Happiness [SELESAI] ✔

By AM_Sel

2.3M 265K 44.9K

Lo itu makhluk terindah yang pernah gue temui. Lo makhluk terkuat di hidup gue. Tapi, lo juga makhluk terapuh... More

• 0 •
• 1 •
• 2 •
• 3 •
• 4 •
• 5 •
• 6 •
• 7 •
• 8 •
• 9 •
• 10 •
• 11 •
• 12 •
• 13 •
• 14 •
• 15 •
• 16 •
• 17 •
• 18 •
• 19 •
• 21 •
• 22 •
• 23 •
• 24 •
• 25 •
• 26 •
• 27 •
• 28 •
• 29 •
• 30 •
• 31 •
• 32 •
• 33•
• 34 •
• 35 •
• 36 •
• 37 •
• 38 •
• 39 •
Special : Poppy
Bonus +
❤ Cuap-Cuap Sellin ❤
Bonus ++
Bonus +++
ff
Bonus ++++
Bonus singkat karena rindu
Special
Special (2)
Bonus +++++
Bonus ++++++
Happy Birthday! and a little spoiler to you guys

• 20 •

38.7K 4.8K 535
By AM_Sel

Daniel memiliki seorang Ibu. Namanya Nara. Dia adalah seorang pekerja seks komersial di lingkungan sana. Selalu memoles wajahnya dengan riasan tebal, dan menggunakan baju yang minim bahan.

Wajahnya memang cantik. Tubuhnya juga aduhay. Ia pandai merangkai kata-kata menggoda untuk menjerat pelanggan. Cinta darinya hanya berlaku untuk satu malam. Jika ingin malam tambahan, harus membayar lebih.

Daniel dibesarkan di lingkungan seperti itu. Perkara seks, adalah hal biasa untuknya. Nara beberapa kali membawa partner seksnya pulang ke rumah. Membuat Daniel tau, apa saja kegiatan panas yang mereka lakukan karena ditunjukkan secara terbuka di depan matanya. Tapi, Daniel tidak protes. Tidak bisa lebih tepatnya. Jika dia melakukan itu, Nara akan memukulnya, dan dia tidak akan diberi makan selama beberapa hari.

Terkadang Daniel bingung, Ayahnya ini siapa? Apakah pria yang dibawa oleh Nara kemarin? Atau pria yang ia bawa hari ini? Atau jangan-jangan pria minggu lalu?

Tapi, Gyatri-tetangga seprofesi dengan Nara-bilang, Ayahnya itu adalah orang yang tampan. Katanya, Daniel memiliki ciri yang mirip dengan sang Ayah. Rambut cokelat, kulit putih, dan manik sebiru langit.

Ayahnya adalah pria pertama yang membuat Nara jatuh berlutut. Cinta untuk Ayahnya, tidak hanya untuk satu malam. Tapi, untuk seterusnya.

Maka dari itu, Daniel dipertahankan. Dijaga baik-baik saat dikandungan. Berharap agar mereka nanti bisa membentuk sebuah keluarga yang bahagia.

Sayangnya, Nara dicampakkan begitu saja. Daniel yang lahir, sempat ingin ia buang. Tapi, melihat mata mereka yang sama, membuat Nara berharap untuk bisa mendapatkan cinta yang sama juga.

Namun, merawat seorang bayi bukanlah hal yang mudah. Kesabaran Nara terlalu tipis untuk berhadapan dengan sosok mungil seperti itu.

Gyatri-yang kebetulan berpengalaman di sana-yang membantu merawat Daniel. Mengajarkannya membaca, menulis, dan berhitung. Terkadang, gadis-gadis lain juga ikut menjaganya. Daniel sendiri bukanlah anak yang rewel dan selalu bersikap manis.

Semuanya terasa normal bagi Daniel, biarpun tanpa sosok Nara di dekatnya.

Tapi, semuanya berubah sejak Nara menjalin hubungan dengan pria lain. Bukan pelanggannya. Seorang pria, yang terlihat menyeramkan bagi Daniel.

Dia dilarang untuk main ke tempat Gyatri lagi.

Daniel tidak tau, apa yang salah dengan main ke sana.

