PIECES ✔

By wusanidol_

925 71 31

[COMPLETE] Dia kacau, hilang dan terbebani masa lalu pahit yang menimpa tiga tahun silam. Tapi Dia tersenyum... More

Meet the character
Prolog
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
12.
13
14
15
16
17
18
19
20-End

11.

14 2 0
By wusanidol_

"Belum atau tidak aku tidak tahu, aku tidak bisa menentukan, hanya perasaan yang bisa,"

🍃

Stella keluar dari dapur memakai celemek dan bersarung tangan apron sambil membawa nampan hangat yang Baru saja keluar dari oven.

"Hai, aku hanya ingin tahu cara membuatnya, kalian bisa membantuku menghias?" tanya Stella setelah meletakan nampan di meja untuk menghias cupcake.

"Tentu, kami bisa contohkan untukmu, berikan aku sebelah," Stella melepas sarung tangan yang ditunjuk karyawati toko. Setelah karyawati tersebut memakainya, Stella diperlihatkan bagaimana cara menghias agar tidak kacau, agar tidak jelek hasilnya.

"Sekarang giliranmu," karyawati itu melepas sarung tangannya.

Stella menarik ke bawah mesin krim yang ada di atas kepalanya lalu di gerakan sesuai dengan keinginannya.

"Ini berat," keluh Stella kesulitan.

"Tapi ini efisien dan efektif," Stella setuju dengan perkataan karyawati itu, karena tidak ada tiga menit, krim yang di torehkan ke cupcake buatannya sudah terbentuk sempurna, hampir sesuai harapan Stella.

"Tunggu sebentar," kata Stella membuat kedua karyawati toko bertanya-tanya.

Stella kembali ke dapur, Geraldine yang sedang mengaduk adonan pancake menoleh, "Tante, topping apa yang disukai Nix?" tanya Stella.

"Hm? Nix memakan apapun yang disuguhkan padanya, hias saja cupcakemu se menarik mungkin, dia pasti akan memakannya,"

"Baiklah," Stella kembali lagi ke ruang menghias, astaga, dia seperti bocah kecil yang sedang membelikan pacarnya cupcake.

"Bagaimana menurut kalian, sprinkles atau gliters," keduanya mengerutkan dahi.

"Gliter?" tanya karyawati berambut sedikit pirang, mengingatkannya pada Nix.

Stella tertawa, "I'm just kidding," katanya lalu menaburkan springkle secukupnya agar tidak terlihat menggelikan.

"Berikan aku any sign," kata Stella sambil mengambil adonan hiasan kue yang akan digunakan untuk menulis.

Setelah Stella diberikan, Stella melotot melihatnya, "Love?"

"Kau sedang membuat ini tunik pacarmu kan?" Stella menggeleng.

"Bukan, ini untuk anak tante Geraldine, dia sedang sakit jadi aku akan mengucapkan get well soon atau kata-kata yang lebih baik lainnya,"

"Kami hanya menyediakan itu," Stella mengambilnya dan memasang sign itu didalamnya setelah mencari celah diantara springkles tadi.

Lonceng kecil berbunyi nyaring, kedua karyawati secara bersamaan mengucap salam

"Selamat pagi, ada yang bisa kami bantu?" tanya keduanya bersamaan.

"Tante Geraldine ada disini?" Ketika Stella menoleh, dia berhadapan dengan Calum.

"Hai, Stella? Lo.. kerja disini juga?" Stella menggeleng dan tersenyum.

"Enggak, gue cuma pengin bantuin Tante G," kata Stella.

"Beliau disini?" Stella mengangguk. "Ada dibelakang,"

"Oke,"

Setelah Stella selesai menghias, Stella meminta untuk di bungkuskan.

"Dia benar-benar sangat ingin?" tanya Geraldine keluar dari dapur diikuti Calum.

"Ya, benar-benar sangat ingin," Geraldine mengangguk kemudian mendekat pada Stella.

"Sayang, kau ada kegiatan hari ini?" tanya Geraldine.

"Tidak ada, mungkin setelah ini aku hanya ingin tidur,"

Geraldine mengangguk, "Baiklah, maukah kau ikut Calum ke rumah Nix? Kata Calum, Nix benar-benar ingin menemuimu,"

"Uh, tidak masalah, jika dad mengijinkan," kata Stella.

"Aku akan ijinkan sekarang," kata Geraldine mencari ponselnya di tas dibelakang pintu dapur.

Setelah tiga menit menelfon, Geraldine kembali dan membawa kabar gembira.

Stella langsung diangkut Calum ke mobil dan dibawa ke rumah Nix.

