Kisah Tokoh Tokoh MAHABHARATA

By Mun4555

828K 8.9K 436

Penggalan kisah Mahabharata yang diambil dari berbagai sumber. Menitik beratkan pada penggambaran Tokoh tokoh... More

Prolog
BASUDEWA KRESNA
KISAH KRESNA & PANDAWA
PANDAWA
KURAWA
BISMA - Putra Gangga
RAJA SENTANU
SATYOWATI- Istri Raja Sentanu
CITRANGGADA & WICITRAWIRYA
AMBA, AMBIKA dan AMBALIKA
DRETARASTRA -yang terlahir buta
PANDU- Ayah Pandawa
WIDURA-Tokoh yang Bijaksana
GANDARI - Ibu Kurawa
KUNTI - Istri Pandu 1
MADRI - Istri Pandu 2
SANGKUNI - Tokoh Jahat dan Licik
DRONA - Guru Pandawa & Kurawa
DRUPADA-Raja Pancala
YUDISTIRA - Pandawa Pertama
DURYUDHANA - Kurawa Pertama
BIMA - Pandawa Kedua
DURSASANA - Kurawa Kedua
ARJUNA - Pandawa Ketiga
Kurawa Kurawa Lain
NAKULA - Pandawa Kembar
SADEWA - Pandawa Kembar
DURSALA - Kurawa Wanita
HIDIMBI - Raksasa Wanita
SUBADRA - Istri Arjuna
DRUPADI - Istri Pandawa
SRIKANDI - Wanita Tangguh
DRESTADYUMNA
VRUSHALI - Istri Karna
RUKMI & RUKMINI
SISUPALA
ASWATAMA
Part BONUS - Pertemuan Kunti dengan Karna
JAYADRATA
RADHA & ADIRATA - Orang Tua Angkat Karna
Extra Part - Semua dipertaruhkan
GATOTKACA Putra Bima
ABIMANYU - Putra Arjuna
BEGAWAN PARASURAMA
Putra - Putra Pandawa (PANCAWALA)
UTTARA & UTTARI
BALARAMA/BALADEWA
SALYA, RAJA MADRA
RESI BYASA

KARNA - Raja Angga

26.3K 263 27
By Mun4555

Karna merupakan tokoh yang memegang peranan penting dalam wiracarita Mahabharata.

Karna merupakan pendukung utama pihak Kurawa dalam perang besar melawan Pandawa. Padahal sesungguhnya, Karna merupakan kakak tertua dari tiga di antara lima Pandawa (Yudistira, Bima, dan Arjuna). Dalam bagian akhir perang besar tersebut, Karna diangkat sebagai panglima pihak Kurawa, di mana ia akhirnya gugur di tangan Arjuna.

Karna merupakan sosok pahlawan yang memiliki sifat-sifat kompleks. Meskipun berada di pihak antagonis, namun ia terkenal sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kesatria. Sifatnya angkuh, sombong, suka membanggakan diri, namun juga seorang dermawan yang murah hati kepada siapa saja, terutama fakir miskin dan kaum brahmana. Kesaktiannya yang luar biasa membuat namanya terkenal sepanjang masa dan disebut dengan penuh penghormatan.

Kelahiran

Seperti yang dikisahkan dalam cerita sebelumnya, seorang putri bernama Kunti yang pada suatu hari ditugasi menjamu seorang pendeta tamu ayahnya, bernama Resi Durwasa. Atas jamuan itu, Durwasa merasa senang dan menganugerahi Kunti sebuah ilmu kesaktian semacam mantra yang dapat digunakan untuk memanggil dewa dan mendapat anugerah seorang putra dari dewa tersebut.

Pada keesokannya Kunti mencoba mantra tersebut sambil memandang matahari terbit. Akibatnya, dewa penguasa matahari yaitu Dewa Surya pun muncul dan siap memberinya seorang putra.

Kunti yang ketakutan menolak karena ia sebenarnya hanya ingin mencoba keampuhan mantra itu saja. Surya menyatakan dengan tegas bahwa mantra tersebut bukanlah mainan. Dengan sabda sang dewa, Kunti pun mengandung. Namun Surya juga membantunya segera melahirkan bayi tersebut. Surya lalu kembali ke kahyangan setelah memulihkan kembali keperawanan Kunti.

