Attention Seekers

By luckyygrl_

1K 89 7

"You're my first love and will be the last." Liskook area 1!1 ❤️🚢 More

Bab 0
Bab 1
Bab 2
Bab 4

Bab 3

132 14 0
By luckyygrl_



"LALISA MANOBAN! Bangun dari tidurmu cepat!" Seruan melengking dari Jennie membuat Lalisa berjengit kaget. Ia bangun dari tidurnya dalam keadaan kacau karena kaget. Nyawanya pun sepertinya masih tertinggal beberapa diatas sana.

"Apa sih, kamu mengganggu acara barbeque mimpiku." Lalisa bergerak gelisah dibalik selimutnya— berusaha mencari posisi nyaman untuk melanjutkan tidurnya.

Jennie membulatkan matanya tidak percaya. Yang benar saja!

"Hey! Hari ini adalah D-Day, kau ingin membuatku menghancurkan semua helai rambutmu ya?" Jennie menarik selimut Lalisa dengan paksa, dibelakangnya ada Rose yang sudah rapi. Dan Krystal, ah, gadis itu memilih menginap dirumah pacarnya daripada harus dibunuh oleh makhluk bernama Lalisa.

Lalisa bangkit dari tidurnya. Dengan segera gadis itu menyambar ponselnya dan melihat kalender. Astaga, ini kan masih H-1 festival!

"Kau membohongiku. Hari ini bukan D-Day!" Setelah berseru seperti itu, Lalisa kembali menutup matanya— ingin melanjutkan tidur, namun sepertinya Jennie tidak akan pernah menyerah.

"Maksudku adalah D-Day dimana dirimu akan latihan lagi dengan jurusan seni vokal. Kalau kau lupa, kalian sedang dalam misi kerja sama." Rose yang berdiri dibelakang Jennie mengangguk sebagai balasan. Sedangkan Lalisa menendang-nendang ke segala arah.

"Aku ingin tidur," rengeknya.

"Kau bisa tidur nanti, Lalis. Hey, Jungkook sudah menunggumu dari tadi tahu!"

Seakan nama Jungkook adalah kata kunci untuk otak Lalisa— gadis itu langsung bangun dan memegang lengan Jennie dengan wajah tidak percaya.

"Jangan bercanda, ini masih pagi, Kim." Lalisa berlari kekamar mandinya tanpa menunggu balasan dari Jennie. Ia menyambar handuknya dan membersihkan badannya dengan waktu sesingkat mungkin.

"Dia aneh," komentar Rose sambil berjalan keluar. Sedangkan Jennie yang masih dengan wajah konyol karena kaget dengan tingkah Lalisa pun akhirnya menghela nafas.

"Kapan dia tidak aneh?" Tanya Jennie entah kepada siapa. Gadis itu memilih untuk mengikuti Rose dan bergabung dengan Jungkook di ruang keluarga.

Sekitar 30 menit kemudian, Lalisa keluar dengan keadaan rapi dan bersih. Aroma jeruk bercampur bedak bayi menyeruak seiring mendekatnya langkah Lalisa menuju ruang keluarga. Rambutnya ia kuncir kuda dengan sedikit anak rambut yang ia biarkan tergerai. Memakai celana jeans dan baju lengan pendek yang dipadukan dengan jaket adalah kebiasaan Lalisa dalam berpakaian.

Jungkook menoleh kebelakang saat indra penciumannya mencium bau harum bayi yang khas. Ia tahu betul siapa yang memiliki bau seperti ini, tentu saja Lalisa. Jungkook tersenyum kearah Lalisa, bahkan gigi kelincinya pun terlihat menggemaskan saat ia tersenyum.

"Jadi, bisa kita berangkat sekarang?" Lalisa mengangkat satu alisnya kearah Jungkook— bertanya pada pemuda berambut berantakan tersebut.

Rose yang duduk di sofa kecil sambil memakan cemilannya menyahut dengan malas, "Bawa dia pergi sejauh-jauhnya. Sebelum ia berhibernasi menjadi beruang kutub."

Lalisa mendelik mendengarnya, sedangkan Jungkook terkekeh kecil.

"Jika aku tidak menyebut namamu tadi, dia nggak mungkin mau bang—mphh!" Lalisa menyambar mulut Jennie sebelum gadis itu sempat melanjutkan kalimatnya. Memang ya, teman-temannya nggak ada yang bisa diajak bekerja sama!

Lalisa menoleh kearah Jungkook dan melihat cowok itu memberikan tatapan bertanya. Siapa juga yang tidak penasaran jika namanya disebut dalam kalimat rumpang.

"Lupakan," ucap Lalisa sambil menarik lengan Jungkook untuk keluar dari rumah. Bisa berbahaya jika Jungkook berlama-lama didalam sana, mulut Jennie dan Rose memang sangat ember jika tidak ada Krystal.