"Buatkan aku makanan."

Tubuh molek itu duduk di kursi rumah mereka. Kakinya bersilang dengan anggun. Daniel menatapnya dengan tidak mengerti.

"T-tapi, Niel kan ngga bisa masak, Ma?"

Raut tenang itu berubah. Kedua alisnya mengerut marah.

"Ngga bisa masak?!" serunya, "lalu, kau bisa apa?!" Tangannya menarik rambut kecokelatan Daniel, yang telah memanjang hingga melewati bahu kecilnya. Membuat anak itu meringis menahan sakit.

"Aku tidak mau tau alasan apapun! Pokoknya, cepat sajikan makanan!" seru Nara lagi, dan mendorong tubuh itu.

Daniel mengusap kepalanya pelan. Ia melirik sang Mama dengan takut, dan melangkah pelan menuju dapur. Tidak ada bahan masakan apapun di rumah mereka. Daniel selalu makan di rumah Gyatri. Nara juga selalu makan di luar. Ini pertama kalinya wanita itu meminta hal seperti ini.

Dengan enggan, kaki kecilnya kembali melangkah menuju ruang tamu.

"Ma, ngga ada yang bisa dimasak," ujar Daniel pelan.

Nara mendelik tajam ke arahnya, "dasar ngga berguna," desis wanita itu.

Ia beranjak dari duduknya dan melangkah ke luar. Pintu rumah ia kunci dari luar.

Daniel hanya menatap pintu itu dalam diam. Lalu, beranjak menuju meja buffet yang menyimpan majalah-majalah milik Nara, dan mengambil beberapa untuk ia baca. Biasanya, dimajalah ada beberapa resep masakan. Daniel harus mempelajari itu, agar jika Nara meminta hal tadi lagi, ia bisa melaksanakannya.

Ah, untung saja Daniel sudah bisa membaca dengan lancar biarpun dia tidak sekolah.

Dia dikurung di rumah itu selama tiga hari. Tanpa makanan sama sekali. Jika lapar, Daniel mengelabui perutnya dengan minum. Ia duduk sambil menyenderkan punggung kecilnya di dinding dekat pintu. Di sebelahnya, botol air minum berdiri tegak. Manik sebiru langit itu menatap lemah, ke arah pintu yang entah kapan akan terbukanya.

Perutnya terasa sakit karena kebanyakan minum.

Lalu, pintu itu sungguh terbuka.

Nara pulang bersama pasangannya. Kali ini, ia membawa sebuah kantong berisi makanan dan memberikannya ke Daniel. Membuat anak itu senang bukan main.

Wanita itu masuk ke dalam, meninggalkan si kecil itu bersama pasangannya yang tengah duduk di kursi sambil menatap Daniel dengan tajam.

Ini yang membuat Daniel merasa tidak nyaman. Pria itu selalu menatapnya dengan tatapan menyeramkan.

Nara kembali dengan pakaian yang sudah berganti. Ia duduk di samping pria itu dan memeluk lengannya manja.

Pria itu tersenyum, "anak kamu punya nilai," ujarnya. Tangan besarnya memainkan rambut Nara yang panjang.

Nara melirik Daniel sekilas, dan tersenyum ragu, "maksudnya?"

Daniel hanya diam menguping. Ia sesekali memasukkan makanan yang Nara bawa ke mulutnya. Namun, ia tidak bisa mendengar ucapan mereka lagi. Pria itu berbisik. Terlalu pelan.

Tapi, setelah itu, Nara menatapnya dengan tatapan yang tak ia mengerti.

Daniel hanya menunduk dan tetap makan dalam diam.

Tak lama setelah itu, pria menyeramkan tadi pergi. Daniel membereskan bekas makannya. Nara diam. Bibirnya mengapit sebatang rokok. Kedua matanya tidak teralih dari Daniel. Sesekali, ia menyesap rokok itu dan menghembuskan asapnya perlahan.

"Niel!" panggilnya.

Kaki kecil itu segera menghampirinya. Kedua mata birunya yang cantik tak berani menatapnya.

Nara mengeluarkan beberapa lembar uang dan memberikannya ke Daniel.