Demi menjaga nama baik negaranya, Kunti yang melahirkan sebelum menikah terpaksa membuang "putra Surya" yang ia beri nama Karna di sungai Aswa dalam sebuah keranjang. Bayi itu kemudian terbawa arus sampai akhirnya ditemukan oleh Adirata yang bekerja sebagai kusir kereta di Kerajaan Kuru (atau Kerajaan Hastinapura).

Adirata dengan gembira menjadikan bayi tersebut sebagai anaknya. Karna sejak lahir sudah memakai pakaian perang lengkap dengan anting-anting dan kalung pemberian Dewa Surya.

Karna diasuh dan dibesarkan dalam keluarga Adirata, sehingga ia dikenal dengan julukan Sutaputra atau anak kusir. Julukan lainnya yang lebih terkenal adalah Radheya, yang bermakna "anak Radha" (istri Adirata).

Meskipun tumbuh dalam lingkungan keluarga kusir, Karna justru berkeinginan menjadi seorang perwira kerajaan. Karna kecil lebih tertarik belajar ilmu perang khususnya dalam ketrampilan memanah daripada meneruskan tradisi keluarganya menjadi kusir kereta Raja.

karena Karna bukan dari kasta Ksatria, banyak orang yang mencemooh Karna karena keinginanya yang besar ingin menjadi perwira.

Pada zaman tersebut seorang kasta sudra dilarang untuk menjadi prajurit/perwira karena itu hanya untuk kasta ksatriya saja.

Atas saran Bisma, Karnapun berpetualang untuk mendalami ilmu perang. Karna mencoba mendaftar ke perguruan Resi Drona yang saat itu sedang mendidik para Pandawa dan Kurawa. Akan tetapi, Drona menolak menjadikan Karna  sebagai murid karena ia hanya sudi mengajar kaum ksatriya saja.

Karna yang sudah bertekad bulat memutuskan untuk mencari guru lain, dan ia pun menyamar menjadi kaum Brahmana agar mendapatkan pendidikan dari Parasurama.

Parasurama adalah guru dari Bisma dan Guru Drona, jadi, Karna mendapatkan guru yang lebih baik dari Guru Drona. Malangnya, Ia ketahuan berbohong lalu ia dikutuk oleh Parasurama agar ilmu yang diajarkannya tidak berguna lagi untuk Karna.

Karna ketika dewasa sudah menguasai ilmu memanah dengan sempurna.

Menjadi Raja Angga

Ketika tiba waktunya, Drona mempertunjukkan hasil pendidikan para Pandawa dan Kurawa di hadapan para bangsawan dan rakyat Hastinapura. Setelah melaui berbagai tahap pertandingan, Drona akhirnya mengumumkan bahwa Arjuna (Pandawa nomor tiga) adalah murid terbaiknya, terutama dalam hal ilmu memanah. Tiba- tiba Karna muncul menantang Arjuna sambil memamerkan kesaktiannya.

Resi Krepa selaku pendeta istana meminta Karna supaya memperkenalkan diri terlebih dahulu karena untuk menghadapi Arjuna haruslah dari golongan yang sederajat. Mendengar permintaan itu, Karna pun tertunduk malu. Duryodana (Kurawa tertua) maju membela Karna. Menurutnya, keberanian dan kehebatan tidak harus dimiliki oleh kaum ksatriya saja. Namun apabila peraturan mengharuskan demikian, Duryodana memiliki jalan keluar. Ia mendesak ayahnya, yaitu Dretarastra raja Hastinapura, supaya mengangkat Karna sebagai raja bawahan di Angga.

Dretarastra yang berhati lemah tidak mampu menolak permintaan putra kesayangannya itu. Maka pada hari itu juga, Karna pun resmi dinobatkan menjadi raja Angga. Adirata muncul menyambut penobatan Karna. Akibatnya, semua orang pun tahu kalau Karna adalah anak Adirata. Melihat hal itu, Bima (Pandawa nomor dua) mengejeknya sebagai anak kusir sehingga tidak pantas bertanding melawan Arjuna yang berasal dari kaum bangsawan. Sekali lagi Duryodana tampil membela Karna.