Jungkook memilih untuk mengikuti Lalisa dalam diam. Sejak langkahnya yang setengah diseret oleh Lalisa, matanya tidak pernah lepas dari cengkraman lembut Lalisa di lengannya. Terakhir kali Lalisa berani menyentuhnya adalah 2 tahun lalu.

Lalisa menghentikan langkahnya didepan mobil sedan berwarna merah dengan sedikit garis hitam didepannya. Gadis itu menoleh kearah Jungkook dengan pandangan bertanya.

"Sejak kapan kau memodifikasi mobilmu?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Lalisa, meskipun sebenarnya ia agak menyesal karena sudah bertanya. Memangnya ia siapa sampai berani bertanya seperti itu.

Lalisa kira, Jungkook akan mengabaikannya. Namun ternyata pemuda itu malah menekan kunci mobilnya dan membuka-kan pintu untuk Lalisa. Setelah memastikan gadis itu masuk, Jungkook memutari mobilnya dan bergabung dengan Lalisa di kursi pengemudi.

"Aku bahkan belum bilang jika aku membawa mobil," komentar Jungkook dengan tangan yang sibuk menyalakan mobil, lalu menggerakkan stir-nya untuk berbelok.

Gadis disamping Jungkook sempat kaget, namun ia kembali memasang wajah datarnya. "Melihat rambutmu yang masih terlihat rapi— walaupun sebenarnya tetap berantakan. Aku jadi berasumsi bahwa Jeon Jungkook sedang membawa mobil sedan merah kesayangannya."

Jungkook tersenyum tipis. Rupanya gadis yang berstatus mantan sahabatnya ini masih mengenal dirinya dengan baik. Jungkook sedikit senang dengan fakta itu— walaupun sebenarnya ia sangat ingin membalikkan waktu dan mengembalikan semua kenangan manisnya.

Diperjalanan yang sudah berlalu sekitar 15 menit itu diselimuti keheningan. Entah Lalisa yang sedang ingin diam atau karena aura mengintimidasi yang tiba-tiba saja menguar dari seorang Jeon Jungkook.

Lalisa memilih menyalakan radio, lalu mematikannya dalam sekejap karena menyadari bahwa Jungkook sedang meliriknya. Demi Tuhan, Jeon Jungkook sungguh mengerikan jika sedang bungkam seperti ini.

"Kenapa dimatikan?" Tanya Jungkook dengan mata yang kembali fokus ke jalanan. Ekor matanya melirik sedikit kearah Lalisa. Biasanya, gadis itu bakal menyalakan radio sekeras-kerasnya dan bernyanyi dengan heboh walaupun suara dan liriknya tidak mendukung didalam mobil Jungkook. Dan pemuda itu kini sedang rindu dengan segala tingkah dari seorang Lalisa Manoban.

"Aku takut akan merusak gendang telingamu," cicit Lalisa sambil memainkan jarinya sendiri. "Suaraku benar-benar tidak bisa ditolerir saat bernyanyi."

Sungguh, Jungkook ingin tertawa mendengarnya. Namun ia sedang tidak ingin membuat sebuah pertengkaran dengan Lalisa, maka pemuda itu membalas perkataan gadis disampingnya.

"Kalau begitu dengarkan saja lagunya."

Lalisa menggeleng pelan dengan wajah cemberut. "Itu lebih sulit daripada harus melihat tangisanmu saat makan ramyeon pedas."

Jungkook tergelak mendengarnya, sedangkan Lalisa yang tersadar bahwa ucapannya sudah kelewatan langsung menutup mulutnya sendiri. Astaga, betapa bodohnya dia.

"Maafkan aku, itu diluar kendali mulutku." Lalisa menunduk dengan cengiran lucunya. Jungkook lagi-lagi tidak bisa menahan bibirnya untuk tidak tersenyum. Semua tingkah Lalisa terlihat manis dimatanya.

🎵 I won't lie to you
I know he's just not right for you
And you can tell me if I'm off
But I see it on your face
When you say that he's the one that you want
And you're spending all your time
In this wrong situation
And anytime you want it to stop 🎵

Suara merdu Jungkook terdengar dan memenuhi gendang telinga Lalisa. Lalisa menoleh kearah Jungkook — memberikan tatapan kagum pada pemuda menawan yang dulu sempat mencuri hatinya dan sepertinya sekarang hatinya mulai tercuri lagi olehnya.

🎵 I know I can treat you better
Than he can
And any girl like you deserves a gentleman
Tell me why are we wasting time
On all your wasted cryin'
When you should be with me instead
I know I can treat you better
Better than he can 🎵

Lalisa sudah tak kuasa menahan senyumnya. Lagu ini adalah lagu kesukaan Jungkook yang khusus dinyanyikan untuk Lalisa dari Jungkook— setidaknya dulu pemuda itu mengatakan seperti itu.

