Darren Obsession ✔ [ON KARYAK...

By DyahUtami

388K 14.1K 888

HANYA TERSEDIA 10 CHAPTER. DAPAT DIBACA FULL DI Karyakarsa. A wattpad dark romance story. Book #2 of the Dar... More

COPYRIGHT
Author Note
The Characters
Basic Information
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Pengumuman!
Vote Cover
I N F O !!
INFO PRE-ORDER
INFO EBOOK
NEED HELP!
INFO PRE ORDER 2
INFO PRE ORDER (AGAIN)
INFO PRE ORDER 🙄
INFO PRE ORDER (BARU)
NOW ON KARYAKARSA!

Prologue

19.7K 1.6K 53
By DyahUtami

Prologue of the Story 😀😀😀
Hope you enjoy guys...

Vote, comment, and share.

Also follow and recommend 😉😉

Love,

DyahUtamixx

Ten Years ago
Brooklyn, New York
December, 2008



"Julia, tolong buang sampahnya ke tempat sampah" perintah manager Julia dengan senyuman kecil. Julia yang saat itu sedang membersihkan meja counter mendongakkan kepalanya dan menganggukkan kepala singkat.

Julia langsung meletakkan lap yang saat itu dipegangnya ke salah satu gantungan yang berada di dekat meja, Ia berjalan mengitari meja dan memberikan senyum pada salah satu teman kerjanya, Diana dan juga koki restoran yang bernama John.

Restoran sudah tutup sepuluh menit yang lalu dan Julia tidak sabar untuk pulang karena besok akan diadakan ujian dan dirinya sama sekali belum belajar.

Diusianya yang lima belas tahun, Julia sudah harus membanting tulang bekerja untuk membantu ibunya yang juga bekerja untuk menghidupi kehidupan mereka. Selama ini hanya mereka berdua untuk saling bergantung.

Ayah Julia, sudah tidak lagi hadir di hidup mereka saat dirinya berusia dua tahun. Pria itu memilih hidup bersama istri barunya dan menelantarkan sang mantan istri serta anak perempuannya. Julia sama sekali tidak masalah, karena Julia hanya butuh ibunya dan Ia tidak membutuhkan ayahnya yang tidak bertanggung jawab.

Julia beserta ibunya selalu mendukung satu sama lain, itu sebabnya Julia memutuskan untuk bekerja menjadi pelayan. Manager, sekaligus pemilik restoran---Mister Monroe sudah berbaik hati memberikan pekerjaan ini pada Julia di umurnya yang masih terbilang muda. Awalnya Mister Monroe tidak yakin untuk menerima Julia yang umurnya masih sangat muda, tapi setelah Julia memohon akhirnya Mister Monroe menerima dengan syarat Julia bisa mengatur waktunya antara bekerja dengan sekolah.

Julia bersyukur karena dengan begitu Ia bisa meringankan beban ibunya. Julia juga termasuk anak yang pintar, jadi Ia sama sekali tidak masalah dengan nilainya yang terancam turun karena Ia fokus bekerja. Menuntut ilmu memang prioritasnya, tapi membantu ibunya juga merupakan prioritas bagi Julia.

Julia menenteng plastik hitam besar berisi sampah sisa bahan makanan yang dipakai dan berjalan keluar restoran melalui pintu belakang. Udara terasa begitu dingin karena musim dingin masih berlangsung di Brooklyn, tempat tinggal dan juga kota kelahirannya.

Ia beserta ibunya tinggal di sebuah apartemen berukuran kecil di salah satu gedung apartemen sederhana di bagian selatan Brooklyn, dekat dengan sekolah dimana Julia menuntut ilmu.

Julia menghela napas ketika akhirnya sampah yang dibawanya sudah masuk ke dalam tempat sampah besar dibelakang bangunan dan kepalanya mendongak menatap langit malam.

Entah kenapa malam ini terasa begitu gelap, tidak ada bulan ataupun bintang yang terlihat menghiasi langit. Julia kembali menurunkan wajahnya dan tersadar jika dirinya tidak sendirian. Matanya langsung mengerjap dan menatap siluet orang tersebut dengan seksama.

