SHEETS AND STREETS

By labiangla

238K 29.2K 4.2K

Brian is the band member everyone warns you about. He gets into relationship faster than anyone else, never l... More

notice
A ; he's flying back home
B ; what she is capable of
A ; nosy jay
B ; tadaima
A ; okaeri
notice
A ; having fun
D ; his girls
B ; read chat
A ; his chats
B ; hiccups
A ; close to dawn
B ; morning craps
B ; jay say nay
D ; her date?
A ; someone to rely on
B ; see-through
A ; whatta man
D ; ex girls
A ; beef bowl and a sinner
B ; watchu doin
A ; who believes those shits
J ; things they talk about
A ; long explanations
B ; first things first
A ; accidental
S ; chaos
J ; lil sister
A ; sleepover
B ; get dressed
SU ; a place to call it home
A ; breakfast talk
D ; messed up
B ; somebody else
A ; lets end it today
D ; investigate
J ; weird days
A ; the way you talk about it
A ; be present
B ; confess conference
N ; congratulation
B ; moonbeam, moonlight, moonrise
A ; bliss and bless
SU ; thats okay
D ; pay later
N ; instagram
As ; seeking for a comfort
A ; good morning
B ; smells like heaven
A ; come thru
B ; i wish you knew how lovely you are
D ; peeking the past through the eyes of men
A ; maybe it's the butterflies
J ; pinkish colored
B ; knock knock who's there? it's me your lover
A ; if the wall could talk
B ; talking to a broken line
A ; the king's diner
B ; it's three a.m.
A ; they kissed
D/J; warnings
A ; boy who cries wolf
B ; blame it on me
A ; redden cheeks
B ; warm night
SU; him.
A ; kiss me like you mean it
A ; undeserving

B ; tea cups

4.4K 520 42
By labiangla

"Eh gue turun bentar, barusan dapet SMS dari satpam kalau ada paket buat gue," pamit Anata setelah sepuluh menit menuntaskan nasi ramesnya.

Aku manggut-manggut saja. Tak berapa lama usai Anata menutup pintu, ponsel gadis itu berdenting lagi. Aku menoleh. Anata meninggalkan benda pipih itu di meja. Khawatir ada info penting yang darurat, aku mengambil ponsel tersebut dan mengecek.

Samuel Sulistyan
nat
minggu depan mau coba bondage ga
mau dong plis
seru kyknya
minggu lalu kan gue uda nurutin lo

Aku mengerutkan kening. Secara reflek, aku menyekrol ke atas. Ke percakapan dua hari sebelumnya.

Samuel Sulistyan
nat
ke tempat gue dong

Anata
anjir jam brp nih
besok aja

Samuel Sulistyan
ihh sekarang
kalo lo ga ke unit gue
gue yg ke tempat lo nih

Anata
ga!!!
ga ada cerita main di tempat gue

Samuel Sulistyan
makanya!!
buruan ke tempat gue

Anata
sial
lo abis makan apaan sih
pagi pagi gini
baru juga jam enem
gue kerja jam lapan!!

Samuel Sulistyan
buruan :(
cepet deh sekali aja

Aku menarik napas. Menutup percakapan itu. Deret chat lain ada di bawahnya, menggoda untuk kubaca.

Aska Panduputra
haha sori
btw incase you forgot
bralette lo semalem kan di foyer
tapi uda gue taruh di kamar mandi

Anata
heh iya anjir
thanks
gue mandi dulu deh

Lagi-lagi aku menghela napas. Kali ini lebih berat dari sebelumnya. Kuletakkan ponsel Anata kembali ke meja. Aku menyapukan pandangan ke seluruh penjuru apartemen Anata. Nggak ada jejak yang ditinggalkan oleh laki-laki lain di sini. Selain jejakku. Bahkan kamar mandi Anata pun beraromakan parfumku.

Tentu saja apartemen ini nggak menyisakan ruang lebih untuk laki-laki lain, karena Anata nggak pernah membiarkan laki-laki lain menjejakkan kaki di dalamnya. Selain aku. Tapi Anata-lah yang menghampiri mereka. Aku ingin tahu mengapa ia nggak membiarkan laki-laki lain masuk ke apartemennya.

Terdengar bunyi pintu terbuka, Anata berjalan masuk dengan kotak paket di dalam dekapannya. Aku menatap gadis itu, ia terbalut kaus putih yang pas dengan tubuhnya dan celana pendek Bali bermotif bunga-bunga.

