Brandal Love

By July605

38.9K 3.1K 400

SasuNaru!!! PRIVAT Acak! Naruto adalah ketua geng Kitsune no satu yang memiliki kekuasaan di dunia bawah Kono... More

Prologue
Ketertarikan Pertama
Rubah Manis
Piyo!!!
Sosok Baru
Blue.
Mercy
Police
Adante

The Kitsune.

3.5K 265 38
By July605


.
.

Para undangan telah hadir di pertemuan meja bundar para pemimpin gang dunia bawah akan dilakukan sebentar lagi.
Para asisten dan pengawal pribadi para pemimpin sudah bersedia dimasing sisi. Hanya ada satu bangku yang masih kosong ditengah dan kursi paling megah. Milik Kitsune.

"Dimana si Kitsune itu? Dia yang mengundang, dia sendiri yang terlambat datang." Cibir Sasuke kesal. Pasalnya menunggu adalah hal paling dibenci Uchiha satu ini.

"Ini masih belum waktu pertemuan. Kita saja yang terlalu awal datang." Timpal Gaara menunjukkan jam tangannya pada si pemimpin Taka.

"Tetap saja...."

Belum selesai Sasuke menyahut, pintu besar di ruangan rahasia itu terbuka lebar. Menampilkan tiga sosok bayangan dalam kegelapan. Dua pemuda jangkung dan satu sosok agak pendek sebahu mereka berada ditengah.

"Kitsune datang." Ujar Neji selaku pengawal pribadi ketua gank terbesar dunia bawah itu menarikkan kursi yang menjadi singgasana sang tuannya.

Semua tatapan terkejut tak percaya ditampikkan oleh semua orang di ruangan itu.

"Kitsune?" Gumam mereka semua sambil menatap sosok yang tak asing bagi mereka itu.

Sosok agak mungil bersurai pirang, berwajah manis dengan hiasan shappire dan tiga garis kumis kucing dipipinya.

Pakaian yang dipakainya hanya sebuah kemeja putih kebesaran yang hanya menutupi setengah paha berkulit tan mulus itu. Belum dua kancing atas yang sengaja dibukanya,
mengekspose bagian bahu kiri. Memperlihatkan garis tulang selangka yang indah.

Jubah kebesaran Kitsune yang dipakainya berkibar saat ia tengah berjalan penuh percaya diri menuju singgasananya dimana Neji sudah menanti.

"Piyo?" Beo Suigetsu yang mengenali siapa pemuda itu.

"Uzumaki Naruto. Adalah Kitsune sebenarnya. Aku hanya tangan kanan dan merangkap sebagai wakil ketua yang menggantikan posisinya  selama ini. Inilah salah satu tujuan dari pertemuan ini. Kuharap kalian tak salah paham lagi lebih dari ini." Jelas Shika dalam sekali tarikan nafas penuh keseriusan.

Sedang Naruto hanya duduk dengan elegantnya di kursi kebesaran Kitsune. Menopang kedua tangan dimasing sisi pegangan kursi besar itu. Sosok sexy penuh aura intimidasi.

"Ini benar-benar mengejutkan." Respon Sai yang masih tak mengalihkan keterkejutannya dari sosok yang dikaguminya itu.

"Hm. Nikmatilah keterkejutan kalian selagi Wakilku menjelaskan maksud kedua pertemuan yang kuadakan ini." Celetuk Naruto membungkam semua pemikiran semua Kage. Kini ia menyamankan duduknya dengan menyilangkan kaki dan menatapi Shukaku dan Anbu.

Shika beranjak menyodorkan dua map kepada Gaara dan Sai selaku ketua gank Shukaku dan Anbu.

Gaara dan Sai langsung membuka tanpa banyak berfikir karena semua orang tahu tak ingin menunggu lebih dari ini.

"Pengajuan persekutuan?" Ujar Sai membaca kepala lembar didalam map di tangannya. Dan ia yakin betul bahwa yang didapat Shukaku tak jauh berbeda dari yang didapatnya.

"Bukankah dulu kau yang menolak persekutuan kami, Naru?" Tanya Gaara menyangsikan pemikirannya. Menatap kearah Naruto yang tersenyum miring kepadanya.

"Bacalah. Dan katakan jika ada yang tak kalian kehendaki." Balas Naruto terlampau santai menaruh kedua tangannya diatas meja bundar didepannya.

"Feedback?" Beo Sai mengeryit saat ia membaca baris tengah proposal pengajuan persekutuan di tangannya.

"Kalian bisa mengajukan feedback di laporan itu. Selain persekutuan kekuatan. Bahkan kalian bisa memonopoli Kitsune jika kalian mau." Jelas Naruto menatapi Sai dan Gaara bergantian. "Atau mungkin, aku?" Lanjut Naruto mengerling nakal pada Sai dan Gaara yang langsung membuat keduanya menegang.

"Ka... Kami setuju!" Seru keduanya langsung menandatangani kontrak persetujuan persekutuan di tangan mereka. Dan menyerahkannya pada Shika yang menyeringai penuh kemenangan.

"Kitsune memang sesuatu." Gumam Neji tersenyum miring dalam diam. Berdiri angkuh disamping kursi sang Kitsune.

Sasuke menggigit pipi dalamnya hingga ia bisa merasakan cairan besi dalam mulutnya saking kuatnya menggigit. Tak ada yang bisa menggambarkan kekesalannya saat ini. Kesal, marah, bahkan kecewa penuh kekecewaan dirasakannya dalam satu waktu.

Dia mengerti semua salahnya hingga melepaskan sosok se-perfect Naruto.

Namun semua ini diluar dugaannya. Bahkan ia masih berdegup penuh keterkejutan menyaksikan semua hal yang baru terjadi.

Ya, Kitsune melebarkan sayap dengan bersekutu akan Shukaku dan Anbu. Dua gank terkuat setelah Taka. Entah apa yang dipikirkan seorang yang ingin dilindunginya itu.

Meski ia tahu kenyataan bahwa ia adalah sosok Kitsune sebenarnya, tapi kenyataan akan mendeklarasikan diri seperti ini tak pernah terbayangkan olehnya.

"Tujuan ketiga pertemuan ini adalah untuk membahas misi rank A ini." Ujar Shika mengarahkan semuanya pada LCD besar dibelakang  Kitsune.

