[2] Missing You ✔

By t3hxozro

28.7K 2.4K 274

"Sudah saatnya untuk melupakannya." "Eh tapi ketemu lagi sama dia. Melupakan dia nya kapan-kapan aja deh ya~ ... More

Prolog
Ep. 1
Ep. 2
Ep. 3
Bagian Kecil : Valentine's Day
Bagian Kecil (2) : #HBDa22lingQueen
Ep. 5
Ep. 6 Futsal (Konflik)
Ep. 7 Bandung (Ceria dan Sedih Bersatu)
Ep. 8 Bandung (Ceria dan Sedih Bersatu).2
Ep. 9 Sakit (Konflik.2)
Ep. 10 Bbnj
Ep. 11 Masalah (Puncak Konflik)
Ep. 12 Masalah (Puncak Konflik).2
Ep. 13 Bertemu Orang Baru dan Pemakaman
Pengumuman
Ep. 14 Kembali Beraktivitas
Instagram
Ep. 15 Quality Time
Instagram
Ep. 16 Karaoke, Taman dan Ice cream
Pengumuman
Ep. 17 Permen Yupi
Ep. 18 Lelaki Bucin
HIATUS
Ep. 19
Ep. 20 Selesai!

Ep. 4

1K 96 6
By t3hxozro

"Ini Shania. Baru kenal kemarin sore," ujar Boby

"Calon masa depan Boby," tambah Shania merangkul lengan Boby.

"Hah?!"

Tak lama Gracia datang.

"Ada apa ini? Kok rame banget?"

"TELAT!"

******

Tidak butuh waktu yang sangat lama untuk mereka semua bisa nyambung saat ngobrol atau akrab. Seringnya candaan yang dilontarkan oleh Vino, Dyo, Keynal, Sisil, Saktia dan Della membuat semuanya menjadi nyaman dan dekat.

"Gue duluan ya sama Ve," pamit Keynal

"Gue juga," ujar Vino dan Dyo berbarengan.

"Ciee barengan, jodoh tuh," ujar Boby

"Amit-amit! Gue kan emang bareng sama nih om-om," ujar Vino. Dyo menatap sinis kearah Vino saat menyebutnya dengan sebutan 'om-om'.

"Oh iya. Motor lo kan rusak, masih harus dirawat bengkel tercinta dan langganan,"

"Diem lo cungkring."

Boby menekukan wajahnya saat Vino meledeknya cungkring. Padahal Vino juga cungkring.

"Kita juga ya, Bob, Shan. Pamit dulu," ujar Melody, Shani, Saktia, Sisil dan Della.

"Oh iya. Jangan lupa dibayar ya, Shantik," ingat Sisil mengedipkan sebelah matanya.

"Nggak usah diingetin!" Shania melemparkan tisu yang tergulung ke Sisil, "nanti juga bakal ditagih sama nih anak."

Shania melirik seseorang yang duduk disebelahnya.

"He he.. ya pasti atuh, Ci. Kalau nggak ditagih, bisa- bisa aku bangkrut," ujar Gre.

"Gre juga pamit dulu ya kebelakang," lanjut Gre.

Tinggal Boby dan Shania yang berada disana. Shania berusaha mencari topik pembicaraan. Dan Boby yang duduk dengan canggung disana.

"Lo pulang sama siapa?," ujar Boby. Basa-basi dulu.

"Nggak tau. Tadi gue kesini naik mobil online," ujar Shania

"Bareng sama gue, mau? Sayang uang l--"

"MAU!!!"

Shania langsung memotong ucapan Boby. Saking senang dan semangat bisa pulang sama orang yang disukai.

Satu pertanyaan..

Mario mau dikemanain?

"Terus. Uang buat bayarin pesenan orang-orang ada?," tanya lagi Boby

"Ada kok."

Saat Shania mengeluarkan dompetnya dan menghitung uang untuk membayar. Ia tersenyum malu. Sedangkan Boby mengangkat alisnya bingung saat sedang minum.

"Kenapa?," tanya Boby

"Uang gue kurang buat bayarnya. He he he he.."

Boby tertawa kencang. Sedangkan Shania terpesona.

"Tadi katanya ada,"

"Kan itu beberapa detik yang lalu, sekarang udah beda," ujar Shania tersenyum malu.

"Yaudah sama gue aja dulu ya dibayarnya."

"Nanti dirumah sama gue ganti kok."

Boby tersenyum yang lagi-lagi bisa membuat Shania terpesona.

