Outcast [COMPLETED]

By itsmeRise

87.7K 8.8K 1.1K

#12 In Vampire [14-06-2018] "Candice. Can dalam Bahasa Inggris artinya Bisa. Dice dalam bahasa Yunani mempuny... More

[Satu] Rasanya asin
[Dua] Kamu siapa.
[Tiga] Punya Nama
[Empat] Aku hidup, Kamu hidup
[Lima] Can, Please
[Enam] Yang Berharga
[tujuh] Pertemuan Tak Terduga
Introduce
[Delapan] You, Can or Me, Can?
[Sembilan] Debaran Jantung
[Sepuluh] Menjadi Pertanyaan.
[Sebelas] Delete
[Dua Belas] ENDING ~MONICA

Epilog [Bonus Part]

7.3K 596 99
By itsmeRise

Sepertinya hidup Brayn memang di takdir kan sendiri. Setiap perempuan yang ia suka ataupun menyukainya pergi silih berganti. Brayn pernah bertanya pada Syanes jika sampai mati ia tidak akan mendapatkan jodoh.

Kepergian Monica menyadarkan Brayn akan satu hal. Jangan pernah memberi harapan sekecil apapun pada kaum Ibunya. Banyak pelajaran yang ia petik dari perempuan saiko itu. Meski tidak semuanya bersifat positif. Namun berhasil menyadarkan Brayn untuk memberi jarak pada perempuan. Ia tidak akan berbicara lagi pada perempuan, mungkin. Atau hanya sekedar berbasa-basi mengajak kenalan. Meninggalkan trauma yang mendalam, padahal tidak semua perempuan seperti Monica.

Brayn membawa dua bucket bunga. Mawar merah dan putih. Berjalan memasuki pemakaman yang sepi. Ia tidak menghadiri pemakaman Monica. Tubuhnya sempat drop lagi dan mengharuskan Brayn untuk bedres di tempat tidur.

Sekarang, setelah satu bulan kepergian perempuan itu. Brayn baru bisa mengunjunginya. Peristirahatan terakhir. Brayn berhenti di dua makam yang kini berhadapan dengannya. Ia melepas kaca mata dan mendengus pelan.

"Kayaknya lo berdua nyiksa gue, ya," Brayn menunjuk makam Monica karena tepat bersebelahan dengan milik Qymora. seolah ia sedang berbicara dengan kedua wanita itu.

Brayn menghembuskan nafasnya dan meletakkan mawar merah di atas gundukan bernama Qymora, dan putih untuk Monica. Brayn tahu bunga apa kesukaan kedua perempuan itu.

Duduk di antara keduanya. Menatap bergantian. "Kayaknya gue akan jomblo selamanya. Gue harap lo berdua berbaikan di sana seperti sebelumnya. Lo berdua itu memiliki porsi penting dalam hidup gue. Punya arti yang beda namun akan selalu gue ingat."

Brayn menepuk gundukan tanah Monica. "Maaf baru bisa kunjungi lo. Butuh waktu Mon, buat terima bahwa lo udah gak ada. Gue emang benci, benci banget dengan sifat dan perubahan drastis lo. Gue marah, tapi gue gak beneran serius marah sama lo. Gak tau kenapa gue gak bisa benci lo. Setelah gue tahu hidup lo saat lo udah di sini. Mon, saat gue tahu bagaimana perjuangan lo. Gue mau gantiin posisi lo, atau nggak ngerangkul lo. Tapi yang buat gue marah itu! Sifat saiko lo itu bikin gue darah tinggi, tidak nafsu makan, serangan jantung, diare berlebih. Intinya semua penyakit lah,"

Brayn menghembuskan nafasnya. "Nyesal juga percuma kan? Udah banyak orang yang rela pergi demi kehidupan gue." Brayn menggaruk ujung alisnya. "Jangan marah ya, gue kesini mau kasih tau lo berdua. Kalau gue-"

Cukup lama ia berada di sana, di bawah pohon rindang seolah bercerita. Mengadu apa yang menjadi masalahnya saat ini.

Sadar bahwa langit akan semakin terik, Brayn berpamitan. Sebelum benar-benar pergi, ia menatap dua makan itu dari mobilnya. Seolah Qymora dan Monica melambaikan tangan menghantar kepergiannya.

Hari ini adalah hari wisuda dirinya mendapat gelar dokter Spesialis Bedah. Keluarga dan sahabatnya hadir dalam hari penting itu.

Menerima ratusan bunga yang tidak bisa lagi Brayn genggam. Menumpuk di mobilnya. Hanya satu wanita yang ia tunggu dari tadi. Brayn sudah menghubunginya berulang kali namun tidak ada jawaban.

Melayani beberapa teman yang ingin berfoto dengannya. Brayn tersenyum begitu melihat Kansa datang membawa sebuah kado yang di serahkan untuknya.