Orang itu terlihat sedang duduk meringkuk di dekat tempat sampah. Wajahnya terbenam diantara lipatan tangan dan kakinya. Julia juga melihat tubuh orang tersebut bergetar karena hawa dingin yang menusuk. Saat Julia mendekati sosok itu, Ia tersadar kalau orang itu adalah seorang pria.

Tubuhnya hanya dibalut dengan kaus tipis dan celana yang sudah compang camping, mungkin itu sebabnya tubuh pria itu bergetar. "hei" sapa Julia saat jaraknya sudah dekat, tapi masoh memberikan ruang privasi bagi mereka berdua.

Pria itu mengangkat kepalanya dan Julia terkesiap ketika melihat wajah pria itu penuh dengan luka dan begitu kotor, tapi saat mata Julia bertemu dengan mata pria itu, Julia langsung menahan napas.

Hanya satu kata yang bisa mendeskripsikan mata pria itu, Indah.

Mata biru yang terlihat seperti langit. Julia bisa merasakan dirinya tenggelam di dalam mata itu dan Ia tidak bisa menghilangkan rasa iri saat melihat mata biru pria itu. Ia juga ingin memiliki mata biru sepertinya, tapi sayangnya Julia diberikan mata hijau yang sama dengan ayahnya.

Julia juga menyadari rambut pria didepannya itu berwarna hitam---mungkin itu karena faktor gelap, tapi apapun warna itu pasti akan terlihat cocok dengan pria itu. "apa kau baik-baik saja?" tanya Julia dengan lembut. Julia melihat gigi pria itu saling bergemeletuk, tapi matanya menatap lurus ke arah Julia.

Ia tahu kalau pria itu tidak akan menjawab, bagaimanapun juga Julia adalah orang asing dan pasti pria itu merasa waspada dengan kehadirannya, tapi yang membuat Julia terkejut ketika pria itu menggelengkan kepalanya pelan sebagai jawaban. "apa kau sudah makan?" tanya Julia sekali lagi.
Pria itu kembali menggeleng.

"mau makan sesuatu?" jeda sejenak. Pria itu terlihat menimbang, tapi tak urung menjawab Julia dnegan anggukan kepala. "tunggu ssbentar, aku akan segera kembali" gumam Julia, lalu dengan terburu-buru Ia masuk kembali ke dalam restoran dan mengambil makanan sisa yang sengaja diberikan Mister Monroe pada Julia untuk dibawa pulang.

Julia menghela, ini untuk makan malamnya bersama sang ibu, tapi Julia sadar ada yang lebih membutuhkan makanan ini.

Ia bisa membeli beberapa butir telur nanti di perjalanan pulang untuk makan malam mereka. Dengan keputusan itu, Julia membawa bungkus makanan miliknya dan berjalan keluar, tidak lupa meraih syal miliknya dari dalam loker.

Julia berlari keluar dan matanya bergerak mencari sosok pria itu dan menemukan pria itu masih di tempat yang sama terakhir kali Julia meninggalkannya.

Julia berjalan menghampiri dan menyodorkan bungkusan makanan yang dibawanya, "ini makanlah... Maaf aku hanya bisa memberikanmu sedikit, tapi semoga ini bisa sedikit membantu" Julia melihat pria itu melahap makanan yang diberikan oleh Julia, tidak memperdulikan ucapan Julia  sama sekali.

Ia memperhatikan sosok pria dihadapannya dengan lebih seksama, jika dilihat dari penampilannya, pria itu diperkirakan berusia dua tahun diatas Julia---sekitar tujuh belas tahun, tapi karena tubuhnya yang kurus mungkin akan membuatnya terlihat lebih muda. Julia bergumam lirih, "apa yang terjadi padamu?" sepertinya pria itu mendengar gumaman miliknya, karena Julia menyadari tubuh kurus pria itu menegang.