Layar besar di dinding belakang sana membuat setiap Kage selain Kitsune mampu melihat jelas apa yang ditayangkan disana.

"Utakata. Adalah teroris  berstatus mising nin. Pemerintah mengajukan kerjasama pada dunia bawah. Akan memberikan feedback menjanjikan jika bisa menangkapnya hidup-hidup. Dia membawa rahasia besar pemerintahan keamanan Jepang. Karena itu, kita harus membawanya hidup-hidup. Mungkin kalian sudah dengar tentangnya belum lama ini. Berita sudah tersebar dikalangan dunia bawah. Dan kami selaku Kitsune menyampaikan ini untuk misi yang akan kami laksanakan setelah persekutuan bersama Shukaku dan Anbu." Jelas Shika panjang lebar.

Dia memang sosok serius jika tengah membicarakan hal serius. Jika tidak, paling mendokusai dan pemalaslah yang kentara dalam dirinya saat diluar itu.

"Utakata? Missing nin? Kenapa kita harus melakukan misi seperti itu?" Sahut Sai agak tak terima menatap Naruto meminta penjelasan.

Naruto hanya menatap balik Sai tanpa berniat menjawab. Karena sudah ada sang wakil yang pasti menghandle semua untuknya.

"Kitsune sendiri yang menginginkannya." Balas Shikamaru pada Sai yang menuntut pada iris shappire Naruto.

"Apa kau hanya akan bermain-main dengan anjing jalanan dan aku di ranjang, Sai?" Celetuk Naruto yang jengah dengan tatapan menuntut jawaban dari Kage didepannya.

Sai kicap. Merasa apa yang dikatakan Naruto ada benarnya juga. Konflik sudah tak ada, dan dia juga tak sebodoh itu memikirkan suatu hal yang menyebabkan Kitsune mau merekrut ganknya sebagai sekutu jika tak punya alasan khusus.

"Jadi kau menjebak kami untuk menjadi kaki tanganmu di misimu ini, huh?" Terka Gaara yang mendapat senyuman manis dari Naruto.

"Tenang saja feedback dariku bukan bualan dan sangat menjanjikan bila misi ini berhasil. Kalian tak usah takut aku membohongi kalian." Timpal Naruto mengerling erotis penuh keseksian yang membuat Gaara mencebikan mulut rapat.

"Kami percaya padamu, tapi melihat kondisi... kami akan mendapatkan janjimu itu jika kita bisa pulang dengan selamat selama misi ini. Kau bercanda? Kalian membahas seorang teroris missing nin tingkat A. Kau pikir kami tak tahu konsekuensinya, huh." Balas Gaara tersenyum kesal. Menatap Naruto tajam seolah menyampaikan ketidak setujuan.

"Tapi bagiku itu feedback menjanjikan. Kau pikir diriku tak se-spesial itu, Gaa-kun~." Balasan Naruto sukses membungkam semuanya. Terutama Gaara yang mengerti arti kata-kata barusan.

"Jadi, jika kami mampu menyelesaikan misi, salah satu antara kami akan mendapatkan feedback darimu? Itupun jika kita bisa kembali dengan selamat?" Terka Sai kali ini.

"Ya, feedback ku setara dengan nyawa kalian untuk misi ini." Tandas Naruto yang tersenyum penuh arti.

"In other words... semua ini sayembara dari Kitsune. Siapa yang bisa membawanya, akan mendapatkan Kitsune seutuhnya. Itupun jika kalian bisa." Jelas Shika yang mengakhiri sesi Kitsune dalam pertemuan ini.

BRAK.

Sasuke yang daritadi diam menggebrak meja bundar didepannya penuh amarah yang menguar. Terlihat dari ekspresi dan auranya yang mendominan.

"Berhenti membicarakan hal konyol, Kitsune. Tidak bisakah kau hidup tenang saja setelah ini tanpa harus mebahayakan diri?!" Geram Sasuke dengan suara rendah menakutkannya. Tak ada lagi atmosfer tenang seperti tadi. Si Uchiha tengah menguarkan sisi kelamnya.

Naruto merotasi matanya sebelum menatap malas pada Sasuke yang menatapnya tajam. Jika tatapan bisa bicara, mungkin kata 'diam' lah yang diutarakan sorot onyx tajam itu.

"Ah, sorry. Apa kau tersinggung karena tak kuajak bersekutu? Atau karena kau iri pada mereka yang akan mendapat feedback dariku? Oh, Taka... kau bisa saja ikut berpartisipasi dalam misi ini jika kau menginginkanku juga." Tukas Naruto penuh nada menyindir pada Sasuke yang yakin tengah berdecak dan memaki dalam hati saat ini. Terlihat jelas dari raut tak terima di wajah tampannya.

"Aku akan membawanya kehadapanmu dan akan mengurungmu setelahnya." Tandas Sasuke menggebrak meja lagi saking kesalnya. Memberi glare yang tak berefek pada Naruto yang malah asik memainkan kuku.

"Bisakah kami ikut bersekutu denganmu, Kitsune?" Tanya Pain yang sepertinya tergiur untuk berpartisipasi dalam persekutuan ini.

Namun Naruto meliriknya dengan senyum miring meremehkan.

"Kurasa aku tak perlu tikus kecil untuk menangkap Singa diluar sana." Tukas Naruto yang mampu menyulut emosi Pain sang ketua Akatsuki. Mereka diremehkan segitunya.

"Hn. Akatsuki dan Taka. Mulai saat ini bersekutu. Dan akan dipimpin oleh Hebi. Aku sendiri." Tandas Sasuke melirik Pain yang menyeringai membalasnya.

"Bersekutu dengan runner up, tak begitu buruk kelihatannya."  Balas Pain duduk kemudian.

Dan sesi pertemuan inipun selesai saat jam menunjukkan pukul delapan malam. Satu jam sebelum Naruto berubah menjadi Kyubi.

Naruto bergegas untuk pergi sebelum dicegah oleh Gaara yang duduk tepat disampingnya.

"Kau mau kemana tergesa begitu? Bisakah tinggal sebentar disini?" Tanya Gaara lembut. Memberi tatapan memohon yang dibalas senyum kecil dari Naruto.