-+-

"Siapapun yang didalam rumah ini akan menyesal jika dia tidak membuka matanya dan bangun dari tidurya. Nix! Lihat, gue membawa cupcake!" Teriak Calum menuju kamar Nix.

Stella yang baru saja menginjakkan kaki dirumah sederhana ini terkejut, ternyata keluarga Tante G tidak sekaya yang dia duga.

"Gue pengennya Stella, bukan cupcake," Stella menggeliat geli mendengar teriakan Nix.

"Bagaimana jika Stella yang buat cupcakenya?"

"Emangnya Stella bisa?"

"Lo bisa wawancara sendiri sama orangnya," kata Calum mengajak Stella masuk ke kamar Nix.

-+-

"Jadi siapa yang tidak bisa memasak sekarang?" tanya Stella berkacak pinggang menghadap ke arah Nix yang sedang sibuk membuka bungkusan bagian bawah cupcake.

Mereka berdebat panjang soal siapa yang membuat cupcake dan menghiasnya.

Tentu saja Stella kekeuh dengan jawabannya bahwa dialah yang membuat makanan mungil itu.

Sedangkan Nix dia tidak percaya bahwa Stella bisa memasak, dugaannya adalah Geraldine yang membuat dan memasak adonanya dan Stella yang menghias.

"Lo nggak bisa mutusin dengan cara kayak itu," Stella mengangkat alis.

"Lo harusnya masak buat gue dan tepat dibawah pengawasan gue, meskipun ini enak, gue masih ragu kalo lo yang memasak ini sendiri,"

Stella membuang muka, marah, merajuk karena diremehkan, sebenarnya dia bisa saja memasak dibawah pengawasan Nix, tapi Stella tidak tahu hasilnya enak atau tidak.

"Yen, marah. Baru tahu gue kalo lo bisa marah, makin cantik," gombal Calum pada Stella yang duduk bersila dan melipat tangan didepan dada.

"Ih apaan sih, gak tau apa orang lagi marah," bentak Stella.

"Yaelah gitu doang, Sorry lah Stell," kata Nix.

"Bodo, gue marah, gue mau pulang, anterin," pintanya pada Calum yang sedang main game.

"Ogah, lagi ranked nih, gak bisa di pause, mana temen gue nub semua lagi," keluh Calum mendapat toyoran di pelipis kirinya.

"Malah curhat," kata Stella lalu bangkit meninggalkan dua makhluk adam didalam kamar.

-+-

"Udah disini aja ngapa sih? Gak mau? Mau pulang?"

"Iya!"

Nix mengelus dada, "Astaga, singa apa cewe sih ini," gumamnya.

Nix lalu duduk disofa sebelah SStella "Ya... sorry gak bisa nganterin, gue kan lagi sakit, jadi lo disini aja," kata Nix.

"Gue gak mau lo sakit,"

"..." Entah ada apa dengan waktu, mereka seakan berhenti membiarkan kedua insan bergelut dengan batin dan pikiran mereka.

"Gue juga gak pengen," kata Nix setelah mengeluarkan batu di tenggorokannya.

"Ya makannya jangan sakit, gue minta maaf," Kata Stella merengkuh Nix, tidak bermaksud ingin memperomantis suasana, Stella mengusap sekitaran luka Nix.

"Masih sakit ya?" tanya Stella.

"Enggak kok, gue minta jangan sekali-kali lo salahin diri lo sendiri, apapun masalahnya itu pasti ada penyelesaiannya, dan jika lo butuh seseorang, gue bakalan selalu disini," kata Nix mengusap acak rambut Stella.

-+-

"Hooammm.." Calum menggosok kedua matanya.

"Lah, tidur," katanya setelah melihat pemilik kaki yang terjulur di lengan sofa.

"Ntar jatoh tau rasa lo berdua, gak tau gue disini jomblo apa?" Katanya sambil melewati mereka lalu mengambil segelas air san menenggaknya sampai tandas.

Setelah itu Calum kembali lagi ke tempat tidur, melanjutkan acara ketidurannya.

Dabel apdet nih :)

Kalian pengen cover yang ini (yg lg dipake) atau yang ada di mulmed?

Continue Reading

You'll Also Like

9.8M 183K 41
[15+] Making Dirty Scandal Vanesa seorang aktris berbakat yang tengah mencapai puncak kejayaannya tiba-tiba diterpa berita tentang skandalnya yang f...
15.5M 876K 28
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...
13.3M 1M 74
Dijodohkan dengan Most Wanted yang notabenenya ketua geng motor disekolah? - Jadilah pembaca yang bijak. Hargai karya penulis dengan Follow semua sos...
SCH2 By xwayyyy

General Fiction

139K 18.9K 49
hanya fiksi! baca aja kalo mau