"Paket apa?" tanyaku, beranjak dan mengambil alih kotak yang tampak berat tersebut.

Anata tersenyum, "Set cangkir."

"Hah?"

"Gue pesen satu set cangkir teh dari keramik, modelnya customised. Buka deh," kata Anata sambil menggiringku ke sofa.

Kami duduk bersebelahan. Anata mengulurkan tangan mengambil gunting yang ada di laci meja dekat sofa, lalu memberikan padaku. Aku membuka kotak tersebut.

Kulirik Anata dengan tepian mataku. Gadis itu tersenyum, pipinya merona. Aku nggak bisa nggak ikut tersenyum.

Iris mataku melebar.

Anata mengambil satu dari empat cangkir tersebut. "Lucu kan?"

Diangkatnya cangkir di tangan tersebut. Cangkir kecil, dengan motif bunga krisan bertuliskan 'Gigi♡' lalu senyumnya melebar. Aku mengarahkan pandanganku pada sisa cangkir yang ada di kotak.

Satu bertuliskan 'Brian♡', satu bertuliskan 'Anata♡' dan yang terakhir 'Agia♡'.

Keningku berkerut. "Kenapa nama gue tiga, nama lo cuma satu?"

"Siapa bilang lo bakal pakai yang ada nama lo? Lo pakai yang nama gue lah," kata Anata menyodorkan cangkir dengan tulisan Anata ke tanganku.

"Kok gitu?"

"Kan gue yang lebih sering ngeteh?" balas Anata.

Aku mencibir.

"Canda. Lo boleh pake yang mana aja," kata Anata, mengambil balik cangkir di tanganku lalu memasukkan kembali benda berbahan keramik itu ke dalam kotak, dan beranjak ke dapur.

Saat ia mengulurkan tangan ke rak di atas wastafel untuk meletakkan cangkir-cangkir baru tersebut, aku menghampirinya, menyandarkan sebagian punggungku ke pilar dapur.

"Nat.."

"Hm?"

"Gue boleh nanya nggak?"

Anata tak mengalihkan pandangannya dari deret cangkir di dapurnya – yang memang berjumlah cukup banyak. "Hahah, apaan sih, ya nanya aja kali. Kenapa pakai ijin segala."

"Samuel Sulistyan siapa?"

Gerak tangan Anata tertahan. Aku menangkap gelagatnya.

Ia menjawab enteng. "Sultan? Temen kuliah gue."

"Temen kuliah aja?"

"Iya."

"Kalau Aska Panduputra?"

Masih dengan tenang, Anata menjawab, "Oh, Aska sih supervisor bank cabang sebelah."

Aku nggak memperpanjang pertanyaan. Gadis itu melipat kotak bekas tempat cangkir, lalu menyimpannya di laci bawah wastafel bersama dengan tumpukan kardus dan lipatan kantung plastik.

"Nat.."

"Apa?" tanya Anata, kali ini ia membalikkan badannnya dan menatapku lurus.

"Ikut gue yuk?" ajakku.

"Ke mana?"

"Ke rumah gue. Lo belom pernah ketemu nyokap sama bokap gue kan? Mumpung mereka lagi di rumah. Yuk," usulku. Sebagian isi kepalaku berharap Anata akan bereaksi sesuai keinginanku.

Namun gadis itu mengangkat bahu, "That's a lot to take in."

"Cuma kenalan aja, nothing more," lanjutku.

Anata bersikukuh. "That's too much for me. For us."

Sejujurnya, aku sepakat. Dengan status kami, nggak ada pentingnya Anata harus kenal orang tuaku. Tapi entahlah, aku seperti mendengar hasutan di kepalaku bahwa aku sebaiknya membawa Anata pulang dan bertemu keluargaku.

Anata menatapku lurus, "Did you just check my phone? My texts?"

Aku nggak bisa langsung menjawab. Tapi aku yakin Anata bertanya bukan karena dia nggak tahu, dia hanya ingin mendengar jawabanku.

"You did. Because no one calls Sultan as Samuel Sulistyan but me."

Aku masih nggak bersuara. Aku nggak menangkap emosi di sorot mata Anata, pun kepanikan. Gadis itu terlihat tenang dan tanpa ada tanda-tanda akan marah.

"Sorry."

Entah kenapa aku justru mengucap maaf. Tatapan Anata melunak, ia menarik napas pelan-pelan.