"Maaf, aku sudah ada janji dengan seseorang bernama Kurama. Kau bisa segera menyiapkan untuk misi jika sebegitu tak sabarnya kau menginginkanku, Gaa-kun."

Dan....

Chu~

Naruto mencium pipi Gaara sekilas sebelum menampilkan senyum manisnya yang bisa mengicapkan siapapun yang melihatnya. Menarik diri akan beranjak saat ada lagi suara yang mengintrupsi gerakannya.

"Kau akan bertemu dengan pemuda aneh itu? Apa kau sengaja agar dilecehkan oleh orang semusum dia?" Sarkas Sasuke pada Naruto yang menoleh setelah mendengarnya.

"Kupikir itu bukan urusanmu, Hebi. Dan lagi, aku tak menyangka serendah itu kau berfikiran tentangku. Kurasa sekarang aku lega karena kau memutuskan hubungan kita sebelumnya. Semoga kau tak menyesal setelahnya. Aku permisi." Balas Naruto tersenyum dengan paksa sebelum benar-benar meninggalkan pertemuan itu.

Menyisakan Sasuke yang mematung ditempat dengan perasaan terpaku jelas. Dia yakin melihat gurat kekecewaan dan kesedihan dari safir yang menatapnya tadi.

Sasuke meruntuk untuk kesekian kalinya sebelum ikut beranjak pergi. Hanya untuk melihat pemuda red-orange yang merangkul Naruto seenaknya. Sebelum dua sosok itu hilang ditelan kegelapan malam.

.
..

.

Naruto berjalan keluar dari tempat pertemuan rahasia para Kage dengan hati dan perasaan dongkol berlebih. Tentu saja untuk orang yang sudah berani memutuskannya. Orang yang paling mengesalkan seumur hidup lebih dari sang sahabat rusa.

"Apakah takdirku untuk dipermainkan dan disakiti? Kenapa nasibku buruk sekali." Keluh Naruto kesal sendiri mengingat kisah hidupnya selama ini. Bahkan dia hampir menangis jika tak muncul orang yang akan ditemuinya sudah berdiri menantinya mendekat.

"Pertemuan membosankan apa yang kalian lakukan. Aku sampai mengantuk menunggumu daritadi." Celetuk Kurama berkacak pinggang menatap Naruto jengah.

Naruto diam. Hanya berusaha tak terlihat lemah didepan sosok misterius yang baru dikenalnya beberapa waktu lalu.

Kurama bergerak menghapus kristal diujung mata indah Naruto sebelum membawa sang empu dalam rengkuhannya. Menghiraukan keterkejutan dari si kuning yang merasa kesal akibat perlakuannya.

"Aku datang untukmu. Jadi kau tak perlu lagi merasa kecil seperti ini. Kau tahu kau sangat jelek saat rapuh begini. Dimana Kitsune yang katanya tangguh itu?!"  ujar Kurama menyindir saat tak mendapati sahutan si kuning Naruto.

"Cih. Membual saja kerjaanmu. Sudah, kau bilang akan memberiku kado spesial  untukku kan. Mana?" Tagih Naruto kesal. Namun dirinya ragu, sia-sia saja jika menepis tangan kekar itu dari pundaknya. Jadilah, ia mengalihkan topik pembicaraan.

"Hm. Kado untuk ultah. Ini belum hari ultahmu kan, rubah. Haha. Ayolah ikut saja. Kau bilang ingin info tentang si teroris itukan?" Balas Kurama penuh canda yang sukses membuat Naruto merengut. Setidaknya si pirang lupa akan masalahnya dengan si ayam jantan.

"Huh, akan kubalas kau nanti." Kilah Naruto merengut lucu dan dibalas acakan gemas oleh Kurama.

Tak tahu jika ada sepasang mata onyx yang menyoroti mereka sebelum menjauh dari gedung pertemuan rahasia para Kage disana.

.

.
.

Disebuah atap gedung pencakar langit, ada satu sosok... err... seseorang yang tengah berdiri santai ditepian  pembatas sisi atap gedung dengan santainya. Pemuda jangkung yang seolah tak terintimidasi oleh ketinggian dari bawah sana. Malah sebaliknya, terlihat menikmati suasananya saat ini.

Angin kencang yang menghembus surai coklat dan kimono biru sederhananya seolah tak mengusik sama sekali. Mata emasnya sibuk menikmati kerlip lampu dan bintang secara bersamaan. Background kegelapan dan suasana sunyi yang sangat disukainya.

Tap.

"Sepertinya para polisi itu menyerah mengejar kita." Ujar satu sosok lagi yang terlihat mungil. Surai pirang pucatnya berkibar hebat saat angin menerpanya begitu saja.

Iris emas menatap lurus kearah iris violet pemuda mungil dengan bekas jahitan vertical disepanjang mata kirinya sampai leher itu.

"Tapi mereka menyebalkan dengan meminta bantuan orang dunia bawah yang pasti sesegera mungkin akan menemukan kita." Lanjut si pemuda mungil masih berdiri menatap pemuda jangkung didepannya.

"Kau tahu, Yagura. Siapa aku sebenarnya?" Sahut pemuda jangkung itu santai. Berjalan mendekat kepemuda mungil yang dipanggilnya Yagura itu.

"Kau. Utakata. Teroris kelas kakap yang menjadi buronan saat ini-"

JITAKED.

"Awh!"

"Kau menjelaskan pada siapa, huh!" Ketus Utakata menampilkan wajah penuh ekspresi kesalnya setelah menjitak indah kepala bersurai pirang pucat pemuda mungil didepannya itu.

"Hey. Kau sendiri yang meminta aku menjawab pertanyaanmu tadi." Kilah Yagura memegangi kepala mungilnya.

Utakata memicing untuk menyalurkan kekesalannya tanpa berniat menjitak lagi. Bukannya kasihan, tapi ia takut jika kutu dirambut rekan mungilnya itu menempel ditangannya dan tak sengaja menular ke rambut coklat terawatnya. Dia bahkan sudah melakukan perawatan rambut alakadarnya seharian tadi.

