Backpacker In Love (COMPLETED)

By rahmifitria_

10.2K 603 14

Karin yang patah hati nekad pergi berlibur ala backpacker ke NTT. Sepanjang perjalanannya, Karin kerap menemu... More

Prolog
Lelaki & Komodo
Tiba-Tiba Liburan!
Terjebak (1)
GERD
Bemo Lampu Sepuluh
Gagal Berangkat
Terjebak (2)
Kesepakatan
Pengagum Rahasia
Cemburu
Kelimutu
Lagi-lagi, Teledor!
Cecilia
Amanat Palsu
Rekonsiliasi
Menikung dari Belakang
Gundah-Gulana
Secangkir Kopi Bajawa
Kenangan Mantan
Gua Batu Cermin
Malaikat Pelindung
Sepucuk Surat
Cinta yang Baru
Bukan Cinta Lokasi
Epilog

Perseteruan

391 28 0
By rahmifitria_

Setelah mendapatkan ponselnya, Karin pun melesat menuju pintu masuk Terminal 1A. Susah-payah ia berlari. Tas ransel besarnya melonjak-lonjak di punggungnya sementara dua tas lainnya bergelayutan di pundak kanan dan kirinya. Ia kembali harus melewati pintu pemeriksaan. Gawat, antriannya panjang lagi! Karin bolak-balik melihat jam tangannya dan perasaannya makin tak tenang. Lepas dari pintu pemeriksaan, ia pun langsung berlari mengurus bagasi dan membayar airport-tax. Petugas yang menerimanya terlihat tidak senang tapi masih bertoleransi dan menyuruhnya cepat-cepat menuju boarding gate A5.

Karin tiba di ruang tunggu dengan napas tersengal-sengal, celingukan mencari teman-temannya, tapi lantas tersadar kalau ia tak tahu seperti apa rupa mereka. Ia cuma kenal Shean, itu pun sepuluh tahun lalu. Buru-buru dikeluarkannya ponsel untuk menelepon Shean namun rupanya mati karena kehabisan baterai. Ia pun kembali celingukan. Kemudian ia melihat tiga lelaki dan seorang perempuan yang membawa tas-tas ransel besar seperti dirinya. Perhatiannya dengan cepat tertuju pada satu-satunya perempuan dalam rombongan itu yang tampak menonjol dengan tubuh jangkungnya dan kulitnya yang putih bersih bak model.

"Halo, apa kamu Shean?"

"Kamu-Karin? Aduh, aku dari tadi menelepon tapi kamu nggak angkat."

"Maaf, tadi hape-ku-"

"Wah, kamu nggak berubah, masih mungil seperti dulu! Masih doyan makan juga?"

Karin tersenyum dan mengangguk. "Maaf, ya, membuat kalian menunggu."

"Susahnya gini, nih, kalau jalan sama anak baru," kata seorang lelaki berbadan tinggi atletis dan berambut cepak. Dia terlihat amat gusar dan menatap Karin tak berkedip.

"Udah...udah," kata seorang lelaki berambut gondrong menengahi. "Ayo, pesawatnya udah mau boarding, nih!"

Karin mendongak untuk melihat siapa yang membelanya. Lelaki itu cuma tersenyum sekilas padanya lalu bergegas melewati boarding gate, diikuti dua temannya. Sementara Shean buru-buru menggamit lengannya untuk ikut menyusul.

"Kamu ke mana aja, sih? Evan udah ngomel-ngomel dari tadi, untung Dewo sama Jaya masih mau nunggu."

Dari Shean, ia tahu kalau lelaki yang marah-marah tadi namanya Evan, satunya lagi, Jaya, sedangkan yang membelanya, Dewo.

Tiba-tiba dari arah depan muncul dua orang kru pesawat, keduanya memerintahkan mereka untuk berlari karena pesawat akan segera berangkat. Dengan tergopoh-gopoh Karin dan teman-temannya menyusul dua kru yang telah melesat di depan. Namun beban tas yang lumayan berat membuat mereka tertinggal cukup jauh di belakang. Setibanya di landasan, lampu pesawat terlihat berkelap-kelip dari kejauhan, dua kru di depan memberi tanda agar semuanya lebih bergegas.

Karin baru bisa bernapas lega ketika kakinya menjejak tangga pesawat. Ia berusaha mengatur napasnya yang naik turun, sementara keempat temannya juga tampak tersengal-sengal. Ia merasa tak enak hati. Mereka berlima adalah penumpang terakhir yang masuk ke kabin pesawat.

"Maaf, ya, jadi bikin semuanya repot," kata Karin kepada Evan yang duduk di sampingnya.

"Memangnya kenapa kamu bisa telat?"

"Hape-ku ketinggalan taksi."

"Apa?"

Karin kaget mendengar suara Evan yang berubah meninggi, lelaki itu bahkan kini menatapnya sambil melotot.

"Masalahnya sejak kemarin aku sibuk banget, mendadak aku harus presentasi di kantor sampai begadang semalaman-"

"Kalau soal kerjaan, aku juga sibuk. Hari ini aku lembur, sampai jam enam tadi aku masih di kantor," potong Evan, tak terima alasan Karin.

Karin terdiam. Namun mendadak ia merasa tak nyaman dengan nada suara Evan yang menghakimi dan ia pun membela diri, "Seharusnya hari ini aku udah cuti, tapi bosku menyuruh masuk untuk presentasi."

"Tapi itu, kan, nggak bikin hape-mu ketinggalan di taksi!"

Emosi Karin hampir meledak lantaran sikap Evan yang terus menyudutkannya tanpa mau tahu duduk masalahnya. Rasanya Karin ingin balik mendampratnya, tapi bagaimana pun di sini dia yang jadi terdakwa.

"Ya udah, aku minta maaf."

Karin sedang tak selera berargumen. Dengan ujung matanya ia melihat Evan masih menatap ke arahnya. Namun ia tak ambil pusing. Berurusan dengan penderita darah tinggi akut seperti dia cuma bikin penyakit. Karin merebahkan sandaran kursi, memilih tidur saja.

***

Suara pengumuman di kabin pesawat membangunkan Karin. Lima belas menit lagi, tepatnya pukul 22.40, pesawat akan mendarat di Bandara Juanda, Surabaya. Mereka harus transit dan berganti pesawat untuk sampai di Bandara El Tari, Kupang. Seharusnya mereka bisa naik penerbangan shubuh yang langsung ke Kupang namun lantaran Evan hari ini masih masuk kerja mereka pun memilih penerbangan malam hari. Setelah check-in, Karin dan teman-temannya menuju boarding lounge menunggu panggilan keberangkatan.

"Jadi kamu berangkat jam berapa tadi dari kantor?" tanya Karin membuka pembicaraan, bermaksud berbaikan dengan Evan.

"Sekitar setengah tujuh," jawabnya pendek.

"Wah, mepet banget! Pasti deg-degan, tuh!"

"Nggak juga, karena aku udah siapin semua. Beres urusan kantor, aku tinggal berangkat."

Jiaaah... Malah nyindir!

"Eh, gimana kalau kita cari makan dulu?" Karin mendadak merasa amat lapar sebab perutnya belum terisi nasi.

"Nanti aja. Jangan sampai kita ketinggalan pesawat."

"Tapi ada pengumumannya, kan?"

"Jangan sembrono! Kita, kan, masih harus ngejar pesawat lagi ke Ende."

Karin urung mendebat. Gara-gara terlambat, posisinya kini serba tak enak. Ia membuka tasnya bermaksud mencari makanan tapi semua perbekalannya disimpan dalam tas yang dititipkan di bagasi, tadi ia lupa mengambil sebagian untuk disimpan dalam tas selempangnya. Ampun, Karin! Lupa, kok, dipiara? Sebagai gantinya ia lantas membeli beberapa potong roti.

Beberapa menit berselang, ia mendengar pengumuman bahwa pesawat mengalami keterlambatan disusul suara gerutuan para penumpang. Karin bersyukur masih ada dua potong roti di dalam tasnya yang segera saja dilahapnya habis.

"Ini pengalaman pertama kamu backpackeran?' tanya Dewo yang duduk di sampingnya. Karin tersenyum, ia ingat lelaki ini yang tadi membelanya di bandara. Dewo terlihat menarik dengan rambut gondrong ikalnya yang mengingatkan Karin pada Arya.

"Iya. Tapi kalau travelling, sih, lumayan sering."

"Oya? Udah kemana aja?"

"Kebanyakan di Jawa, kalau luar pulau baru Bali."

"Aku juga lebih sering backpackeran di Jawa. Lebih irit. Modal naik kereta, menclok di satu tempat, udar-ider beberapa hari terus naik kereta lagi."

Keduanya dengan cepat menjadi akrab. Shean dan Jaya pun ikut nimbrung. Mereka berbagi cerita pengalaman perjalanan masing-masing.

Sementara Evan terlihat asyik sendiri memainkan Ipad-nya. Beberapa menit kemudian, tiba-tiba ia bersuara, "Guys, kuharap kita bisa sepakat untuk disiplin soal waktu, jangan sampai jadwal kita berantakan gara-gara menunggu satu orang yang terlambat."

Karin kaget mendengar sindiran yang jelas-jelas ditujukan padanya itu, ia ingin menjelaskan penyebab keterlambatannya tapi sepertinya percuma.

***

Karin sedang mencuci tangannya di wastafel ketika Shean menghampirinya dan menanyakan penyebab keterlambatannya tadi. Ia senang karena bisa menjelaskan duduk persoalannya pada Shean, termasuk percakapannya dengan Evan yang membuatnya kesal.

"Evan memang keras orangnya, dia paling nggak suka sama orang yang nggak disiplin."

"Tapi ini di luar rencana, seharusnya dia bisa ngerti."

"Eh, tapi dia ganteng banget, kan? Katanya orang ganteng itu sah-sah aja kalau nyebelin."

Karin menatap Shean dengan terbelalak, ia bahkan nyaris berpikir ada yang salah dengan otak gadis di sebelahnya ini.

Shean tergelak melihat ekspresi Karin. "Sebenarnya dia baik, kok. Udah, jangan diambil hati."

Karin cuma melengos lalu melihat sekilas ke cermin. Apa ini cuma perasaanku aja? Ujung alis kananku, kok, keliatannya makin tipis? Seharian ini Karin memang cukup sering mengusap-usap alisnya lantaran tegang. Dalam hati ia bertekad menghentikan kebiasaannya itu kalau tak ingin alisnya botak sebelah. Ia kemudian merapikan poninya sekilas lalu buru-buru menyusul Shean yang sudah lebih dulu keluar dari toilet. Beberapa menit berselang, terdengar panggilan keberangkatan pesawat yang akan membawa mereka menuju Kupang.

***

Guncangan badan pesawat membuat Karin terbangun dari tidurnya. Rupanya pesawat mereka telah mendarat di Bandara El Tari, Kupang. Ia melihat jam, 04.05 WITA, terlambat satu jam dari jadwal seharusnya. Ketika kakinya menginjak landasan, dinginnya udara pagi terasa menusuk kulitnya. Karin dan teman-temannya kemudian bergegas menuju bangunan utama bandara yang berbentuk seperti rumah adat Timor.

Kelima anak muda itu masuk ke sebuah ruangan besar tempat kedatangan yang berisi ban berjalan dan beberapa counter lalu segera mengurus bagasi. Karin nyaris menjerit melihat beberapa tas yang jatuh berdebum ke lantai lantaran tidak segera diambil oleh pemiliknya. Bentuk ban berjalan yang lurus dan berujung, bukan melingkar, membuat mereka harus benar-benar memperhatikan setiap tas yang keluar. Dilihatnya Jaya dan Dewo telah mengambil tasnya, sedangkan Shean yang setengah mengantuk tampak tergopoh-gopoh mengejar tas ransel gunungnya sebelum jatuh ke lantai. Berarti tinggal dia dan Evan. Karin tahu ada yang tak beres ketika bagasi mereka tak kunjung keluar.

Continue Reading

You'll Also Like

4M 51.7K 39
Cerita Dewasa! Warning 21+ Boy punya misi, setelah bertemu kembali dengan Baby ia berniat untuk membuat wanita itu bertekuk lutut padanya lalu setela...
14K 1K 37
Revan Harendra Howard, General Surgeon atau dokter ahli bedah terkenal di Los Angeles. Cerdas, muda dan tampan. Keahliannya di meja operasi membuatny...
3.6M 27K 28
REYNA LARASATI adalah seorang gadis yang memiliki kecantikan yang di idamkan oleh banyak pria ,, dia sangat santun , baik dan juga ramah kepada siap...