"Pergi ke pasar, dan beli bahan-bahan makanan," ujarnya.

Niel mengangguk, dan segera melaksanakan perintahnya. Anak itu selalu menurut. Apapun yang ia ucapkan, Daniel tak pernah sekalipun membantah.

Si kecil berambut cokelat itu mengingat-ingat nama bahan makanan yang ia baca dari majalah selama tiga hari ini. Dia tidak tau bentuknya yang mana. Jadi, sesekali, ia bertanya pada penjual.

Satu-satunya yang Daniel tau, adalah garam itu asin, gula itu manis. Hanya itu.

Daniel hanya membeli bahan yang ia ingat namanya saja. Dia bahkan tidak bisa membedakan yang mana jahe, yang mana lengkuas, yang mana kunyit, dan yang mana kencur. Semuanya tampak sama dimata Daniel. Lalu, apa bedanya buncis dengan kacang panjang?

Daniel menghela napas. Membawa kantong berisi belanjaan itu dengan susah payah ke rumah dan meletakkannya di dapur.

Nara sedang asik merokok sambil menonton televisi. Daniel duduk di lantai. Kepalanya menyender di badan kursi. Tak mempedulikan asap rokok yang menyesakkan dada. Dia hanya sedang ingin berada di dekat Nara. Di dekat wanita yang telah melahirkannya itu.

****

"Kau bilang ini makanan?!"

Semua piring-piring yang terisi makanan di atas meja itu, disingkirkan oleh wanita itu dengan marah.

"Dasar anak tidak tau diri! Aku bekerja siang malam agar kita bisa hidup, tapi apa yang kau lakukan, hah?! Memasak makanan saja kau tidak bisa! Tidak berguna! Bagaimana bisa aku melahirkan anak sepertimu!"

Tangan lentik yang biasanya digunakan untuk membelai tubuh para lelaki kesepian itu, memukul tubuh kecil anaknya. Tak peduli dengan isak tangis yang dikeluarkan oleh si kecil, ataupun permintaan ampun olehnya.

"Ukh.. Mama.. hiks.. Mama, maaf.. jangan pukul lagi.."

Wanita cantik itu berkacak pinggang dan mendengus kasar, "cepat bereskan semua ini!" serunya.

Rambut kecokelatan itu berayun saat kepalanya mengangguk cepat karena takut. Tubuh yang awalnya meringkuk agar pukulan sang Mama tidak mengenai bagian vital tubuhnya itu, langsung segera beranjak. Namun, lengan kecilnya dicengkram erat oleh wanita tersebut.

"Kalau sampai diwaktu berikutnya kau tetap tidak bisa memasak makanan yang enak, lihat saja nanti hukumannya."

Daniel mengangguk cepat. Cengkraman pada lengannya dilepaskan.

Nara mendengus, "Makanya, punya otak itu dipakai!" ujarnya kesal, "Menyusahkan sekali! Seharusnya aku menggugurkanmu dulu!"

Daniel menggigit bibir bawahnya. Air mata yang tadi sempat berhenti, kembali mengalir. Ia mengambil piring-piring itu dengan hati-hati. Beberapa ada yang pecah.

Sakit sekali rasanya. Dia yakin, pukulan Nara tadi tidak ada yang terkena dadanya, tapi kenapa rasanya bisa sesesak ini?

Hari berikutnya, hal ini kembali terulang.

Daniel sungguh tidak tau apa yang salah dengan masakannya. Saat ia coba tadi, rasanya lebih enak dari yang kemarin kok. Sungguh.

Enak seperti apa sebenarnya yang Nara inginkan?

Lengannya ditarik. Dipaksa melangkah lebar. Di luar rumah, sebuah mobil terparkir. Di dalamnya, pria menyeramkan beberapa waktu lalu, duduk di kursi kemudi.

Daniel dimasukkan ke dalam mobil itu.

"Duduk diam di sini. Terus menurut sampai hukumanmu selesai!" desis Nara. Ia beralih duduk ke kursi di depan, di samping pria tadi. Lalu, mobil ini mulai melaju.

Daniel sungguh tidak tau mau dibawa kemana dirinya. Ia menggigit bibir bawahnya, dan melihat ke luar jendela.