Kebiasaan Lalisa saat mendengar lagu favoritnya adalah menyanyikannya. Sebenarnya tidak ada masalah dengan itu, tapi suara Lalisa yang cempreng terkadang membuat orang yang mendengarnya meringis— terutama jika bertemu nada tinggi, hancurlah dunia.

🎵 I'll stop time for you
The second you say you'd like me to
I just wanna give you the loving that you're missing
Baby, just to wake up with you
Would be everything I need and this could be so different
Tell me what you want to do 🎵

Kali ini bukan suara Jungkook, melainkan suara Lalisa yang sudah tertahan sejak tadi. Entah mendapat sihir darimana, suara gadis itu kali ini terdengar lebih merdu di telinga Jungkook. Kapan terakhir kali ia melihat Lalisa bernyanyi setenang ini?

Kali ini mereka saling berpandangan, hanya sebentar karena setelah itu Jungkook harus kembali fokus dengan jalanan. Senyum Jungkook merekah saat melihat wajah manis Lalisa yang terlihat begitu bahagia. Menjadi sumber kebahagiaan Lalisa adalah salah satu hal yang menjadi prioritasnya selama ini.

"I know i can treat you better, Liz. Aku sebenarnya ingin minta maaf tentang pertengkaran kita dulu." Jungkook menyudahi acara bernyanyi-nya dan mulai memasang wajah serius. Pertama kalinya Lalisa melihat Jungkook menjadi segugup ini.

"Aku sudah memikirkannya sejak lama, aku hanya merasa— aku tidak ingin kamu tersakiti, Liz. Aku hanya ingin menjagamu," ucap Jungkook yang tiba-tiba membuat suasana menjadi tegang, tapi Lalisa tetap menyukainya asalkan bersama Jungkook. "Aku sedikit kesal saat kamu tidak mempercayai kata-kataku. Jujur, itu melukai hatiku."

Lalisa tersenyum kecil, entah keberanian darimana, ia meraih tangan Jungkook yang sedang tidak memegang setir dan menggenggamnya. "Sebenarnya, kamu benar-benar kesal saat itu."

Jungkook mengerucutkan bibirnya, lalu membalas genggaman tangan Lalisa menjadi lebih erat. Tangan mungil Lalisa memang selalu terasa pas di tangannya.

"Aku juga kesal saat kamu berpacaran dengan Jung Eunha tanpa memberitahuku terlebih dahulu," ucap Lalisa dengan senyum kecut. Walaupun sebenarnya bukan itu alasan Lalisa menjadi kesal, melainkan ia sakit hati karena orang yang disukainya selama ini malah berpacaran dengan orang lain.

Jungkook itu dekat dengannya, tapi terasa jauh untuk digapai. Seperti bulan. Terlihat dekat tapi hanya semu.

"Kesal atau cemburu?" Tanya Jungkook dengan senyum geli. Ia menghentikan mobil di tempat parkir lalu mengalihkan pandangan dan fokus seluruhnya untuk gadis disampingnya.

Lalisa mengangkat satu alisnya, "Ce-cemburu apanya!"

Jungkook terkekeh, sedangkan Laisa berusaha melepaskan tautan tangannya dengan Jungkook untuk menutupi wajahnya yang memerah. Sial, kok jadi begini!

"Lucunya," ucap Jungkook dengan bibir yang menampilkan senyum lebar. Tangannya yang lain tergerak untuk mengaitkan anak rambut Lalisa ke belakang telinganya.

Lalisa terdiam, jantungnya sekarang terasa sedang berada diatas awan dan berhenti berdetak saking cepatnya. Tubuhnya ada didepan Jeon Jungkook, tapi hatinya sudah melayang-layang indah disertai kupu-kupu yang menggeletik perutnya. Lalisa menyukai rekasi ini, ia mengakui hal itu. Tapi pantaskah ia merasakannya?

"Jadi Laliz, apakah kita bisa kembali seperti dulu lagi?" Pertanyaan Jungkook membuat Lalisa kembali ke dunia nyata. Menampar keras serta menjatuhkan gadis itu untuk segera sadar dari harapan semu.

Maka mulai dari sanalah Lalisa sadar, bahwa dirinya memang tidak pantas— tidak pantas mengharapkan hal lebih dari hubungan mereka yang hanya sebatas sahabat. Ya, sahabat.

"Kau selalu jadi sahabat terbaikku, Kookie."

[•]

When Taehyung menjadi orang ketiga antara hubungan noona-nya dengan Seokjin 😂🙄

By the way, aku heran banget. Kenapa ya fangirl kalau ngedit itu bener-bener smooth banget:") gila, dah.

Continue Reading

You'll Also Like

459K 8.5K 13
Shut, diem-diem aja ya. Frontal & 18/21+ area. Homophobic, sensitif harshwords DNI.
48K 7.5K 44
Rahasia dibalik semuanya
72.2K 7.1K 20
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
126K 9.1K 57
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote