Vorthen - PCY

By delusidini

371 24 35

"aku benci faktanya , ketika aku jatuh cinta dengan telak padanya. tapi aku yang menjadi sumber dari semua lu... More

Character
Kaciatore Corp.
Keina Luce
Tutup Telingamu ya ..
Double attack
The Lighting Arc

Gadis Hamster

33 2 0
By delusidini

Aku berjalan dengan gontai, seluruh tubuhku penuh  keringat. Nafasku terengah-engah. Aku meremas tali sling bag yang melingkar di dadaku. Sesekali menoleh kebelakang memastikan tidak ada yang mengejarku. Seseorang tolong aku, aku tidak bisa menjerit. Terowongan ini sangat redup, tidak ada lampu besar yang menyala. Aku semakin ketakutan aku terus berlari sambil sesekali menoleh kebelakang.

Semilir angin berhembus melewatiku, Amis. Bau amis apa ini? Aku menutup hidungku dengan punggung tangan yang basah berkeringat. Aku masih berlari kecil, hingga kakiku terpaduk aspal dan terjatuh terjebam di aspal kemudian. Lampu-lampu diujung terowongan mulai berkedip, menciptakan hawa mengerikan. Demi tuhan! Aku benar-benar takut. Lampu-lampu itu mulai mati , dimulai dari yang paling ujung satu-persatu. Diikuti dengan angin dingin yang berhembus dan bau amis yang tajam. Jantung ku berdetak cepat. Aku benci ini. Lampu itu terus padam satu-persatu dan berhenti tepat satu meter didepanku. Hanya tempatku berada yang disinari cahaya remang.

Bau amis itu semakin tajam dan angin dingin yang berhembus tak kunjung berhenti. Suara kerikil berjatuhan dari langit-langit terowongan menambah kengerian situasi ini. Nafasku tercekat ketika mendapati sepasang kaki hitam tanjam muncul perlahan dari kegelapan. Makhluk itu bertengger disana . disusul dengan kepala botak dan mata merah menyala. Makhluk itu menatapku dan menyeringai. Aku membeku. Benar-benar tidak tahu apa yang harus kulakukan.

Dalam hitungan detik makhluk itu melompat dengan halus dan mendarat sempurna didepanku. Mengacungkan lengannya yang sangat tajam dan mengayunkannya kewajahku. Aku .. Aku ...

"AAAHHHH!!" aku terbangun. Terduduk diatas sofa yang entah sejak kapan aku berada disana. Dahiku berkeringat dan terasa panas disini. Nafasku masih tak beraturan. Aku memegangi kepalaku dan menunduk. Menangis karena bersyukur jika itu hanya mimpi.

Tapi tunggu dulu ... dimana aku? Aku mengedarkan pandanganku. Tempat ini cukup luas untuk kategori rumah sederhana. Tapi rasanya ini seperti bukan rumah. Aku melihat jam tangan yang melingkar indah di pergelangan kiriku. Pukul 05.00 pagi. Aku bangkit dari soffa dan berjalan kearah jendela ruangan itu. Ya .. benar saja. Sudah pasti ini bukan rumah. Lihat saja pemandangan warna-warni menyala itu. Wah .. hebat.

Aku berbalik dan melangkah ke tengah ruangan. Disudut sebelah kiri ruangan ini ada sebuah ruangan kaca. Dipintunya bertuliskan 'Kaciatore Corp Meeting Room'. Aku memperhatikannya sejenak dan mendapati seorang pria sedang tertidur dengan kepala tergeletak diatas meja. Aku mengerutkan dahi dan bertanya siapa itu. Aku berjalan dan masuk kedalam sana dengan perlahan. Takut menimbulkan suara mengganggu dan membangunkannya.

Aku memutari kursi besar yang menampung tubuhnya. Ruangan ini bahkan lebih dingin dari bagian sebelah sana. Aku mendekatkan wajahku ke pria itu. Si rambut merah? Layne. Dahiku mengerut. Kenapa dia disini? Tidak. Tunggu, Rambutnya tidak merah sekarang. Aku berusaha mengingat apa yang terjadi semalam. Jadi benar itu bukan mimpi ya. Aku memperhatikan wajahnya. Rahangnya yang tegas terlihat sempurna dan membuatnya terlihat tampan. Wajahnya polos sekali ketika tidur. Dia nampak seperti bayi.

"Cih. Dia hanya keren saat sedang bertarung." Aku berbisik tepat didepan wajahnya. Semoga saja dia tidak mendengarnya. Tapi walaupun begitu dia yang menyelamatkanku saat itu. Mengingat perlakuannya padaku bisa membuatku merinding sendiri. Dia manis sekali ketika mengusap air mataku dan membopongku masuk kedalam mobil. Tatapannya saat itu membuatku merasa yakin jika aku bisa selamat. Tanpa sadar aku mengulas senyum sempurna.

Aku menarik tubuhku kembali tegak dan menggelengkan kepala kuat-kuat. Menghilangkan pikiran-pikiran menjijikan tadi. Aku menarik nafas dalam dan membuangnya asal. Aku lega karena melihatnya selamat dan baik-baik saja setelah menerima banyak serangan semalam. Aku melepaskan mantelku dan menutupi tubuh Layne dengan itu. Kemudian melenggang pergi keluar ruangan.

Aku berjalan santai sambil melipat tangan didepan dada. Aku memilih untuk berbelok ke kiri, mungkin ada sesuatu yang memberiku petunjuk aku sedang berada dimana. Aku melangkah dengan perlahan sambil berusaha menguncir rambutku, hingga tiba-tiba aku mendengar suara pria.

"Kau sudah bangun?"

Aku berjengit kaget. Mengelus dadaku dan hampir saja mengumpat dengan kepalan tangan yang sudah melayang di udara. Seorang pria dengan sweater cream dan secangkir minuman hangat ditangannya sedang tersenyum kearahku sekarang. Aku belum menjawab. Pria itu memasukan tangan kirinya ke saku celana joger abunya dan mulai melangkah perlahan kearahku. Ia menatapku lurus dan masih dengan senyum tersungging dibibirnya. Jika aku boleh jujur, senyumnya sangat berbahaya karena sangat menawan.

Aku melangkah sedikit-sedikit kebelakang dan mengelus tengkuk leherku salah tingkah. Membuang pandanganku kearah jendela dan berusaha berkata kata dengan kedua tanganku. Menjelaskan jika aku bahkan tidak tahu aku berada dimana sekarang. Pria itu berhenti melangkah hanya sejengkal didepan ku.

" aku sudah membuatkan coklat hangat untukmu." Ia menyodorkan cangkir berasap itu didepan dadaku. " Minumlah. Diluar sedang sangat dingin." Ia masih dengan senyumnya menaikan sedikit cangkirnya. Menandakan seperti cepatlah-ambil-ini kepadaku.

Aku dengan kikuk mengambil cangkirnya. bahkan aku tidak berani untuk menatap matanya. Ia berbalik kemeja makan, mengambil cangkir miliknya dan duduk diatas soffa yang kutiduri tadi. Ia menepuk ruang disebelahnya memintaku untuk ikut bergabung dengannya disana. Aku hanya mengangguk dan duduk dengan kaku disebelahnya. Pria itu menyesap minumannya, terdengar dari suara sruputannya ia sangat menikmati minumannya. Aku ikut menyesap coklat panas yang dibuatkannya tadi. Rasanya enak dan cukup untuk membuat perutku lumayan hangat.

Pria itu meletakan cangkirnya diatas meja, kemudian menyilangkan kakinya. Ia menopang kepalanya dengan tangan diatas lutut. Menatapku intens sambil tersenyum sedikit heran.

" ssshhhh ... ku dengar , semalam kau habis diserang?" ia bertanya dengan perlahan. Aku hanya mengangguk kecil dan disambut jentikan jari. " Benar sekali. Tapi ini pertama kalinya .. hhmmm " ia mengelus dagunya sekarang, bergumam sendiri tanpa peduli tatapan heran dariku.

" Anu ... apa .. semalam .. kau juga ada disana ?" aku bertanya dengan hati-hati , takut-takut salah orang. Aku menatapnya lurus, menunggu jawaban darinya.

Ia menoleh, "Tidak." Jawabnya dengan ekspresi datar. " tapi aku ada disana ketika Tuan Kim meminta Lume dan Vigo untuk pergi ketempat kejadian." Ia bersedekap santai. Aku hanya mengangguk kecil tanda mengerti. Jadi mereka itu ada banyak ya. Apa disini sama sekali tidak ada perempuan? Bosan sekali.

" Siapa namamu?" ia duduk bersandar disoffa , membiarkan lehernya berada diatas badan soffa. Aku meletakan cangkir ku diatas meja.

" Namaku , Kei. Keina Luce."

"Luce?" ia menegakan tubuhnya dan mengernyit. Seperti berusaha mengingat sesuatu. "Aku agak familiar dengan nama itu." Katanya masih dengan dahi yang mengkerut.

Aku memutar mataku jengah. "ada jutaan orang yang memiliki nama belakang Luce di bumi. Jadi mungkin kau pernah mengenal salah satunya." Dia mulai merubah ekspresinya tadi menjadi ah-iya-ya sambil mengangguk kecil. "Siapa namamu?"

Oh Sehun as Agent Vient

"Aku Vient." Ia tersenyum lagi. Terlalu lama disini bisa membuat jantungku lemah. Dia hanya tersenyum tapi kenapa terlihat sangat menawan. Ah menyebalkan. " Salam kenal." Ia mengulurkan tangannya dan aku langsung membalasnya sambil tersenyum kaku.

"HOOOAAAMM.. uwaah jam berapa ini?" suara pria lain terdengar dari anak tangga. "wooohh .. kau sudah sadar gadis hamster?" ia menunjuk kearahku dengan mata terbuka penuh. Apa? Gadis hamster katanya? Aku menggaruk kepalaku tidak mengerti dan menghela nafas asal.

" Namanya Lume." Vient bergumam dan menggerakan kepalanya. Menunjukan padaku jika yang dia sebut Lume adalah manusia yang memanggilku Gadis hamster tadi. Aku hanya membentuk mulutku menjadi 'O' dan mengangguk. " jangan heran jika dia selalu berisik saat bertemu dengan siapapun. Memang seperti itulah dia."

Lume berjalan kearah kulkas dan mengambil sebotol air mineral. Ia berjalan dan duduk dengan bersemangat di sebelahku. " bagaimana perasaanmu? Apa kau merasa baikan? " ia bertanya dengan wajah bersemangat. Waah. Hebat dia tampak seperti bocah yang sudah lama tidak bertemu kakaknya.

"yaa .. aku merasa baikan sekarang." Aku tersenyum tulus padanya. Tidak tega jika menjawabnya hanya dengan anggukan. Ia membuka botol mineralnya dan meminumnya perlahan. Aku bergumam, berusaha membuka percakapan dengan mereka. "apa aku boleh bertanya sesuatu?"

Lume dan Vient menatapku serius kemudian mengangguk. " Apapun untukmu, Gadis Hamster." Lume menjawab dengan nada menggoda dan Vient hanya terkekeh.

" tempat .... apa ini ? " aku mengerutkan dahi. Menunggu jawaban dari mereka. Serempak Lume dan Vient memundurkan duduknya dan bergumam. "dan juga .. kalian ini siapa? Kenapa malam itu aku bisa melihat hal aneh seperti itu? Terlebih lagi, kalian datang seperti power ranger dengan berbagaimacam warna. Aku benar-benar tidak mengerti sebenarnya apa yang terjadi disini. Ini membuatku gila!" Nafasku terengah-engah karena mengatakan itu hanya dengan satu tarikan nafas.

Tawa mereka berdua pecah dan membiarkanku bingung disini. Menyebalkan sekali mereka itu. "ya! Apa yang kalian tertawakan? Aku benar-benar bingung!" aku menendang-nendang tanah dengan pelan.

Lume mulai berhenti tertawa. " Astaga .. ahahaha .. kenapa ekspresimu imut sekali." Aku mendelik kearahnya. Bisa-bisanya dia bercanda saat aku sedang serius. "Baiklah. Baiklah. Aku akan menjelaskan semuanya padamu ... " ia mengusap wajahnya dengan tanganya. Berusaha untuk serius.

" Kau harus mendengarkannya sampai ia benar-benar selesai bicara, Kei." Vient menahan tawanya. Tatapannya seperti berkata jika-Lume-sudah-mulai-bercerita-akan-sulit sekali-untuk-potong. Aku menghela nafas kasar. Mereka ini sebenarnya kenapa sih.

Lume mulai memasang wajahnya dengan serius dan aku memasang telingaku baik-baik agar tidak melewatkan satu katapun. Ia menyondongkan tubuhnya kedepan , menekuk kaki kirinya diatas soffa dan membiarkan kaki yang lainnya menggantung begitu saja. Sedangkan aku menyilangkan kedua kakiku diatas soffa dan menghadap penuh kearahnya.

"Jadi begini ..."

Lume mulai bercerita dengan tambahan banyak gerakan dari tangannya. Dia aktif sekali menggunakan seluruh tubuhnya untuk bercerita. Aku mendengarkan baik-baik dan memotong dengan pertanyaan jika perlu. Ia terus bercerita dengan semangat. Aku berharap semoga ceritanya bisa kupercaya dan menjelaskan alasan mengapa aku bisa mengalami hal aneh seperti semalam.

***

Continue Reading

You'll Also Like

6.3M 484K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...
2.2M 113K 39
Menjadi istri dari protagonis pria kedua? Bahkan memiliki anak dengannya? ________ Risa namanya, seorang gadis yang suka mengkhayal memasuki dunia N...
1.1M 103K 32
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...