"Bagaimana dengan rencanaku?" Tanya Utakata coba mengalihkan topik pembicaraan. Tentu saja menjaga jarak dari si mungil. Mengantisipasi kutu terbang oleh angin kencang disana. Oh, ayolah... jaman now  masih ada kutu rambut. Hello!

"Semua peralatan siap. Hanya butuh bahan bakar agar kita bisa terbang." Jelas Yagura pada Utakata yang mengangguk mendengarnya.

"Lalu, kapan kita bisa terbang secepatnya?" Tanya Utakata lagi menampilkan tatapan penasaran. Memberi kilatan tajam meski tak terelakkan.

"Tergantung kapan kita mendapatkan bahan bakarnya." Balas Yagura santai yang lagi-lagi menoreh jitakan indah dari si pemuda tampan Utakata. Sabodo tentang kutu atau apalah itu. Yang pasti dia kesal memiliki anak buah semacam Yagura yang bisanya main saja.

"Awh!"

"Terus kenapa sampai sekarang tak kunjung mendapat bahan bakarnya?" Geram Utakata mencapai ubun-ubun.

Tenang Uta, kau tak boleh marah-marah jika tak ingin rambut coklat indahmu berhias uban karena terus beremosi ria.

"Kau pikir mudah mendapatkannya saat kita sibuk berkelit dari kejaran." Kilah Yagura kesal sendiri karena dijitak sedari tadi. Padahal ia harap bisa mendapat ciuman saja dan dia akan senang hati membuat kesal si tampan ini.

"Cih. Alasan." Timpal Utakata membuang pandang.

Padahal ia sudah tak sabar terbang seperti impiannya selama ini. Setidaknya sebelum tertangkap. Semua bermula dari saat ia bekerja menjadi salah satu staff keamanan pemerintahan.

Saat itu senior pembimbingnya menghack data pemerintahan yang berujung ia menjadi kambing hitam. Dengan semua bukti membuatnya tak bisa sekedar membela diri.

Dan jadilah, mau tak mau ia jadi buronan sampai saat ini berkat kelebihan berkamuflasenya selama ini. Terlebih setelah bertemu para teroris yang tak sengaja ditemuinya. Kini mereka malah jadi kelompok mising nin dengan ia sebagai ketua.

"Dimana Kagura da Go ku?" Tanya Utakata memecah keheningan diatap sana. Dengan Yagura yang terus melihatinya tanpa sadar.

"Eum. Sebentar lagi mereka datang. Tapi sebelum itu, bisakah kita terbang terlebih dahulu?" Jawab Yagura diakhiri dengan pertanyaan balik. Berjalan mendekat pada si ketua tampan.

"Hm? Katamu kita belum ada bahan bakar-"

"Terbang, menuju puncak kenikmatan." Potong Yagura yang lagi-lagi dihadiahi jitakan cantik nan indah penuh urat kekesalan yang putus milik Utakata. Peduli setan dengan uban dan sebagainya. Ia kesal. Sudah dipermainkan sebegitunya oleh si kuning kecil.

"Ish, daripada kau menjitakku, lebih mending cium aku sebagai ganti. Kau pikir tak sakit apa." Keluh Yagura mengelus kepalanya kasar karena kesal.

"Kau sendiri, tak pikir aku kesal apa kau permainkan daritadi. Aku bicara serius dan kau-"

"Kau pikir aku tak serius? Aku serius ingin terbang denganmu... kepuncak kenikmatan." Potong Yagura lagi-lagi. Namun kini dengan cicit diakhir kalimatnya.

Utakata memutar mata bosan. Tak perduli dengan gurauan atau candaan si pemuda mungil. Ia harus memikirkan strategi terbang sebelum ia tertangkap. Bagaimanapun mereka berada di dunia bawah saat ini. Akan sangat cepat terendus oleh kaki tangan polisi.

"Kami mendapatkan bahan bakarnya!" Seru seseorang yang berlari kearah mereka. Pemuda hampir identik dengan Yagura.

"Kagura? Kau yakin mendapatkannya?" Tanya Utakata pada si pemuda yang dipanggilnya Kagura itu. Fisiknya hampir mirip dengan Yagura, hanya saja style rambutnya agak beda. Dan lagi, ia terlihat lebih tinggi dari si Yagura.

"Kami mendapatkannya dari penyelundupan." Kini pemuda besar berdominan merah disamping Kaguralah yang berbicara. Suaranya besar sebesar badannya. Orang akan mengeryit saat mengiranya Kingkong dibandingkan manusia.

"Go Ku. Kalian memang bisa kuandalkan." Puji Utakata pada Kagura yang tersenyum penuh kemenangan kearah Yagura. Ia tahu mereka sama-sama menyimpan rasa pa pemuda tampan itu. Tapi ke-tsundere-an Yagura menguntungkan Kagura yang lebih protective.

"Tak adakah hadiah untukku, Uta~." Ucap Kagura menatap keiris emas Utakata yang masih berbinar senang.

"Hm? Kau ingin apa dariku?" Tanya Utakata innocent. Tak sadar jika masuk dalam perangkap Kagura dan aura gelap dari Yagura dibelakang sana.

"Cium mungkin." Balas Kagura santai.

Dan Utakata langsung menghampiri Kagura sekedar memberikan ciuman dipipinya.

Cup

"Pipi?" Beo Kagura.

"Hm. Kau hanya bilang cium kan. Jadi terserah aku mencium dimana." Balas Utakata santai, berjalan kearah Go Ku dan menggandengnya turun dari atap gedung sana. Lama-lama masuk angin juga kalau berdiam diri di suhu seperti itu.

"Huh, sepertinya aku lebih unggul darimu, Yagu~." Sindir Kagura bersidekap dada pada Yagura yang mengeram marah.

"Kita lihat saja nanti, Kagu~." Balas Yagura berjalan menyusul Utakata dan Go Ku yang sudah menghilang dibalik pintu atap.

.
.
.

Ctik.

Kurama menjentikkan jari kesekian kalinya memperlihatkan sesuatu yang membuat Naruto menganga tak percaya.

Bagaimana mungkin ada tayangan seperti rekaman dari kubangan air saat Kurama menjentikkan jarinya?

"Jadi, aku harus apa agar bisa mendekati Utakata?" Tanya Naruto setelah menonton semua tayangan yang Kurama perlihatkan padanya.