"Selamat ya, Kak," Brayn memeluk Kansa singkat. Merasakan tubuh Kansa menegang.

"Makasih adik kecilku," Seketika senyuman Kansa menghilang. Saat Brayn mengacak rambutnya.

Adik?

Apa Brayn hanya menganggapnya sebagai adik selama ini? Kenapa Kansa merasa sakit mendengarnya. Lalu apa yang Brayn katakan tahun lalu? Apa yang Brayn janjikan jika ia kuliah di kota?

Kansa tersenyum getir. Seharusnya ia tidak menganggap serius semua ucapan Brayn. Sifat lelaki itu memang seperti itu. Baik pada semua orang, dan siapa yang tidak tahan dengan perhatiannya, akan jatuh sama seperti dirinya. Kansa menggeleng, siapa dirinya menginginkan lelaki tampan seperti Brayn? Kansa bukan apa-apa.

Ada banyak sekali orang-orang yang mengelilingi Brayn. Kansa harus merelakan jika dirinya sudah tidak penting di sana dan pergi meninggalkan keramaian. Saat sebuah mobil berhenti tepat di depan matanya.

Seorang wanita baru saja keluar dari mobil. Memakai kebaya modern berwarna pink muda di padu padankan dengan kain songket. Cantik sekali. Rambutnya yang di sanggul sebagian dan ada jepit cantik di sana. Olesan make up yang tidak terlalu glamor bahkan sangat natural. Kansa terpesona, sebagai perempuan saja ia tidak bisa berkedip melihatnya. Bentuk tubuh bagaikan model itu tersenyum ramah termasuk pada dirinya dan di balas Kansa dengan senyuman tidak kalah manis.

Senyuman itu tidak berselang lama saat lelaki yang Kansa kenal menghampiri perempuan itu. Melingkarkan satu tangannya di pinggang ramping dan menuntunnya berjalan karena sedikit kesusahan.

"Dari awal Mama udah bilang sama yang ini. Masih gak mau, tapi akhirnya yes juga kan, Mama setuju sama yang ini, A'. Kalau bisa habis ini langsung ke KUA. Udah pas,"

Kansa mendengar itu dan memilih pergi. Ia tidak ingin mengganggu hubungan orang lain. Masih banyak lelaki yang lebih baik dari Brayn.

"Move on Kansa!" Ujarnya memberi semangat pada diri sendiri.

Tanpa Kansa tahu, Brayn memperhatikan Kansa. Ia sengaja melakukan semua itu agar Kansa tidak berharap lebih. Setelah mendengar teriakan Kansa, Brayn bisa bernafas lega.

"Maaf ya, Ica terlambat."

"Gak papa atuh, Ca. Ayo kita langsung masuk aja," Syanes melingkarkan tangannya di lengan Laica dan membawa perempuan itu pergi dari Brayn.

Mungkin ini keputusan yang gila. Tanpa cinta, ia mengambil anak gadis orang untuk ia jaga. Bukan Brayn tidak suka. Cinta itu bisa tumbuh berjalannya waktu. Mungkin ia dan Laica belum memiliki perasaan satu sama lain. Siapa tahu apa yang akan terjadi besok.

Jodoh itu di tangan Tuhan.

"Yakin sama yang ini?" Tanya Migel meletakkan satu tangannya di pundak Brayn. "Gue masih inget deh, waktu lo tolak mentah-mentah saat nyokap lo jodohin lo sama Ica."

"Bilang kalau Ica bukan tipe lo karena gak ada sisi manisnya." Timpal Romeo. "Menurut gue ya, Bray. Lo sama Ica itu pas. Emang sih Ica gak ada manis-manisnya jadi cewek, tapi lo punya sisi itu. So? Kalian saling melengkapi. Ica juga anak baik, selama gue kenal sama dia, belum pernah lihat dia di gandeng sama cowok."

"Jadi acara lamaran nya di terima gak sama Ica?" tanya Migel menepuk pundak Brayn.

Brayn tersenyum. "Nggak," berhasil mendapat pukulan dari kedua sahabatnya. "Ye apaan, nih. Ya emang lamaran gue gak di terima, tapi Ica maunya langsung nikah." Brayn mendengus. "Main pukul aja," ujarnya kesal.

"Akhirnya ada orang yang buat dedek lo bangun juga," Romeo geli sendiri. "Nikahnya kapan?"

"Maunya gue sih sekarang. Biar sabun di apartemen gak berkurang."

Ketiganya terbahak.

"Jatah yang halal udah ada. Minta kapan aja di kasih, kan dia yang dosa kalo kita minta di cuekin," sambung Romeo masih tertawa keras.

"Halah lo mah halal haram masih di hantam." Migel menendang bokong Romeo.

"Lo juga sama berak!" Balas Romeo sengit.

"Btw, Bisa irit sabun juga. Gak kayak Migel stok sabun buat coli!"