Suasana semakin tegang dan memanas. Namun tidak seorang pun yang menyadari kalau Kunti jatuh pingsan di bangkunya setelah melihat kehadiran Karna. Kunti langsung mengenalinya sebagai putra sulung yang pernah ia buang dari pakaian perang dan perhiasan pemberian Surya yang melekat di tubuh Karna.

Suasana yang menegangkan itu diredakan oleh terbenamnya matahari. Dretarastra membubarkan acara tersebut sehingga pertandingan antara Karna dan Arjuna dihentikan

Sayembara Drupadi

Drupadi adalah putri dari Kerajaan Pancala yang kecantikannya membuat banyak raja dan pangeran datang untuk melamar, termasuk Duryodana. Dalam hal ini, Drupada (raja Pancala) telah mengumumkan sebuah sayembara memanah bagi siapa saja yang ingin memperistri putrinya tersebut.

Sayembara tersebut ialah memanah boneka ikan yang berputar di atas arena, namun tidak boleh melihatnya secara langsung, melainkan melalui bayangannya yang terpantul di dalam baskom berisi minyak. Kalau dalam serial Mahabharata ANTV digambarkan dengan tampilan ikan yang melayang di langit dan untuk membidiknya harus melihat lewat bayangannya yang terpantul di air kolam dibawah ikan tersebut.

Akan tetapi, jangankan membidik ikan tersebut, mengangkat busur pusaka Kerajaan Pancala yang konon milik Dewa Siwa saja para peserta tidak ada yang sanggup.

Karna kemudian maju, dengan penuh rasa hormat, ia berhasil mengangkat busur pusaka tersebut dan dan hampir berhasil dengan tepat mengenai sasaran sayembara. Namun tiba-tiba Drupadi menyatakan keberatan apabila Karna memenangkan sayembara, karena dirinya tidak mau menikah dengan anak seorang kusir. Karna sakit hati mendengarnya. Ia menyebut Drupadi sebagai wanita sombong dan pasti menjadi perawan tua karena tidak ada lagi peserta yang mampu memenangkan sayembara sulit tersebut selain dirinya.

Ucapan Karna membuat Drupada merasa khawatir. Raja Pancala itu pun membuka pendaftaran baru untuk siapa saja yang ingin menikahi Drupadi, tanpa harus berasal dari golongan ksatriya.

Arjuna yang saat itu sedang menyamar sebagai brahmana maju mendaftarkan diri.

Sayembara tersebut akhirnya berhasil dimenangkan olehnya. Arjuna kemudian mempersembahkan Drupadi kepada ibunya sebagai oleh-oleh terbaik.

Tanpa melihat yang sebenarnya Kunti langsung memerintahkan supaya "oleh-oleh" tersebut dibagi berlima. Akibatnya, kelima Pandawa pun bersama-sama menikahi Drupadi sebagai istri mereka, demi melaksanakan amanat sang ibu.

Beberapa waktu kemudian, para Pandawa berhasil membangun sebuah kerajaan indah bernama Indraprastha yang membuat pihak Kurawa merasa iri.

Melalui permainan dadu yang sangat licik, mereka berhasil merebut Indraprastha dari tangan Pandawa, termasuk kemerdekaan kelima bersaudara itu.

Pada puncaknya, Yudistira (Pandawa tertua) dipaksa mempertaruhkan Drupadi demi melanjutkan permainan. Drupadi akhirnya jatuh pula ke tangan Kurawa. Duryodana kemudian menyuruh Dursasana untuk menyeret Drupadi dari kamarnya. Drupadi pun dijambak dan diseret oleh Kurawa nomor dua itu menuju ruang permainan.

Karna yang masih menyimpan sakit hati kepada Drupadi mengumumkan bahwa seorang wanita yang bersuami lima tidak pantas disebut sebagai istri, melainkan pelacur.