"Kau masih tak mengerti juga, rubah?. Padahal tayangan tadi sudah seperti kisi-kisi untuk kesimpulan yang bisa kau ambil." Balas Kurama bergeleng tak habis fikir.

"Jangan berbelit. Jelaskan Ku-nii."

Ya, sekarang Naruto menganggap Kurama adalah kakaknya. Ia cukup senang karena mempunyai orang yang bisa diandalkan setelah ini. Meski lebih sering membuatnya kesal sih.

"Kau kan bisa mengandalkan tubuh rubahmu itu. Untuk mencari informasi tentangnya." Balas Kurama bersidekap dada dan menatap lurus pada Naruto.

"Tapi dalam lima belas menit bagaimana aku bisa menemukan Utakata secepat itu." Keluh Naruto lagi. Mengerucutkan bibirnya lucu karena kesal.

"Kau lupa siapa aku?" Tutur Kurama sebelum menjentikkan jari dan Naruto merasa tertarik entah kemana.

Yang pasti, saat ia membuka mata. Ia sadar sudah berada di tempat lain. Tempat remang seperti....

'Kolong ranjang?!' Pekik Naruto dalam hati melihat  keadaannya saat ini.

Berbaring terlentang dengan kesempitan sebuah kolong ranjang. Bisa kalian bayangkan bagaimana sumpeknya?

'Akan kubunuh Ku-ni jika bertemu lagi nanti!' Ancam Naruto dalam hati mengutuk seseorang yang dianggapnya  kakak saat ini.

Ia akan beranjak sebelum suara pintu terbuka. Menandakan ada orang masuk kedalam kamar dimana Naruto berada.

Sepuluh menit terakhir sebelum perubahan menjadi Kyubi. Naruto harus tahan terhimpit di kolong seperti ini sampai ia berubah nanti. Dan berdoa saja tak ada yang menaiki ranjang jika ia tak mau tergencet nanti.

"Beraninya kau mencium Kagura didepanku, Uta!" Bentak sebuah suara yang membuat Naruto berjengit kaget.

"Hem. Aku memberikannya apresiasi karena tugasnya yang berhasil saja, Yagura." Balas suara lain yang lebih rendah.

Sepertinya suara pemuda yang hampir mirip dengan Sai. Entah kenapa Naruto pikir si pemilik suara pasti tampan seperti bayangannya. Yah, meski tak setampan Uchiha sih. Ih, kenapa ia mengingatnya disaat seperti ini? Mengesalkan saja.

"Aku juga berhasil mencari informasi. Tapi kau tak memberikanku apresiasi." Ketus Yagura pada Utakata yang duduk diatas sofa.

Naruto disana menjerit tertahan saat melihat benda pusaka menggantung didalam yukata biru... tepatnya dicelah selangkaan yukata yang tersingkap.

'Orang macam apa yang memakai yukata seterbuka itu?! Bahkan tak memakai cawat! Gyah! Mata polosku! Oh, tidak. Sebelumnya aku juga pernah melihat punya Sasuke. Ah! Jangan mengingat ayam menyebalkan itu! Tapi miliknya hampir sebesar punya si ayam sih. Kya! Apa yang kupikirkan!' Jerit Naruto heboh sendiri dibawah sana.

"Lalu, maumu apa?" Tanya Utakata santai sambil menyamankan posisi duduknya. Meraih tablet dimana ia bisa mencari informasi yang dikumpulkan oleh si Yagura.

"Aku mau juga." Balas Yagura duduk seenaknya dipangkuan Utakata yang terus sibuk dengan tabletnya. Membaca data-data yang tersusun rapi disana.

"Hm. Kerjamu bagus juga. Jadi kau mau cium juga, huh-"

Belum selesai Utakata bicara, Yagura sudah meraih tengkuknya dan menarik paksa. Membuat pertemuan antara bibir mereka. Bahkan Yagura dengan ganas melahap bibir sexy Utakata yang hanya bisa melengguh karena tahu tak ada gunanya memberontak.

Meski tubuh Yagura kecil, tapi tenaganya bukan main. Apalagi saat memaksa seperti ini.

Naruto tak sadar memekik saat benda yang terlihat olehnya tadi mulai mengacung tegak. Berdiri dibawah bongkahan pantat sintal milik orang yang mendudukinya.

"Suara apa itu?" Tanya Utakata memicing kearah kolong ranjangnya.

Yagura mendengus kesal saat Utakata beranjak. Padahal dia yakin sudah membangunkan siput si tampan dibawah sana.

Utakata berjalan pelan dan hati-hati. Meraih pisau diatas nakas tempat beberapa buah tersaji untuknya. Setelahnya, ia merendahkan tubuh untuk sekedar melihat apa yang ada dibalik ranjang tidurnya.

"Rrrr..."

Utakata melebarkan mata terkejut. Melihat seekor rubah di bawah ranjangnya.

"Ada sesuatu?" Tanya Yagura kesal karena momen mendukungnya terganggu.

"Ini." Ujar Utakata sembari menunjukkan seekor rubah yang diambilnya dari bawah ranjang.

"Waw. Kenapa bisa ada hewan imut dibawah ranjangmu? Jangan bilang itu pet milik selingkuhanmu yang tertinggal." terka Yagura memicing menyelidik kearah Utakata yang memutar mata mendengarnya.

"Hei, jaga omonganmu. Mana mungkin aku punya selingkuhan jika kekasih saja tak punya." Balas Utakata bosan. Kembali duduk sembari memangku rubah temuannya dan mengelusnya pelan.

"Jujur saja, siapa rekan ranjangmu sebelum ini? Itu pasti miliknya dan tertinggal saat kalian asik bermain-"

"Kubilang aku tak pernah sex dengan siapapun." Tandas Utakata memotong ucapan Yagura. Matanya menyorot tajam seolah mengancam lawan bicaranya untuk tak bicara lebih dari itu.

"Huh. Baguslah. Setidaknya kau harus menyerahkan keperjakaanmu padaku." Balas Yagura santai. Duduk diranjang milik Utakata.

"Seenaknya." Tukas Utakata memilih membuang muka karena kesal. Malu juga sih saat sadar akan ucapannya sendiri.

