Not So Scary Stories

By deningcaya

7K 1K 268

Cerita horor tidak selalu harus jahat dan berdarah-darah, kan? Oh well, sedikit seram saja. Ini adalah kumpul... More

Beringin Melambai
Pemakan Permen Karet
Sisters Forever
Keluarga Pamungkas
Penjaga Seribu Rupa
Sonja Anting Sebelah
Mulutnya Mau Dijahit ?
Delapan Dipan
Menunggu Bayi
Kekuatan Kucing
Jangan Mau Diraba Perutnya
Terkunci !
Si Kancil Anak Nakal
Layangan Menjerit
Wanita Kalkun
Pulau
Dengung dan Bulan Purnama
Lihat Kebunku

Opa Dimakamkan di Situ

556 67 18
By deningcaya

Ini ceritaku ketika pindah ke kampung halaman Papa.

Aku masih kelas lima Sekolah Dasar. Masih kecil dan penakut level tujuh belas.

Kampung Papa bagus pemandangannya, walau bukan bukit dan gunung, ada sungai dan sawah yang indah.

Yang jadi masalah adalah letak sekolahku yang cukup jauh dari rumah. Lewat sawah, ladang, dan kuburan. Betul, kuburan.

Bukan sembarang kuburan tapi kuburan kampung yang sudah sangat tua. Pohon-pohon kamboja berbunga putih yang tinggi dan berbonggol-bonggol dahannya saking tuanya. Nisan-nisan yang sudah kabur penandanya digantikan lumut yang meliputi segala sudutnya.

Suasana di situ gelap, lembab, dan angker, terutama di mata seorang anak kecil yang penakut. Melihatnya dari seberang jalan saja sudah membuat bulu kuduk berdiri.

Apalagi harus melewati pinggirannya untuk sampai di ujung jalan yang ditandai sebuah rumpun bambu sebagai penanda akhir areal kuburan dan masuk ke jalan pinggir sawah.

Kata Papa, di ujung kuburan itu ada sepetak makam yang agak lain.

"Opamu dimakamkan di situ. Jadi jangan khawatir. Ada Opa yang ngawasi kamu," jelas Papa.

Timbul sedikit keberanian di hati setelah mendengar penjelasan Papa. Setidaknya ada keluarga yang dimakamkan di sana. Sekutu.

Memang tidak setiap hari aku harus berjalan melewati jalan kuburan itu karena kalau keponakan Papa sedang menganggur, dia yang mengantarku naik motor kerompengnya yang berbunyi nyaring, yang kadang aku takut suaranya bisa membangunkan apapun itu yang ada dalam deretan ratusan makam.

Atau Mama kalau adik bayiku sedang ada yang jaga.

Tapi hari itu sungguh sial. Keponakan Papa sedang ikut kerja di perkebunan tebu di kampung sebelah selama beberapa hari. Mama dibuat sibuk oleh adik bayiku yang rewel karena demam.

Dengan langkah ragu aku masuk ke jalan kuburan, satu-satunya jalan menuju sekolah.

Satu-satunya rumah yang ada dekat situ adalah rumah Wak Sikan, tukang kunci kuburan. Ia jarang terlihat di siang hari entah mengapa.

"Sendirian, Nak ?"

Aku yang sudah deg-degan terlompat kaget. Wak Sikan. Dengan kostum kebesarannya, kemeja katun hitam tanpa kancing dan celana gombrang selutut dari bahan yang sama yang hanya ditalikan dengan tali sumbu kompor atau kadang tali rafia.

"I...I..Iya, Wak..." jawabku gemetar, karena bagiku Wak Sikan sama seramnya dengan hantu-hantu kuburan.

"Hati-hati, Nak. Kadang ada ular atau kalajengking melintas."

Waduh. Cobaan tambahan. Binatang-binatang berbisa !

"Oh, ya. Kalau ketemu Opamu jangan lupa disapa, ya ?"

Aku mengangguk ragu. Memang kata Papa ada makam Opa di situ. Tapi.... Kalau ketemu berarti.... Iiihh....

Wal Sikan terkekeh lucu melihat aku pucat ketakutan.

Dasar orang tua jail ! Mengapa juga dia muncul siang hari ini. Tumben.

Aku melangkah cepat-cepat melintasi jalan pinggir kuburan itu tanpa berani menoleh. Hanya berani melirik dengan sudut mataku kalau aku merasa ada gerakan atau hal ganjil.

Tapi tidak ada. Aman. Itu kuburan Belanda yang agak terpisah di ujung kompleks pemakaman sudah terlihat.

Ya. Kakek buyut Papa adalah orang Belanda yang bekerja sebagai staff di pabrik gula di kampung sebelah.

Petak kuburan Belanda itu tidak lebar tapi sangat mencolok karena makamnya rata-rata terbuat dari marmer atau batu batu besar yang indah dengan epitaph - tulisan kenangan- di setiap makamnya. Tapi tidak ada satupun patung seperti di kerkhof umumnya.

Rasa takutku sudah jauh berkurang di wilayah ini. Aku bahkan berani berhenti dan melongok ke tulisan-tulisan yang tertera di nisan yang bermacam-macam bentuknya.

"Van Duinen. Baartman. Molenaar. De Bruijn." Dengan susah payah kueja nama-nama yang susah dilafalkan itu sambil mencari-cari nama seperti nama belakang Papa, Willems.

