Happiness [SELESAI] ✔

By AM_Sel

2.4M 268K 45.1K

Lo itu makhluk terindah yang pernah gue temui. Lo makhluk terkuat di hidup gue. Tapi, lo juga makhluk terapuh... More

• 0 •
• 1 •
• 2 •
• 3 •
• 4 •
• 5 •
• 6 •
• 7 •
• 8 •
• 9 •
• 10 •
• 11 •
• 12 •
• 13 •
• 14 •
• 15 •
• 16 •
• 17 •
• 18 •
• 19 •
• 20 •
• 22 •
• 23 •
• 24 •
• 25 •
• 26 •
• 27 •
• 28 •
• 29 •
• 30 •
• 31 •
• 32 •
• 33•
• 34 •
• 35 •
• 36 •
• 37 •
• 38 •
• 39 •
Special : Poppy
Bonus +
❤ Cuap-Cuap Sellin ❤
Bonus ++
Bonus +++
ff
Bonus ++++
Bonus singkat karena rindu
Special
Special (2)
Bonus +++++
Bonus ++++++
Happy Birthday! and a little spoiler to you guys

• 21 •

36.2K 4.7K 436
By AM_Sel

Dia tidak ingin dihukum lagi. Daniel kapok. Oleh karena itu, dia mati-matian berusaha agar masakannya enak. Berusaha agar bisa membersihkan rumah dengan baik. Berusaha untuk terus menjadi anak penurut.

Tapi, mau enak ataupun tidak masakannya, bersih ataupun kotor rumah mereka, dia tetap akan dihukum.

Nara selalu mengetahui kesalahannya, dan terus menenggelamkannya, di lumpur hitam bernama dosa. Menjerumuskannya ke jurang paling dalam.

Dalam seminggu, Daniel bisa dua sampai tiga kali dibawa ke bangunan itu. Selama berbulan-bulan, ia diperlakukan seperti itu.

Nara semakin merajalela untuk menjajakannya. Besar uang yang diterima, membuatnya buta.

Daniel hanya bisa terbaring pasrah. Lelah. Bekas air mata masih terlihat di pipi. Kedua matanya menatap kosong. Manik sebiru langit itu. Dia mulai mati. Jiwanya mulai hancur.

"Mulai sekarang, kau juga akan bekerja. Mengerti?"

Tidak ada lagi sautan, atau gelengan.

Sudah terlambat.

Tidak ada lagi kata kembali.

Daniel sudah masuk terlalu jauh.

Ia semakin pendiam. Pekerjaan rumah, ia lakukan dalam sunyi. Melirik Nara yang sedang asik menghitung uang yang ia dapat. Pemandangan yang membuatnya semakin hancur.

Rambutnya juga semakin memanjang. Terkadang, ia didandani oleh Nara menjadi seorang perempuan. Seperti saat ini.

Daniel memainkan jemarinya dengan canggung. Rambutnya disisir oleh Nara. Bibir bawahnya, ia gigit pelan, "Ma," panggilnya.

"Hm," Nara hanya menyaut singkat.

Niel mengambil napas, "Mama cinta sama Niel ngga?" tanyanya pelan.

Gerakan menyisir Nara terhenti. Kedua mata Daniel terpejam erat. Takut jika pertanyaannya tadi membuat Nara marah.

"Cinta?" Dengusan pelan terdengar, "kau bermimpi? Sampai kapan pun, tidak akan ada yang mau mencintaimu."

Daniel menunduk. Merasakan sesak di dadanya, karena ucapan itu. Nara menariknya berdiri. Niel menurut. Membiarkan wanita itu, memakaikannya baju terusan yang cantik. Rambut sepunggungnya diikat dua dengan pita berwarna pink yang imut. Lalu, kedua pipinya ditangkup.

"Matamu adalah sumber daya tarik yang kau miliki. Gunakan itu baik-baik dalam menggoda pelanggan. Dan ingat, jangan pernah sekali-sekali, kau merengek pada mereka. Mengerti?!"

Ia menunduk. Menatap lantai dengan sendu. Lalu, rambutnya ditarik kuat oleh wanita tersebut hingga membuatnya mendongak. Sakit sekali rasanya.

"Mengerti tidak?!"

"Me-mengerti!"

"Tsk!" Rambutnya dilepas dari cengkraman itu, "merepotkan sekali!"

Dan dua kunciran rambutnya, kembali diperbaiki.

Terima kasih.

Daniel jadi membenci matanya.

Pintu rumah mereka diketuk beberapa kali. Nara segera beranjak untuk melihat siapa yang bertamu.

Niel menatap kosong cermin yang memantulkan bayangannya. Dia sungguh terlihat seperti seorang gadis kecil. Tangannya menyentuh pelan rambut cokelat yang diikat dua itu. Suatu saat nanti, rambut ini akan ia potong. Lihat saja.

"Niel! Kemari!"

Dengan enggan, ia melangkahkan kakinya menuju ruang tamu.

Pria menyeramkan itu datang lagi. Tapi, kali ini, ia tidak sendirian. Ada seseorang lagi di sampingnya.

Wajahnya terlihat seperti orang baik. Dengan rambut sehitam malam, dan mata yang berwarna senada. Dibawah matanya, kantung mata terlihat samar.

Nara menyentuh bahu Daniel pelan, "ini Daniel. Anak laki-lakiku," ujarnya.

Pria baru tadi, menatapnya lekat. Seulas senyum tipis terpajang di wajahnya. Tatapan Daniel turun. Pria itu menggunakan kemeja hitam garis-garis putih tipis, celana kain berwarna hitam, dan sepatu bagus yang mengkilap. Tangan kirinya memegang sebuah jas berwarna putih, dengan tangan kanan yang memegang sebuah tas.

Tas itu, ia letakkan di lantai. Lalu, mengulurkan tangannya ke arah Daniel.

Manik biru itu menatapnya curiga. Tapi, tangannya tetap menyambut uluran itu karena bahunya yang sudah diremas oleh Nara.

"Raza," ujarnya memperkenalkan diri.

"Niel," bisik Daniel pelan.

Tautan tangan mereka terlepas. Ah, si Raza-Raza ini pasti sama saja dengan yang lainnya. Datang kemari, untuk membuat Daniel menderita dan membayar Nara atas penderitaannya itu.

"Jadi?" Nara bertanya tak sabar.

"Saya oke. Tapi, saya mau di sini, gimana?"

Bahu Daniel terasa semakin berat. Seolah ada beban baru yang menimpanya. Ia melirik ke luar rumah, mendapati Gyatri yang tengah curi-curi pandang ke arah mereka.

"Tidak masalah," ujar Nara.

"Baiklah. Uangnya sudah saya kasi ke Vahri," ujar Raza sembari menunjuk pria di sampingnya dengan dagu, "kamu bisa ambil langsung atau mau senang-senang dulu sama dia, bebas."

Nara mengangguk.

Tuh, kan. Ujung-ujungnya pasti begitu.

Nara memeluk lengan Vahri-si pria menyeramkan itu-dan melangkah keluar dari rumah. Meninggalkan Daniel begitu saja.

Tatapan Daniel kembali tertuju ke pria itu. Dia tersenyum. Senyuman yang tampak ganjil sekali di mata Niel.

Dan..

"..ugh.."

...ini berbeda dari biasanya. Ini pertama kalinya, tubuhnya dimasuki oleh cairan yang tak ia tau apa, menggunakan suntikan yang Raza bawa.

Tubuhnya lemas.

Dari tas itu, barang-barang menyeramkan keluar. Pria ini menyakitinya.

Sakit sekali.

Mengapa harus dirinya yang merasakan ini semua?

Mengapa Nara tidak menyodorkan dirinya sendiri saja?

Ah..

"..cu...kup.."

Pria itu menjilat bibir atasnya. Ia menyentuh rambut kecokelatan milik Daniel dengan pelan.

"Kalo di rumah sakit, saya ngga bisa nyentuh anak manis kayak kamu sembarangan. Jadi, saya mau puas-puasin di sini," ujarnya.

Rumah sakit?

"Jadi, anak manis, jangan melawan, atau semuanya akan semakin buruk."

Ah.. tidak..

Pria itu mengambil sesuatu dari tasnya, dan kembali pada Daniel dengan senyum menyeramkan. Tangannya menyentuh pelan punggung Niel yang terekspos karena baju yang dirobek paksa.

"Kau punya kulit yang lembut sekali. Indah."

Daniel merinding. Sesuatu yang dingin menyentuh punggungnya.

"Membuatku ingin sekali merusak kulit putihmu ini."

Lalu, sakit.

Pria ini orang gila. Daniel yakin sekali.

Kemana Nara? Kenapa dia belum pulang? Sampai kapan Daniel harus bersama pria ini? Sampai kapan dia harus merasakan sakit? Sampai kapan? Sampai kapan? Sampai ka-

'bruk!'

Daniel hanya membuat suara terkesiap. Ia mendongak menatap Vahri yang meletakkan tubuh Nara dengan kasar.

"Dia merepotkan sekali. Menyebalkan," gerutunya.

Raza tertawa pelan, "aku kira kau sungguh menyukainya?"

"Kau gila? Jalang seperti ini mana mungkin-"

"Ya, ya, ya, terserah. Kau dapatkan semua tumpukan uangnya?"

"Tentu saja! Itu tujuanku, mana mungkin aku tidak mendapatkannya!"

"Terserahlah. Bagianku anak ini."

"Tentu saja, kau Dokter. Mana mungkin kau tidak punya uang."

Lalu, ia menatap Daniel yang terpaku pada tubuh wanita itu. Dia duduk menegak, tak peduli pada tubuhnya yang banyak diperban. Empat hari ia ditinggalkan oleh Nara, tapi keadaannya sudah mengenaskan seperti ini.

"Mama?" bisiknya pelan.

Nara tak bergerak sama sekali.

Raza tersenyum tipis, dan menghampiri tubuh wanita itu dengan pisau ditangannya.

"Dia berontak?" tanya Raza begitu melihat beberapa bekas luka ditubuh Nara.

Vahri mengangguk.

Dan Daniel terperanjat saat pisau itu menembus kulit Nara dengan kasar. Apa-apaan?! Sudah jelas. Dia memang gila. Mereka orang gila!! Sakit mental!

Napasnya memburu. Tubuhnya bergetar melihat apa yang baru saja terjadi di depan matanya.

"Aww~ lihat, dia gemetar. Lucu sekali," ujar Vahri sambil tertawa kecil.

Dia semakin memundurkan tubuhnya. Menarik kedua kakinya dan menatap mereka dengan takut.

"Dengar, kalau kau tidak memberontak seperti dia, kami tidak akan melakukan hal buruk padamu," ujarnya lagi dengan tangan yang menunjuk ke arah tubuh tak bernyawa yang bersimbah darah di sana.

Si kecil itu menggeleng. Takut. Dia tidak percaya. Nyawanya pasti tetap terancam. Lalu, ia mendorong pria tersebut sekuat tenaga. Berlari sekencang yang ia bisa. Biarpun masih ada efek dari cairan entah apa dari Raza, namun Daniel tetap berusaha. Tangannya terulur ke arah pintu yang membocorkan sedikit bias mentari dari bolongan kayunya.

Dan...

Raza berhasil menghentikannya.

Menarik tubuh kecil penuh luka itu, dan memberinya pelajaran lagi. Bahkan, jauh lebih parah.

Daniel hampir mati kala itu.

Darah yang terus mengalir dari luka-lukanya membuat dia sekarat.

Si kecil itu sudah berharap dia akan bebas. Pergi dari dunia yang begitu kejam ini.

Tapi, tidak.

Seperti difilm-film yang ia tonton saat berada di rumah Gyatri, polisi mendobrak masuk. Menghentikan kegiatan mereka.

Daniel tak sanggup lagi.

Jadi, dia memejamkan kedua matanya. Membiarkan kesadarannya hilang begitu saja.

Tbc.

Sampai jumpa di masa lalu El! (3)

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 117K 45
[DAH TAMAT] Warn: -COWOK SAMA COWOK -Dewasa 🔞 -Banyak kata kasar -Ada adegan dewasa Walaupun ini cerita tentang kit...
5.7K 338 13
Judul Asli. : 和冷漠老公互換後的豪門生活 Pengarang : Zhao Sijue
1.2M 131K 45
[BL] [MPREG] "Lo masih mau berhubungan sama gue?" "Lo diem." "Mau bagaimanapun sikap gue ya lo harus terima dan cukup diem. Gausah komentar! Tapi kal...
1.3M 82.9K 24
Song An-Hee adalah siswa SMA tahun ke-tiga di Seoul, Korea. Dia hanya seorang remaja biasa yang menghabiskan waktunya dengan kegiatan sehari-hari ya...