Keheningan terjadi antara mereka beberapa saat sebelum pintu kamar terbuka lagi dari luar.

Di ambang pintu, ada Kagura dan Go Ku yang sepertinya tak terlalu terkejut akan keberadaan Yagura disana, hanya saja seekor rubah kecil yang menjadi pusat perhatian mereka kali ini.

"Ada apa, Kagura?" Tanya Utakata menyelidik. Seolah tahu akan kepanikan saat dia membuka pintu tadi.

Kagura terdiam sejenak, sebelum memilih membuka suara ragu. "Hidrogen dan envelobe sudah siap. Hanya saja basket kita tak memadai untuk lebih dari dua orang." Ucap Kagura akhirnya.

Utakata sedikitnya terkejut, meski ia tak bisa menyahut. Dia terdiam lagi seolah memikirkan sesuatu.

"Apa yang akan kau lakukan setelah penerbanganmu ini?" Tanya Yagura pada Utakata yang masih terdiam. "Apa kau berniat menyerahkan diri setelah mewujudkan impianmu? Bahkan kau bisa sangat mencolok dengan balon udaranya nanti, bagaimana jika kau ditangkap melalui udara, dan mengingat siapa kau... kupikir mungkin saja kau akan membiarkan dirimu mati daripada tertangkap." Lanjut Yagura menerka. Mata violetnya memicing tajam seolah memaku  siapapun yang dilihatnya saat ini.

"Hm... kupikir kau terlalu mengerti tentangku, Yagu." Ucap Utakata santai. Masih mengelus rubah dipangkuannya dengan senyum yang terpatri indah dibibir tipisnya.

Semua rekannya menegang mengerti arti ucapannya itu.  Bahkan Kagura dan Yagura hampir menerjang si pemuda coklat tampan itu jika tak mendengar si empu melanjutkan kata-katanya.

"Bagaimanapun, mereka harus menangkapku hidup-hidup jika ingin info ditanganku tak bocor."

Kagura, Yagura, dan Go Ku menghela nafas lega mendengarnya. Dan lagi setelah Utakata menyeringai setelahnya. "Itulah tugas kalian membacking ku. Pastikan path clear saat aku ditemukan nanti." Ujar Utakata santai sembari beranjak dari duduknya.

Kyubi digendong ditangan kiri seraya tangan kanan menampikkan kode 'pergi' untuk semua rekannya. Dia butuh istirahat untuk penerbangannya besok.

"Baikalah. Istirahatlah sebelum hari H. Lebih cepat lebih baik dan kurasa bisa bebas nantinya." Ucap Kagura sebelum berbalik meninggalkan kamar sang ketua.

Yagura masih belum terlihat akan meninggalkan kamar, membuat Utakata memicing penuh waspada dengan pemuda mungil yang selalu melakukan semua hal tiba-tiba dan mengejutkannya itu.

"Kau harus pastikan kembali dengan selamat." Ujar Yagura penuh penekanan. Menatap tajam Utakata menuntut.

"Hm. Kau meragukanku, heh." Balas Utakata menampilkan senyum miringnya. Duduk dipinggir ranjang santai.

"Tidak bisakah kita melakukan itu dulu sebelum hari H? Iya kalau kau selamat, kalau ti-"

Buak.

Bantal mendarat mulus diwajah manis nan datar Yagura. Menghentikan ucapannya begitu saja.

"Tutup mulutmu dan keluar. Aku butuh istirahat." Tandas Utakata kejam. Setelah aksi lemparan jitunya. Tatapan menusuknya sukses membuat kicap seorang Yagura si nekat, frontal pula.

Utakata menghela nafas sebelum beranjak mengunci pintu dari dalam. Ia tak mau ambil resiko jika akan ada penyusup yang mengambil keperjakaannya saat tidur nanti.

Merebahkan diri, Utakata menatap langit-langit hotel tempatnya menginap. Raut lelah ditampilkannya sebelum memilih menutup mata karena cukup lelah memikirkan nasibnya sebagai buronan kelas kakap. Dengan masalah yang tak pernah ia perbuat.

"Rrr.." Kyubi meringkuk disampingnya sambil berkedip beberapa kali sebelum ikut terlelap.

.
.
.

BRAK.

Suara itu berasal dari semua barang diatas meja didepan Sasuke yang ia lempar begitu saja karena kesal. Baik untuk masalah si 'mantan' kekasih ataupun si pet peliharaannya yang tak kunjung ditemukan.

"Sialan!"

"Jangan mengumpat setelah memberantakkan ruangan, kaichou." Tukas Suigetsu yang berdiri di ambang pintu bersama Jugo disampingnya.

Mereka berniat menyerahkan map persetujuan dari Akatsuki pada sang kaichou, tapi disambut dengan flat seperti kapal pecah di hadapan mereka.

"Diam kau!" Desis Sasuke dan Suigetsu cukup paham untuk kicap jika tak ingin dicincang dan dijadikan sushi oleh si ketua.

Jugo untuk pertama kalinya berani membuka suara meski tahu si kaichou tengah berserk. Menantang? Bukan. Dia tak cukup bodoh untuk membunuh diri sendiri.

"Kenapa kaichou tak menemui Kitsune saja jika ada masalah?" Tanyanya polos. Bodoh juga.

Tapi siapa sangka, Sasuke seperti tersadar akan sesuatu. Dan setelahnya keluar dari flat. Meninggalkan dua orang yang masih mematung diambang pintu.

"Kaichou pasti terguncang karena situasi tadi." Cetus Suigetsu menerka.

"Apa Kaichou gila?" Tanya Jugo lagi yang sukses membuat urat Sui cenat-cenut ingin putus segera.

.

Di markas Kitsunepun, Sasuke membuat keonaran karena berserk saat tak dibolehkan masuk. Padahal dia yakin mereka semua tahu hubungannya dengan sang kekasih... ah, tepatnya mantan yang baru diputuskannya kemarin.

Memang dia cukup sadar kenapa penjagaan diluar seketat itu mengingat pemimpin besar yang tak main-main seperti Kitsune itu.

Tapi, demi apapun dia bahkan tak perduli jika akan membunuh semua penjaga di gerbang depan jika tak diijinkan masuk segera.