Gerakan tangannya berhenti dan manik biru itu kembali terfokus pada Julia. "maaf... Ehh aku sepertinya keceplosan. Sepertinya kau kedinginan... Ini... " Julia melepaskan syal yang tadi sempat diambilnya saat mengambil makanan dan mengalungkan syalnya di sekitar leher pria itu,."Pakai syalku, syal ini dibuatkan oleh ibuku dan bahannya sangat hangat. Maaf aku tidak bisa memberikan pakaian atau jaket, karena.. Umm... " Julia berdiri dengan kikuk. "namaku Julia, siapa namamu?" tanya Julia mencoba mencairkan suasana.

Pria itu hanya membisu. Julia langsung menghembuskan napas keras dan memberikan senyum maklum pada pria itu, tapi untuk yang kedua kalinya Julia terkejut ketika pria itu menjawab, "Darren" suaranya terdengar begitu serak. Seperti sudah cukup lama tidak dipakai, atau karena banyak berteriak.

Mata biru milik Darren menatap Julia dengan intens seperti terlihat sedang mencoba menebak rahasia yang tersembunyi di dalam diri Julia.
"Darren? Nama yang cocok untukmu" gumam Julia canggung.

Entah kenapa Ia berubah menjadi pemalu saat Darren menatapnya seperti itu, tapi Julia hanya bisa maklum karena gadis seperti dirinya meresikokan diri sendiri dengan membantu pria asing di tempat yang gelap seperti ini.

Terdengar bodoh memang, tapi Julia merasa tidak tega dan sikap peduli yang ditanamkan oleh ibunya membuat Julia tidak bisa berdiam diri. "dengar, mungkin ini terdengar sedikit lancang, tapi apapun yang terjadi padamu atau siapapun yang melakukan ini padamu, apakah tidak sebaiknya kau melaporkannya pada polisi?" Darren hanya diam, mengamati Julia dengan intens hingga membuat Julia merasa lebih canggung. "Umm... Ibuku selalu bilang, akan ada saatnya dimana roda berputar. Mungkin saat ini kau berada dibawah, tapi siapa yang tahu... Mungkin besok atau lusa atau tahun depan kau akan berada diatas. Kau harus membuktikan pada mereka... siapapun yang melakukan ini padamu, kalau suatu saat mereka akan menyesal sudah melakukan ini padamu" Julia berjongkok disamping Darren dan mengusap luka lebam yang ada di pipi pria itu.

Ia meringis pelan karena dilihat dari luka itu, Julia yakin pasti rasanya sangat sakit dan perih. Ia kembali bergumam, "jadi tidak ada salahnya melaporkan ini pada pihak berwajib bukan?"

Darren tidak mengatakan apapun pada Julia. Pria itu sibuk memperhatikan Julia yang sedang merapikan syal di leher Darren agar sedikit menambah kehangatan. "baiklah, aku harus segera pulang atau ibuku akan mengamuk. Pikirkan kata-kataku dengan baik-baik. Selamat tinggal, semoga Tuhan memberikanmu kesehatan" setelah berkata seperti itu, Julia bangkit berdiri dan memberikan senyum manis pada Darren, kemudian berbalik meninggalkan pria itu merenung.

Saat sosok Julia menghilang dibalik kegelapan malam, Darren berbisik,

"Julia, my angel"

Continue Reading

You'll Also Like

1K 193 7
Follow dulu sebelum dibaca yahh. Jangan lupa vote dan coment😊
1K 295 38
Ketika seorang gadis muda Tionghoa lugu bernama Hanni tanpa disadari terjerat dengan bos mafia Rusia yang kejam, Vladimir Svyatoslav Bogdanov, penyer...
260K 8.8K 26
(17+) [PRE-ORDER 26 FEBRUARI - 17 MARET] (WARNING!!! CERITA INI MENGANDUNG UNSUR KEKERASAN, PEMBUNUHAN, AGE GAP, CHILD GROOMING, MANIPULASI, KATA-KAT...
5.5M 287K 58
Serina, seorang gadis cantik yang sangat suka dengan pakaian seksi baru lulus sekolah dan akan menjadi aktris terkenal harus pupus karena meninggal o...