Mendengar penghinaan Karna, Arjuna bersumpah kelak akan membunuhnya. Duryodana pun memerintahkan Dursasana agar menelanjangi Drupadi di depan umum. Namun, berkat pertolongan rahasia dari Basudewa Kresna, Drupadi berhasil diselamatkan dan tidak bisa ditelanjangi.

Kutukan Brahmana

Karna pernah berguru kepada Parasurama yang juga pernah mengajar Drona dan Bisma. Brahmana gagah berumur panjang tersebut memiliki pengalaman yang buruk dengan kaum ksatriya. Untuk itu, Karna harus menyamar sebagai brahmana muda agar bisa mendekatinya. Dengan cara tersebut Karna berhasil menjadi murid Parasurama.

Kemampuan Karna menahan rasa sakit telah menyadarkan Parasurama bahwa muridnya itu bukan dari golongan brahmana, melainkan seorang ksatriya asli.

Merasa telah ditipu, Parasurama pun mengutuk Karna. Kelak, pada saat pertarungan antara hidup dan mati melawan seorang musuh terhebat, Karna akan lupa terhadap semua ilmu yang telah ia ajarkan.

Kutukan kedua diperoleh Karna ketika ia mengendarai keretanya dan menabrak mati seekor sapi milik brahmana yang sedang menyeberang jalan. Sang brahmana pun muncul dan mengutuk Karna, kelak roda keretanya akan terbenam ke dalam lumpur ketika ia berperang melawan musuhnya yang paling hebat.

Apabila Karna dilahirkan Kunti melalui anugerah Dewa Surya, maka, Arjuna lahir melalui anugerah Dewa Indra. Menyadari kesaktian Karna, Dewa Indra merasa cemas kalau Arjuna kelak sampai kalah jika bertanding melawan putra Dewa Surya itu.

Maka, Dewa Indra pun merencanakan merebut baju pusaka Karna dengan menyamar sebagai seorang pendeta. Konon, jika mengenakan pakaian pusaka tersebut, Karna tidak mempan terhadap senjata jenis apa pun.

Rencana Dewa Indra terdengar oleh Dewa Surya. Ia pun memberi tahu Karna. Namun Karna sama sekali tidak risau. Ia telah bersumpah akan hidup sebagai seorang dermawan sehingga apa pun yang diminta oleh orang lain pasti akan dikabulkannya.

Dewa Indra yang menyamar sebagai seorang resi tua datang menemui Karna saat sedang sendirian. Ia meminta sedekah berupa baju perang dan anting-anting yang dipakai Karna.

Karna pun mengiris semua pakaian pusaka yang melekat di kulitnya sejak bayi tersebut menggunakan pisau. Dewa Indra terharu menerimanya. Ia pun membuka samaran dan memberikan pusaka Indrastra baru berupa Vasavi shakti atau Konta (yang bermakna "tombak") sebagai hadiah atas ketulusan Karna. Namun, pusaka Konta hanya bisa digunakan sekali saja, setelah itu ia akan musnah.

Terbukanya Jati diri

Setelah masa hukuman atas kekalahan dalam permainan dadu berakhir, para Pandawa pun muncul kembali untuk mendapatkan hak mereka atas Kerajaan Indraprastha. Pihak Kurawa menolak dan memaksa Pandawa merebutnya dengan jalan perang.

Pandawa pun mengirim Kresna sebagai duta menuju Hastinapura. Dalam kesempatan itu, Kresna menemui Karna dan mengajaknya berbicara empat mata. Ia menjelaskan bahwa Karna dan para Pandawa sebenarnya adalah saudara seibu. Apabila Karna bergabung dengan Pandawa, tentu Yudistira akan merelakan takhta Hastinapura untuknya.

Karna sangat terkejut mendengar jati dirinya terungkap. Ia menghadapi dilema yang sangat besar. Dengan penuh pertimbangan ia memutuskan tetap pada pendiriannya yaitu membela Kurawa. Ia tidak mau meninggalkan Duryudana yang telah memberinya kedudukan, harga diri, dan perlindungan saat dihina para Pandawa dahulu.

Rayuan Kresna tidak mampu meluluhkan sumpah setia Karna terhadap Duryudana yang dianggapnya sebagai saudara sejati.