Dan benar saja, seseorang keluar dari gerbang saat tadi ada satu penjaga yang masuk memberitahukan perihal kekacauan didepan sini.

"Apa yang dilakukan seorang Hebi sendirian disini? Kau berniat bunuh diri?" Tukas suara yang dikenali Sasuke sebagai suara sang rival rusa pemalas mondokusai. Shikamaru.

"Dimana Naruto?" Tanya Sasuke tajam seolah tak menerima penolakan. Memberi deathglare mematikan sampai semua yang disana mundur perlahan.

"Apa hakmu menanyakan itu?" Balas Shika santai memasukkan tangan disaku celananya. Menatap malas pemuda ayam yang tengah berserk mode on didepannya itu.

"Cih! Aku tanya dimana si dobe itu. Aku akan menghancurkan semuanya jika dia tak menemuiku sekarang juga!" Ancam Sasuke. Aura membunuh menguar begitu pekat dari dirinya.

Atmosfer sekitar menjadi sangat berat karena keterdiaman mereka. Seolah tak terpengaruh, Shika hanya memberi kode semua penjaganya untuk masuk. Meninggalkan mereka berdua tanpa pihak ketiga.

"Dia tak ada." Tiga kata itu sukses membuat Sasuke terpaku ditempat. Hilang sudah sorot dan aura  mematikannya. Yang ada sekarang hanyalah ayam yang tercengok seperti akan disembelih.

"Kemana?" Beo Sasuk dengan tatapan kosongnya. "Kemana dia, kau tahu?" Tanya Sasuke penuh paksaan.

Shika kembali menatap malas kearahnya. Bergumam tredmark andalannya sebelum menjawab santai. "Dia pergi. Entah kemana. Melakukan misinya mungkin."

Sasuke menegang sempurna mendengar kata misi. Mendengarnya dipertemuan tadi saja sudah membuat telinganya panas. Apalagi ini. Bagaimana jika benar sang Kitsune turun tangan sendiri mencari si mising nin berbahaya itu?

"Apa yang kau lakukan? Membiarkannya pergi tanpa tahu pasti bagaimana keadaannya?!" Amuk Sasuke maju mencengkeram kerah Shikamaru kesal. Menguarkan rasa kesalnya untuk menyalurlan hasrat membunuh jika bisa.

Pats.

Shukamaru menepis tangan porselin dikerahnya lalu merapikan tampilannya yang kusut karena ulah Sasuke. Memberi tatapan mata kuaci tajamnya sebelum bersidekap dada. Pose menantang.

"Dan apa yang kau lakukan setelah mencampakan dan membuatnya menangis? Dia bahkan menerimamu sebagai orang spesial dihatinya saat aku yang menjadi cinta pertama dan sahabat yang selalu ada disampingnya." Tukas Shika dengan nada  mencecemoohnya.

"...."

"Lalu apa yang kau lakukan di sini? Bersimpati setelah kau membuangnya? Apa kau menyesal telah menyakitinya? Bahkan aku sudah memperingatkanmu sebelumnya untuk ini. Tapi kau menghiraukan dan membuat keputusan sepihak. Kau pikir setelah ini aku masih akan membiarkanmu menemuinya?!" Bentak Shika tak kalah garang dan emosi pada Sasuke yang mencebikan mulut kuat.

"Kau benar tak tahu dimana dia?" Tanya Sasuke lemah. Tak lagi ada nada kesal atau menuntut. Terlihat pasrah.

"Hm. Jika aku tahu aku tak mungkin membiarkannya begitu saja." Balas Shikamaru sebelum berbalik pergi. Meninggalkan Sasuke yang terdiam sendiri didepan gerbang markas Kitsune. Pikirannya melayang saat terakhir kali ia melihat si pirang.

"Pemuda jingga." Beo Sasuke tiba-tiba setelah mengingat seseorang yang tadi ia lihat merangkul Naruto pergi seusai pertemuan.

Tapi ia mengeryit setelahnya saat tak mengenali pemuda asing itu. Yang sempat dilihatnya menggoda si 'mantan' terakhir kali.

Tuk.

Satu batu kecil mengenai kaki Sasuke dari arah samping. Membuatnya mengeryit lalu memaksakan leher menoleh kearah lemparan batu itu.

"Kau?!" Terka Sasuke memicing saat mengenali siapa gerangan.

"Yo. Penasaran denganku? Sebaiknya kau cepat. Sebelum si kuningmu dalam bahaya." Cetus Kurama yang membuat keterkejutan sekian kali pada diri Sasuke.

"Siapa kau-"

"Kau memilih membuang waktumu untuk mengenalku, atau menyelamatkannya. Aku bahkan tak menjamin kau bisa bertemu dengannya lagi atau tidak nanti. So, pilihan ada ditanganmu... Uchiha Sasuke." Potong Kurama dengan bibir tipis menyeringai meremehkan.

"Dia sudah bertemu Utakata berkat bantuanku. Si missing nin itu." Lanjut Kurama dengan nada sing a song. Sebelum berbalik pergi meninggalkan hantaman petir dalam hati Sasuke saat mendengarnya.

Memilih tak membuang waktu lagi, Sasuke berbalik dan berjalan agak berlari kearah mobilnya. Menelepon seseorang dengan kegugupan luar biasanya.

'Dimana kau, Rubah manisku. Aku janji akan bersujud sampai kau memaafkanku. Jangan biarkan dirimu mati sebelum kau memilikiku seutuhnya. Gomen, dobe-koi.' Batin Sasuke menjerit seraya menginjak pedal gas dalam. Otaknya dipenuhi oleh Naruto saat ini.

Bagaimanapun caranya, ia harus menemukan si dobe sebelum kemungkinan buruk terjadi.

Sebelum... ia tak bisa melihat binar di iris shappire indah yang sangat dirindukannya.

Sebelum ia kehilangan itu semua dari sosok yang sangat teramat dicintainya.

Uzumaki Naruto.

.
.
.

Kyubi membuka mata saat dia mendengar sesuatu dari telinga pekanya. Sesuatu yang memanggil namanya.
Tanpa membuang waktu dia beranjak menuju jendela kamar hotel yang terbuka. Bisa ia lihat kumpulan cahaya mengelilingi sesosok makhluk berjenis pemuda yang dikenalnya sebagai....

