kamu lama sih pulangnya. Nanti Opa kesini lagi atau kamu yang main kerumah Opa."

Setelah pamit dan basa-basi sebentar, Opa bersama anak buahnya mulai berjalan kearah pintu rumah. Namun terhenti tepat disamping Boby.

"Ingat perjanjian kita kemarin."

******

Masih ada yang nungguin?
Maaf lama banget hehe

Aneh ya? Maklum udh lama gk nulis lg
Instagram menyusul~

Continue Reading

You'll Also Like

10.6K 1.8K 18
Hanya kisah tentang seorang gadis yang mati karna ketidaksengajaan oleh Sosok Dewa dan gadis itu memiliki identitas ganda sebagai sosok yang paling b...
1.4M 19.6K 48
ON GOING SAMBIL DI REVISI PELAN-PELAN. Start 18 November 2023. End? Cerita bertema 🔞, Kalau gak cocok bisa cari cerita yang lain terimakasih. Mars...
1K 121 3
Sebuah rahasia yang mengubah kehidupan Kim Yerim..
528K 40.7K 58
GxG 18+ (beberapa part) Medis Romance Fiksi Shani Indira natio Shania Gracia