"I just wanna know who he is," kataku kemudian.

Anata menimpali pelan, "A good friend of mine."

Aku manggut-manggut.

"Mau kopi?" tawar Anata.

Aku menatapnya bingung. Semalam dia bilang nggak ada kopi, tapi sekarang menawari kopi. Gadis itu nyengir, "Semalem lo perlu tidur. Jadi emang sengaja nggak gue bolehin minum. Sekarang lo mau kopi nggak?"

"Mau."

"Tapi krimer gue abis."

"Nggak usah, gue lagi pengin minum yang pait sekalian," tuturku.

Anata manggut-manggut, "Oke."

"Nat,"

"Ya?" gadis itu menoleh.

"I love you," aku nyengir, lalu beranjak ke ruang tengah tanpa menunggu reaksinya dan menjatuhkan diri ke sofa.

Anata menyalakan kompor, berkata lirih, "Gue juga sayang lo, Gi. Lo kan tau."

"Yeah, I know," balasku dengan senyum.

Hubungan macam apa yang terjalin antara aku dan Anata. Aku juga nggak paham. Aku yakin kami sama-sama punya perasaan yang sama, tapi kami juga sama-sama nggak menginginkan pengakuan dari kedua belah pihak bahwa kami bersama sebagai pasangan. Membingungkan? Iya, memang. Tapi aku nggak menemukan jalan tengah dan Anata pun berpikir demikian.

Sejujurnya saja, aku bukan tipe laki-laki yang seratus persen mencurahkan semua perasaannya pada satu perempuan. Itu sebabnya aku punya banyak teman perempuan, banyak mantan pacar, banyak perempuan yang bersedia menemaniku meski hanya sekadar bicara lewat telepon atau duduk bersebelahan di lounge bar.

Anata meletakkan kopiku di meja. Ia menggunakan cangkir baru, yang bertuliskan 'Anata♡'.

Anata duduk di sampingku. Ia tersenyum. Aku balas tersenyum.

"Minumnya sambil liat gue, biar agak manisan," katanya.

Aku tertawa. "Yang ada gue diabetes kalau sambil liat lo."

Ia menjatuhkan kepalanya di pangkuanku, padahal aku sedang memegang cangkir berisi kopi panas. Kemudian Anata memainkan kukunya yang terpoles kuteks warna jingga – sudah agak memudar. Aku meletakkan cangkir, menyibak poninya hingga dahinya yang lebar terpampang jelas.

Anata mendongak hendak memprotes. Ia benci dahi lebarnya.

Aku menyeletuk iseng, "Mau gue pasangin kuteks nggak? Jelek banget tuh kuku lo."

"Lo bisa?"

"Bisa. Biasanya gue bantuin Dyandra. Tapi ya nggak rapi rapi amat," jawabku.

Anata bersorak gembira. Ia berdiri untuk mengambil sebotol kuteks warna merah dan menyerahkannya padaku. Lalu ia bersila di sampingku, menyodorkan tangan kirinya. Ia seperti anak anjing kecil yang sedang duduk tenang menunggu diberi camilan sore.

"Nat,"

"Hari ini lo manggilin gue udah berapa kali, Gi. Kalo lo manggil lagi, lo dapet payung gratis," gerutu Anata.

Aku tertawa kecil.

"Nat,"

"Gigi!!! Udah, deh! Apaan sih!" ia terdengar sebal.

Aku cekikikan, lalu melingkarkan lenganku ke pundaknya, lalu bertanya dengan bisikan pelan. "Gue cuma mau nanya, lo mainnya aman nggak?"

Anata melotot. "Ya iyalah!"


Continue Reading

You'll Also Like

514K 4.1K 16
WARNING 18+ !! Kenzya Adristy Princessa seorang putri terakhir dari keluarga M&J group yang diasingkan karena kecerobohannya. Ia hanya di beri satu...
425K 1.8K 7
Kocok terus sampe muncrat!!..
Cafuné By REDUYERM

General Fiction

89.9K 8.5K 32
(n.) running your fingers through the hair of someone you love Ayyara pernah memiliki harapan besar pada Arkavian. Laki-laki yang ia pilih untuk menj...
49.3K 5.4K 43
Chava, terbiasa sendiri dalam menghadapi kerasnya kehidupan, membentuknya menjadi cewek yang tangguh. Nathan, terbiasa hidup di tengah-tengah kehang...