Ctik~

"Ku-nii?" Betapa terkejutnya Naruto saat mendapati dirinya sudah berubah menjadi sosok manusia saat Kurama menjentikkan jarinya. Ia duduk dikusen jendela tanpa sehelai benangpun. Ditambah angin malam yang dingin dilantai yang entah berapa ini. Yang pasti ia yakin mati jika terjatuh meski dengan tubuh rubah sekalipun.

"Yo, Lil Foxy. Jangan bersuara jika tak ingin si teroris bangun." Ujar Kurama memposisikan dirinya agak didepan bawah Naruto yang tengah santai melayang dengan cahaya-cahaya yang mengelilinginya.

"Apa yang-"

"Aku hanya bisa merubahmu sebentar. Karena ingin mengatakan sesuatu." Potong Kurama terlampau santai. Tak melihat jika Naruto sudah setengah hidup hinggap di jendela lantai tinggi itu.

"Cepat katakan. Kau mau membunuhku secara perlahan, nii!" Bentak Naruto tertahan. Cukup waras untuk tak membangunkan si teroris tampan dibelakang sana.

"Sasuke mendatangi markasmu dan mencarimu. Sepertinya dia akan mencarimu secepatnya." Balas Kurama santai.

"APA?!"

Seseorang berjengit dan langsung terjaga dari tidurnya saat mendengar pekikan suara cempreng dari Naruto.

Mata emas menelisik dan melebar sempurna saat melihat seorang pemuda agak mungil terpekur disisi jendela. Berbalik menatapnya dengan mata shappire indah yang melebar sempurna.

'Gawat!' Batin Naruto spontan menutup mulutnya dengan kedua tangan. Membuat keseimbanannya goyah dan malah terpeleset jatuh dari jendela.

Utakata berjengit dan langsung berlari kearah jendela. Namun, tak berhasil melihat apapun. Padahal ia sangat yakin melihat sosok indah yang baru jatuh sepersekian detik lalu.

"Apa itu tadi?" Gumamnya seraya berjengit saat hidungnya mencium aroma citrus manis dan segar sekilas.

Kalaupun mungkin, ia fikir jika aroma itu berasal dari sosok yang sempat dilihatnya tadi. Ia sedikit murung membayangkan sosok indah itu jatuh dari ketinggian lantai 30 kamar hotelnya ini. Tapi ia lebih memilih mengansumsikan diri kalau ia salah lihat.

Ya, lupakan. Karena dia harus tidur lagi sebelum pagi menjelang. Jadwalnya besok sangatlah padat.

.

"Apa yang Ku-nii lakukan?" Tukas Naruto berdesis dan memicing pada Kurama yang santai berdiri didepannya.

"Aku menyelamatkanmu yang hampir jatuh dari ketinggian puluhan meter, Lil Foxy." Tutur Kurama tiada dosa.

"Yang membuatku bahaya itu nii sendiri. Kenapa merubahku seenaknya. Kenapa tidak sekalian rubah aku seutuhnya dan jangan kembali ke kutukan itu." Balas Naruto kesal.

Kini mereka berada di atas gedung hotel setelah Kurama menangkap tubuh Naruto dan menghilang sekejap mata. Dan disinilah mereka berada saat ia membuka mata.

"Yo. Terserahlah. Aku hanya ingin menyampaikan begitu. Peringatanku adalah... kau jangan sampai terbunuh. Setidaknya sebelum pangeranmu menemukanmu." Ujar Kurama menyeringai jahil kearah Naruto yang salah tingkah.

"Apaan sih, Ku-nii. Daripada bicara yang tidak-tidak. Beri aku baju. Kau pikir tak dingin apa!" Tukas Naruto agak membentak saking kesalnya. Dia hanya berusaha menutupi sebuah perasaan dalam dirinya yang asing entah apa.

"Kau cari saja sendiri. Yo, see ya." Ucap Kurama sing a song sebelum menjentikkan jari dan menghilang. Meninggalkan Naruto yang terpekur begitu saja.

"Brrr. Sialan, ini dingin sekali." Umpat Naruto langsung berlari menuju pintu. Ia akan keruang OB untuk sekedar mengambil baju.

.
.
.

"Kami menemukan lokasinya." Seru Shino selaku hacker paling ahli dengan kemampuan tinggi. Dia ditugaskan melacak lokasi si teroris yang menjadi incaran mereka di misi kali ini.

"Bagikan kesemua anggota. Kita tak perlu repot bertindak jika anak buah kita banyak." Balas Shikamaru tersenyum remeh.

Shino segera mem-BC semua anggota mengenai informasi ini. Dan Shukaku maupun Anbu segera beegerak.

"Hotel Alexis." Kata Shikamaru pada seseorang yang tengah diteleponnya.

Layar handphonenya berkedip dengan huruf Hebi sebelum panggilan diakhiri.

"Kuharap tak terlambat, Naru." Lirih Shikamaru menghela nafas pasrah sebelum membanting  handphone slip nya keatas kasur.

Mata kuacinya melirik kesebuah foto berbingkai diatas nakas kamar tidurnya. Dimana sosok pemuda manis sahabatnya tengah tertawa dalam pelukannya. Bibirnya tersenyum kecut menyadari momen manis yang mungkin takkan bisa terulang lagi itu.

Sekarang, dia hanya berharap melihat kesungguhan si rival yang akan menemukan si sahabat ... atau malah sebaliknya.

Dia tak sebaik hati itu hingga akan menyerahkan Naruto begitu saja. Meski agak terlambat, ia akan pastikan jika ia akan mencari kesempatan kedua itu meski minim.

.
.
.

Tebece....

Ampunkan saya karena fict ini makin gaje dan membosankan.

Agak ditulis paksa dengan segala hal yang tak mendukung. Situasi kondisi yang benar membuat saya drop.

Moga berkenan dan jangan lupa tinggalkan jejak.

July Chan 😉

Continue Reading

You'll Also Like

145K 23.9K 45
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
220K 23.6K 26
warn (bxb, fanfic, badword) harris Caine, seorang pemuda berusia 18 belas tahun yang tanpa sengaja berteleportasi ke sebuah dunia yang tak masuk akal...
196K 16.8K 88
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
379K 31.4K 58
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.