Aku berhasil menemukan satu huruf W terukir indah di salah satu nisan, tapi kuurungkan niatku untuk mendekat mengingat waktu. Aku takut terlambat.

Itu juga karena kulihat seorang lelaki tua berwajah ramah memberiku tanda untuk pergi dengan lambaian tangannya.

Aku tersenyum dan melambai balik untuk berterima kasih.

Ia juga tersenyum ramah.

Sepertinya aku kenal kakek tadi.

Tapi perhatianku terpecah karena tak jauh dari belokan kuburan, kulihat Nia dan Dodi, teman-teman sekelasku. Aku memanggil mereka untuk berjalan bersama.

Aku menoleh, tapi kakek itu sudah tidak ada di sana.

Esok harinya aku kembali harus berjalan sendiri, melalui siksaan batin pagi hari sepanjang seratusan meter.

Wak Sikan tak terlihat. Syukurlah. Mungkin ia kembali ke alam malamnya.

Sisa hujan semalam meninggalkan genangan air becek di sana-sini. Langkah yang berat semakin berat dengan sepatu yang seakan lengket di tanah jalan di setiap jengkalnya.

Ayolah, cepat ! Batinku. Tiba-tiba aku merasa bulu kudukku berdiri. Tanpa berani melihat langsung, aku melirik melalui sudut mataku.

Astaga ! Apa itu ? Aku melirik lagi ke arah pohon kamboja besar tak jauh dariku. Sesosok bayangan hitam besar seperti menatapku.

Aku ingin menjerit tapi suaraku tercekat di kerongkongan. Tubuhku kaku.

Bayangan itu semakin dekat. Matanya merah menyala menakutkan.

Lalu entah darimana datangnya, kakek tua ramah yang kemarin kulihat di kerkhof melambai dan tersenyum padaku. Ia berjalan ringan dan santai.

Bayangan hitam yang tinggal beberapa meter dari hadapanku langsung menjauh dan menghilang di rimbunnya tanaman perdu di tengah kuburan.

Ketika kualihkan pandangan pada kakek tua tadi, ia sudah tidak di tempatnya lagi.

Ah, belum sempat aku berterima kasih ia sudah pergi lagi. Di mana rumahnya, ya ?

Kejadian seperti itu berulang beberapa kali. Jika aku merasa ketakutan, kakek tua itu muncul. Entah hanya dengan tersenyum atau melambai, tapi itu berhasil memupuk keberanianku.

Aku semakin bernyali. Bahkan ketika berhadapan dengan makhluk-makhluk aneh yang sering kulihat nyata. Aku tidak penakut lagi. Berkat kakek tua ramah itu.

Tapi semakin besar keberanianku, semakin jarang kakek itu muncul. Dan aku tidak lagi terlalu mempedulikan beragam makhluk yang sering muncul atau sekadar melintas di sekitar kuburan.

Aku tidak takut lagi.

Bahkan aku 'agak berteman' dengan gadis kecil berambut lurus bermata sebelah-yang sebelah lagi sudah tinggal lubang hitam menganga di wajahnya, seekor anjing hitam berekor empat dengan satu kaki hilang, seorang ibu berkebaya dengan cipratan darah yang selalu merintih sedih dan menanyakan suaminya, dan beberapa penghuni kuburan lainnya yang tidak ganas.

Papa dan Mama tidak pernah kuberitahu soal mereka. Aku takut mereka jadi resah. Toh aku baik-baik saja. Justru aku khawatir kalau mereka akan panik jika kuberitahu ada makhluk berbulu sangat jelek yang menghuni rumpun bambu di samping rumah.

Sampai aku saat aku lulus sekolah dasar. Papa naik jabatan tapi kami harus pindah ke lain pulau.

"Mau ke kuburan dulu, ya, Pa. Pamitan sama Opa."

Papa tersenyum pada Mama.

"Sayang, maaf kami selama ini membohongi kamu. Sebenarnya makam Opamu sudah lama dipindahkan ke kampung Oma."

Aku hanya ber-oh panjang. Aku tahu. Opa yang bilang. Kakek tua ramah di kerkhof yang menjagaku dari awal dan membuatku sadar bahwa aku punya kelebihan itu adalah Opa. Arwah Opa yang kadang datang bersama Oma menemaniku berjalan melintasi jalan kuburan.

Aku tak sabar makhluk apa lagi yang akan kutemui di tempat baru nanti !

 
Haiiii....

Gak terlalu serem juga kaan ?

Selamat baca yaakk.

Thank you. See you soon.

Deningcaya

Continue Reading

You'll Also Like

13.8K 665 14
obsesi seorang laki-laki terhadap perempuan dan ia tidak akan pernah membiarkan orang lain menyentuh miliknya
13.8K 1.5K 18
Baca Dulu Baby Canny S1 [ongoing] BABYMONSTER [Lokal] [Season 2] ꓃ [You Must Die!] ********** 2 Tahun berlalu, Kehidupan Keluarga Brahmantyo mulai ke...
1.4M 55.3K 71
Marvel itu cowok yang terbilang nakal. Kerjaannya membolos, ngerokok dan kenakalan lainnya. Bahkan ia mempunyai geng motor yang di ketuai olehnya. Te...
536 50 8
Ini adalah series original JKT48. Cerita murni karangan saya sendiri. Yang sama hanya nama tokoh dan sampul. β€’Chloe-zee β€’Clara-christy β€’Abigail-grac...