Biasanya, hukuman untuknya hanya berupa pukulan dan dikurung di dalam ruangan sempit yang ada di rumah selama sehari penuh. Ini pertama kalinya, ia dibawa ke tempat lain.

Cukup lama mobil itu melaju, hingga akhirnya berhenti di depan sebuah bangunan.

Daniel tidak tau ini di mana. Tubuhnya kembali ditarik kasar, dan masuk ke dalam bangunan itu.

Ia menatap Nara sesekali, sambil melebarkan langkahnya agar tidak jatuh karena tertinggal. Dan mereka berhenti di depan sebuah pintu.

Nara mengetuk pintu tersebut. Tak membutuhkan waktu lama, pintu itu pun terbuka. Setelah itu, mereka masuk. Di dalam sana, ada beberapa pria yang tak Daniel kenal.

Salah seorang dari mereka bersiul pelan, "ini?" tanyanya.

Lalu, ada yang mendekat. Menatapnya dengan tatapan yang tak kalah seram, "umurnya berapa?"

"Delapan," jawab Nara. Ia merogoh sakunya dan mengambil sekotak rokok, lalu mengambil satu batang dan menyelipkannya ke bibir.

Daniel mendongak menatap Nara.

"Hmm.. boleh juga."

Punggung kecilnya didorong pelan ke depan, "ingat kata-kataku tadi. Ini hukumanmu. Jadi, jangan melawan."

"Bayarannya sudah kau terima, kan? Kau bisa menunggu di luar."

Nara mengangguk, dan melangkah keluar. Daniel mengerjap, "Mama? Mau ke mana?"

Baru maju dua langkah, tubuhnya sudah ditahan. Daniel menoleh tak mengerti.

"Kau harus bersama kami dulu sebentar, manis."

Wajahnya dibelai. Jantung Daniel berdegup cepat. Merasakan sesuatu yang tak mengenakkan akan terjadi. Apalagi saat melihat seringaian dari pria-pria itu.

Daniel takut.

****

Tetesan air mata terus mengalir sedari tadi. Tak bisa berhenti. Ia meringkuk pelan. Memeluk tubuh telanjangnya yang membiru di beberapa bagian.

Seluruh tubuhnya sakit. Dia tidak bisa beranjak dari sini. Sekadar untuk mengambil bajunya yang tergeletak di dekatnya saja ia tak mampu.

Lalu, sepasang kaki yang dihiasi high heels berwarna merah, berhenti di hadapannya. Ia mendongak.

"Ada pelanggan lagi untukmu."

Air mata itu semakin menderas. Sudah cukup. Dia tidak ingin lagi. Dia tidak mau.

Wanita itu mengisyaratkan kepada beberapa lelaki di luar sana untuk masuk.

Ia menatap wanita itu dengan tatapan memohon, "Mama.. hiks.. ampun.."

"Nikmati hukumanmu, dan berikan aku uang yang banyak," ujar wanita itu, dan melenggang pergi.

Tuhan, sebenarnya, apa salah Daniel selama ini?

Teriakannya tak diindahkan oleh siapapun. Sekeras apapun ia mencoba untuk melawan, dia tetap tak bisa.

Pria-pria itu menusuknya. Berkali-kali.

Sudah cukup.

Daniel mau mati saja.

Tbc.

Sampai jumpa di masa lalu El! (2)

Continue Reading

You'll Also Like

1.7M 78.9K 32
WARNING! 1. Cerita ini beralur manxman 2. PG[13] dan tak ada konten fisik yang terlalu eksplisit seperti ILUMRG 3. HOMOPHOBIC, MENJAUHLAH! 4. Bila An...
3.7M 40.1K 32
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
542 521 13
Disebuah desa, lebih tepatnya desa Sariwangi. Hiduplah seorang gadis cantik bernama Bianca Madeline. Bianca hidup bersama sang Nenek yang sudah renta...
61.7K 7.1K 38
Ketika kita sadar bahwa kita hanyalah serpihan kecil di antara semesta. Namun pertemuan dengan jiwa-jiwa yang saling mencari sembuh, membuat sadar ak...