Setelah pertemuan dengan Kresna,  esok harinya Karna bertemu dengan Kunti. Kunti menemui putra sulungnya itu saat bersembahyang di tepi sungai. Ia merayu Karna supaya mau memanggilnya "ibu" dan sudi bergabung dengan para Pandawa.

Karna kembali bersikap tegas. Ia sangat menyesalkan keputusan Kunti yang dulu membuangnya sehingga kini ia harus berhadapan dengan adik-adiknya sendiri sebagai musuh. Ia menolak bergabung dengan pihak Pandawa dan tetap menganggap Radha sebagai ibu sejatinya.

Meskipun demikian, Karna tetap menghibur kekecewaan Kunti. Ia bersumpah dalam perang kelak, ia tidak akan membunuh para Pandawa, kecuali Arjuna. 

Karna berjanji tidak akan membunuh pandawa yang lain karena dia hanya akan membunuh Arjuna. "Dan Ibu akan tetap memiliki lima orang putera. Apakah Aku atau Arjuna yang tetap hidup nantinya." Karna mengatakan hal itu karena dia sadar, selama Arjuna ada dalam perlindungan Krishna, maka Arjuna tidak akan terkalahkan.

Peran di Perang Kurusetra

Perang besar antara kedua pihak tersebut akhirnya meletus. Pihak Kurawa memilih Bisma (bangsawan senior Hastinapura) sebagai panglima mereka.

Terjadi pertengkaran di mana Bisma menolak Karna berada di dalam pasukannya, dengan alasan Karna terlalu sombong dan suka meremehkan kekuatan Pandawa. Sebaliknya, Karna pun bersumpah tidak sudi ikut berperang apabila pasukan Kurawa masih dipimpin oleh Bisma.

Bisma akhirnya roboh pada pertempuran hari kesepuluh. Tokoh tua itu terbaring di atas ratusan panah yang menembus tubuhnya. Karna muncul melupakan semua dendam untuk menyampaikan rasa

prihatin.

Bisma mengaku bahwa ia hanya pura-pura mengusir Karna supaya tidak bertempur melawan Pandawa.

Bisma mengetahui jati diri Karna sebagai kakak para Pandawa setelah diberi tahu oleh Narada (maharesi kahyangan).

Seperti halnya Kresna dan Kunti, Bisma juga menyarankan supaya Karna bergabung dengan para Pandawa. Namun sekali lagi Karna menolak saran tersebut.

Riwayat lain menyebutkan bahwa Bisma menolak kehadiran Karna dengan alasan Karna pernah menghina gurunya Parashurama dan juga menghina seorang perempuan yaitu Drupadi. Bisma tidak mau ada orang yang pernah menghina gurunya berada di bawah komandonya. Oleh karena itu, Karna baru bergabung dalam perang Baratayuda ketika Bisma sudah terpanah Srikhandi, di hari ke sebelas.

Kehadiran Karna sejak hari kesebelas segera membangkitkan semangat pihak Kurawa. Ia menyarankan agar Duryodana memilih Drona sebagai pengganti Bisma, dengan alasan Drona merupakan guru sebagian besar sekutu Kurawa.

Dengan terpilihnya Drona maka persaingan antara para pendukung Kurawa memperebutkan jabatan panglima dapat dihindari.

Karna tampil dalam perang besar tersebut sebagai pendamping Drona.

Di hari ketiga belas, Abimanyu, anak Arjuna berhasil menerobos strategi Cakravyuha yang digelar oleh Drona. Sejak dalam kandungan, Abimanyu sudah tahu cara menerobos strategi militer itu karena Krishna menceritakan strategi perang kepada adiknya Subhadra, istri Arjuna. Sayangnya, karena ibunya tertidur saat cerita itu, maka Abimanyu hanya tahu cara menerobosnya saja, belum soal cara keluar dari strategi itu.

Yang tahu cara melumpuhkannya hanyalah Arjuna dan Krishna. Sayangnya saat itu, Arjuna dan Krishna terpancing untuk berperang di tempat yang berbeda.

Abimanyu berperang sendirian dengan gagah berani. Melihat hal itu, Duryodhana dan Karna memutuskan untuk melemahkan Abimanyu dengan cara membokongnya.

Karna memanah busur dan kereta Abimanyu hingga busur dan kereta Abimanyu hancur. Sehingga Abimanyu pun bertarung dengan tangan kosong saja. Maka Jayadratha, raja Sindhu, berhasil membunuh Abimanyu setelah Abimanyu jadi bulan- bulanan tentara Kurawa.

Mendengar hal itu, Arjuna bersumpah untuk membunuh Jayadratha esok hari sebelum matahari terbenam, dan jika hal itu tidak terjadi maka Arjuna hendak membakar diri bersama mayat anaknya.

Di hari keempat belas, Krisna menggunakan cakra untuk membuat matahari gelap gulita. Para Kurawa bergembira karena Arjuna akan membakar diri. Jayadratha pun keluar dari persembunyian, dan di saat itulah Arjuna menarik tali busur dan memanah dengan tepat kepala Jayadratha.

Setelah itu, Khrisna menarik cakranya hingga matahari pun bersinar lagi. Tapi pertempuran hari ke empat belas berbeda dengan hari- hari sebelumnya. Pada hari ke-14 malam, perang tetap terjadi tanpa dihentikan sehingga melanggar aturan yang telah disepakati.

Setelah matahari terbenam, pertempuran masih berlangsung. Gatotkaca anak Bima yang setengah Raksasa  mengobrak-abrik pasukan Kurawa. Semakin gelap kekuatan Gatotkaca semakin bertambah. Drona pun mengalami luka-luka karena bertempur dengan Gatotkaca. Melihat hal itu, Duryudhana dan Karna pun tampil membendung serangan Gatotkaca.  Duryudhana juga menderita luka parah akibat serangan Gatotkaca. Dalam serial Mahabharata terbaru saat itu Gatotkaca berubah menjadi Raksasa yang sangat besar dan Duryudhana berada di genggaman tangannya.

Karena semakin terdesak, Duryudhana meminta Karna untuk menggunakan segala macam cara. Ia akhirnya mendesak Karna supaya menggunakan pusaka Vasavi shakti atau Konta untuk membunuh Gatotkaca.

Akhirnya Karna mengeluarkan panah sakti pemberian Dewa Indra, Vasavi Shakti. Dengan senjata itu, Gatotkaca pun gugur. Meskipun gugurnya Gatotkaca merugikan kekuatan Pandawa, tapi Krishna tahu bahwa Karna sudah kehilangan senjata paling ampuhnya sehingga Arjuna tidak akan pernah kalah dari Karna. Sesuai janji Indra, Vasavi Shakti pun musnah hanya dalam sekali penggunaan. Kresna selaku penasihat pihak Pandawa merasa senang karena Ia mengetahui kalau selama ini Karna mempersiapkan Vasavi Shakti  untuk membunuh Arjuna.

Setelah Drona gugur pada hari kelima belas, Duryudhana menunjuk Karna sebagai panglima yang baru. Karna maju perang dengan Raja Shalya raja dari Kerajaan Madra sebagai kusir keretanya, dengan harapan bisa mengimbangi Arjuna yang dikusiri Kresna.

Shalya sendiri sakit hati karena merasa direndahkan oleh Karna. Sambil mengemudikan kereta ia gencar memuji-muji kesaktian Arjuna untuk menakut-nakuti Karna.

Pada hari keenam belas, Karna berhasil mengalahkan Yudistira, Bima, Nakula , dan Sadewa , namun tidak sampai membunuh mereka sesuai janjinya di hadapan Kunti dulu.

Ketika mengalahkan Bima. Dia mengatakan "Kau adalah adikku. Usiamu lebih muda dari aku, maka aku tak akan membunuhmu."

Dia juga mengalahkan Yudhisthira, dan dia mengatakan; "Tampaknya, kau telah melupakan apa yang telah diajarkan oleh guru-gurumu. Pergilah belajar lebih keras lagi, dan jika kau sudah siap kembalilah bertarung denganku."

Demikian pula dia mengalahkan Nakula dan Sadewa. Tapi sesuai janjinya kepada Kunti, dia tidak membunuh seorang pun dari Pandawa, kecuali Arjuna.

Karna kemudian  meminta kusirnya, Raja Shalya, untuk mencari Arjuna. Setelah melihat Arjuna, Karna melepaskan panah saktinya. Tapi Krisna menyelamatkan nyawa Arjuna dengan membuat kereta kuda Arjuna ambles beberapa senti ke dalam tanah, sehingga anak panah  tidak mengenai kepala Arjuna.

Mengetahui diserang Karna, Arjuna membalas dengan ratusan panah yang dirontokkan oleh Karna dengan anak-anak panah yang dilepaskannya juga, sehingga Arjuna pun kehabisan anak panah.

Karna bertanding melawan Arjuna,  Keduanya saling berusaha membunuh satu sama lain. Pertempuran tersebut akhirnya tertunda oleh terbenamnya matahari.

Pada hari ketujuh belas, perang tanding antara Karna dan Arjuna dilanjutkan kembali. Setelah bertempur dalam waktu yang cukup lama, kutukan atas diri Karna pun menjadi kenyataan. Ketika Arjuna membidiknya menggunakan panah Pasupati, salah satu roda keretanya terperosok ke dalam lumpur sampai terbenam setengahnya. Karna tidak peduli, ia pun membaca mantra untuk mengerahkan kesaktiannya. Namun, kutukan kedua juga menjadi kenyataan. Karna tiba-tiba lupa terhadap semua ilmu yang pernah ia pelajari dari Parasurama.

Karna meminta Arjuna untuk menahan diri sementara ia turun untuk mendorong keretanya agar kembali berjalan normal. Pada saat itulah Kresna mendesak agar Arjuna segera membunuh Karna karena ini adalah kesempatan terbaik.

Arjuna ragu-ragu karena saat itu Karna sedang lengah dan berada di bawah. Kresna mengingatkan Arjuna bahwa Karna sebelumnya juga berlaku curang karena ikut mengeroyok Abimanyu sampai mati pada hari ketiga belas. Teringat pada kematian putranya yang tragis tersebut, Arjuna pun melepaskan panah Pasupati yang melesat memenggal kepala Karna. Karna pun tewas seketika.

Di dalam perang, setiap ada yang gugur, keluarga Pandawa menyelenggarakan Tarpan Vidhi, sebuah ritual untuk menghormati dia yang gugur.

Ketika Karna gugur,  Kunti pun meminta pelaksanaan ritual tersebut. Mendengar permintaan Ibu Kunti, orang-orang pun memprotes. Maka Kunti menceritakan kepada khalayak bahwa Karna adalah benar-benar anak kandung darinya, dan menceritakan proses kejadian yang melahirkan Karna itu.

Mengetahui bahwa Karna adalah saudara kandung, maka para Pandawa meratapi diri bahwa mereka telah melakukan pembunuhan terhadap saudara sendiri. Sementara Yudhisthira meluapkan amarah kepada Ibu Kunti dan semua wanita yang tidak dapat menyimpan rahasia.

Atas permintaan Karna sebelum meninggalnya, ritual pembakaran jenazah Karna dipimpin langsung oleh Krisna. Dan sepanjang sejarah Mahabarata, hanya Karna lah yang mendapat kehormatan seperti ini.

Krishna yang merupakan avatar dari Wishnu melakukan penghormatan kepada seorang Karna. Dan setelah itu, Krishna datang kepada Gandhari, Ibu para Kurawa, memberitahukan bahwa Karna sudah gugur.

Hal ini berarti semacam sinyal bahwa Kurawa pun akan musnah karena tidak ada lagi kekuatan yang dapat membendung para Pandawa. Mengetahui hal itu, Gandhari mengutuki Krisna bahwa jika keluarganya binasa karena kejadian seperti itu, maka keluarga Krisna pun akan mengalami hal yang sama.

Hal ini ditegaskan Gandhari karena sebenarnya Krisna adalah satu satunya pihak yang dapat menghindarkan perang saudara itu, namun Krishna tidak mau berbuat demikian.

Sepanjang hidupnya, Karna menikah dengan dua orang putri yaitu Vrushali dan Supriya. Dari dua istri itu, Karna mempunyai sembilan orang putera yaitu Vrishasena, Sudaman, Shatrunjaya, Dvipata, Sushena, Satyasea, Chitrasena, Susharma alias Banasena dan Vrishakethu.

Vrusali adalah seorang tokoh wanita yang dalam serial Mahabharata Antv adalah tetangga dan teman Karna waktu kecil. pada kisah tersebut Vrusali ikut pindah bersama pandawa ke Indraprasta namun karena serangan ular akhirnya membuat ia kembali lagi ke Hastinapura. Vrusali meminta bantuan Karna agar diizinkan kembali ke Indraprasta. Demi janji dan permintaan Vrusali akhirnya Karna melepaskan sementara jabatannya sebagai Raja Angga.

Satu-satunya anak Karna yang hidup setelah perang du Kurusetra adalah Vrishakethu. Dia pada akhirnya menurut pada Pandawa. Bahkan dalam upacara Ashvamedha, dia mengiringi Arjuna berperang melawan Sudhava dan Babruvahana. Selama acara itu, Vrishakethu menikahi putri raja Yavanatha, raja dari sebuah kerajaan di Barat. Arjuna membimbing Vrishakethu keponakannya itu menjadi seorang pemanah yang mumpuni.

Hal lain yang dapat diceritakan dari Karna adalah ketika bertempur dengan Arjuna, seekor ular kobra naik ke dalam kereta Karna dan memohon agar Karna mau menggunakan bisa dari dirinya untuk memanah Arjuna. Hal ini dikarenakan dirinya dendam dengan Arjuna yang pernah membakar sarangnya. Mendengar permintaan itu, Karna menolak dengan tegas karena tidak mau mengkhianati rasa kemanusiaan dengan menggunakan bisa ular di panah-panahnya.

Karna juga dipuji oleh Bishma dan Krishna karena kerendahan hatinya sekaligus memiliki kemauan yang keras untuk meningkatkan kualitas dirinya.

Kehidupan Selanjutnya

Mahabharata bagian akhir, atau Swargarohanikaparwa , mengisahkan perjalanan Yudistira naik ke surga. Di tempat yang serba indah itu ia merasa kecewa karena yang dijumpainya justru arwah para Kurawa, bukan adik-adiknya. Ia kemudian diantar para Kingkara untuk menemui keempat Pandawa yang sedang mengalami penyiksaan di neraka. Di tempat mengerikan itu, ia menjumpai arwah keempat adiknya sedang disiksa bersama para pahlawan besar lainya, misalnya Karna, Drestadyumna, Abimanyu, Satyaki, dan lain-lain.

Meskipun demikian, Yudistira memilih berada di neraka daripada harus kembali ke surga. Tiba-tiba keadaan pun berbalik. Yudistira dan para pahlawan tersebut kemudian dimasukkan oleh ke dalam surga oleh para dewa sedangkan para penjahat, yaitu Kurawa masuk ke dalam neraka.

Rupanya peyiksaan tersebut hanya bersifat sementara, selain untuk menguji keteguhan hati Yudistira, juga untuk membersihkan dosa-dosa para pahlawan semasa hidup di dunia dulu.

Dengan demikian, meskipun sewaktu di dunia Karna hidup bersama para Kurawa, namun ketika berada di akhirat arwahnya berkumpul dengan para Pandawa.

Continue Reading

You'll Also Like

341K 50.8K 78
"Became the Most Popular Hero is Hard" adalah judul novel yang saat ini digemari banyak pembaca karena memiliki visual karakter dan isi cerita yang m...
1.1M 46.4K 110
Hanya manga/komik buatan fans dari Google, Mungkin ada manga yang mirip dengan manga di tempat lain. Di sini juga ada manga yg ku terjemahkan sendiri...
149K 5.7K 23
Bukan dibaca tapi dilihat hehehe... Inimah cuma album naruhina
494K 59.3K 49
Jenaka adalah seorang kutu buku yang tengah mempersiapkan Ujian Akhir Sekolah. Jenaka tinggal bersama nenek buyutnya yang mengidap Dementia. Suatu ha...