"Fuck."

"Nanti ajarin gue malam pertama ya, gue mendadak amnesia. Gaya apa aja biar langsung encer. Eh jangan ding, gue gak mau punya anak, tunda dulu."

"Otak lo!" Migel mendorong kepala Brayn. "Nanti lo letakin kamera di sudut lemari. Gue ajarin." Lanjutnya membuat Romeo tertawa.

"Jangan lah, nanti lo yang horni bukan gue."

"Bangsat!"

Ketiganya berlari. Saling menendang satu sama lain dengan tertawa keras.

Dunia ketiganya berbeda dari kebanyakan orang. Sejak SMA, Gelar brengsek, tukang buat ulah, raja tauran, player, club, wanita selalu menjadi mainannya.

Brayn sempat berfikir kenapa ia di satukan dengan Migel dan Romeo. Kenapa ia tidak mendapatkan teman yang baik, membawa Brayn ke jalan yang lurus.

Sekarang Brayn temukan jawabannya. Kebaikan itu bisa di tebarkan di mana saja. So? Teman yang sedikit brengsek kadang di perlukan. Bukan tandanya ia merasa beruntung, keberuntungan itu tergantung bagaimana kalian menebarkan kebaikan. Maka teman yang baik akan datang tanpa kau undang.

Melihat dari banyaknya pertengkaran yang terjadi di antara ketiganya sejak SMA. Saling adu tonjok dan masuk rumah sakit ataupun tahanan. Semua itu sudah di lalui oleh ketiganya. Karena memang Tuhan masih ingin mereka bersatu, Sebesar apapun kini masalahnya. Brayn akan mengatakan. "Cobalah, Masalah akan berbalik menjadi sebuah anugrah."

Brayn berbalik. Berlari dengan posisi mundur. Seolah menatap sesuatu lalu ia kedipkan matanya dengan sebuah senyuman lebar.

Kamu bahagia, Can? Terima kasih telah mengajarkan aku tentang sebuah kehidupan.

Brayn kembali berbalik. Berlari menyusul Migel dan Romeo.

Kalian, Adalah memori indah yang kelak akan aku ceritakan pada putra dan putriku. Bahwa aku pernah mencintai orang lain sebelum Mamanya.

ENDING~

Endingnya gak nyambung?
Candice Mana?
Kenapa gak sama Kansa?
Kok sama cewek lain sih?!
Masih lanjut gak ceritanya?

Dan mungkin seperti itulah komenan yang akan aku baca nantinya. Jadi aku mau jelasin.

Bagian mana yang gak nyambung. Aku buat cerita ini agar kalian tau gimana ribetnya kisah cinta Brayn dengan berbagai jenis wanita.

Kenapa aku pilih Candice sebagai pemeran utama ceweknya tapi malah sama orang lain jadinya.

Aku pilih Candice karena dia punya opsi penting. Dia perempuan yang buat sadar Brayn tentang arti kehidupan, karena Brayn butuh itu setelah kepergian Qymora.

Emang kita tahu jodoh kita siapa?

Sama kayak Brayn. Dia gak tahu kalau bakalan nikah sama Laica yang jelas-jelas muncul di part terakhir.

Sebenarnya aku udah pernah bahas soal perjodohan Brayn. Aku udah kasih clue di DTH BAB 42.

Kansa?

Menurut aku dia terlalu kecil buat di pasangin sama Brayn. Makanya gak pernah masuk daftar list dari awal buat. Hanya untuk mengajarkan Brayn, berhenti memberi harapan.

Ceritanya masih lanjut, adohhhhh!!

Kalian akan ketemu lagi dan bakal kenal lebih dekat siapa Laica di Dear Manda. Makanya follow, masukin perpustakaan biar ada notifnya wkwk.

Udah segitu aja. Tanya aja tar aku jawab.

Monica

Candice

Qymora

Kansa

And the next girl to be continue. Laica

Jadi dari sekian cewek di atas, pilih mana?
Wkwk

Continue Reading

You'll Also Like

8.5K 807 10
"Kita hanya rekan bisnis tidak lebih" "Bagaimana kalau aku ingin kita lebih dari itu?" Tittle : Business Relationship? Rating : PG-17 Genre : Roman...
19.6K 4K 33
Kelanjutan dari kisah Christy bersama teman temannya didalam lingkup aliansi. setelah berhasil mendamaikan bangsa serigala dan juga bangsa vampir. Ch...
178K 19.3K 44
°Brothership & Family° °NOT BxB⚠️° °Mengandung harsh word⚠️° Ketika dua insan yang terikat oleh kentalnya darah harus berpisah karena suatu keegoisan...
583K 39.9K 46
[Daftar Pendek Wattys 2023] (Dark romance - fantasi - psikologi) Sejak pulang dari camping sekolah, Elisa jadi sering bermimpi bertemu seorang laki-l...