Diparkiran Shania sedang menunggu Boby yang lagi memakai jaket kulit, sarung tangan dan helm. Keamanan adalah yang terpenting.

"Lo nggak bawa jaket ya?,"

"Nggak."

Boby menatap Shania sebentar, kemudian ia membuka jaket kuliatnya dan memasangkannya dikedua bahu Shania.

"Dipake. Anginnya kenceng. Nanti lo sakit."

Pipi Shania merona merah. Baper nggak? Kalau Shania sih baper.

"Jaket udah, helm juga udah lo pake. Ayo naik, nanti keburu langitnya nangis karena bidadarinya belum dianter pulang kerumahnya," ujar Boby tertawa.

Shania ikut tertawa dan memukul pelan lengan Boby. Sekarang dia sudah duduk diatas motor dengan nyaman.

"Nggak mau pegangan?,"

"Ini udah." Shania memegang kedua pundak Boby.

"Nggak mau meluk? Kalau megang pundak takut nggak kuat."

Lagi-lagi pipi Shania memerah.

"Boleh?,"

"Kalau gue yang nawarin berarti boleh, Shayang."

Dengan pipi yang masih merah, Shania memeluk tubuh kurus milik Boby dan menyandarkan kepalanya dengan sangat nyaman dipunggung Boby.

"Siap?,"

"Siap!"

"

Dibantu arahan dari Shania, akhirnya Boby sampai di depan rumah milik orang tua Shania yang ditempati oleh Shania.

Rumit deh. Kayak hubungan aku sama kamu:(

Dan anehnya, ada mobil yang tidak asing dimata Boby dan Shania di depan rumah orang tua Shania.

"Hm.. mau masuk dulu, Bob? Sekalian aku kenalin ke orang tua aku," ajak Shania melepas helm milik Boby.

"Boleh?,"

"Kalau gue yang nawarin berarti boleh, Bobop," ujar Shania mengikuti perkataan Boby beberapa waktu yang lalu.

"Hahaha, terus motornya?,"

"Masukin aja. Kalau disini takut hilang."

"

Saat masuk kedalam rumah bersama Boby, Shania dikejutkan dengan kehadiran Mario yang sedang mengobrol dengan Papahnya.

"Eh, Shania. Udah pulang? Ini ada Mario dari tadi nungguin kamu lho," sambut Kris -Papah Shania-.

Raut wajah Shania, Boby dan Mario sama-sama berubah. Shania yang tadinya sedang tertawa bersama Boby berubah menjadi bingung, begitu juga dengan Boby. Berbeda dengan Mario, raut wajahnya berubah menjadi masam.

"Shania kamu kemana aja, kasian Mario nunggu udah lama. Eh, itu siapa?," sapa Larisa -Mamah Shania-.

"Halo tante, saya Boby" sapa Boby tersenyum dan menyalami.

Satu fakta Boby kembali diketahui oleh Shania. Boby juga ramah ke orang tuanya. Berbeda dengan Mario. Mario dulu sangat susah untuk dikenalkan ke orang tuanya.

"Sini duduk juga Boby," suruh Kris

"Ah, iya om."

Kris dan Larisa pamit pergi dari ruang tamu. Meninggalkan Shania yang bingung dengan situasi sekarang.

5 menit.

10 menit.

15 menit.

Akhirnya Mario membuka mulutnya.

"Kamu tadi kemana, Shania?," ujar Mario dingin. Shania mengetahui perubahan yang terjadi pada Mario. Sedangkan Boby masih cuek-cuek saja meminum minuman yang tadi bawakan oleh Larisa.

"Aku tadi ngumpul sama temen-temen."

"Terus kenapa bisa pulang sama Boby?,"

"Yang lain udah pulang duluan. Yang ada tinggal Boby, yaudah aku bareng aja sama Boby."

"Lagian kalau minta jemput kamu, pasti nggak akan bisa. Kan kamu sibuk," lanjut Shania mulai malas dengan pembicaraan ini.

"Lo ngapain deketin cewek gue, Bob?," tanya Mario sinis ke Boby.

"Eh?! Cewek lo? Sorry, gue nggak tau. Tapi, karena sekarang udah tau. Jadi nggak akan deket lagi kok, tenang aja," ujar Boby tenang. Yang awalnya sedikit terkejut.

Shania merasa sedikit tidak enak kepada Boby, ia melirik ke arah Boby yang tersenyum tipis seperti berbicara 'aku nggak apa, tenang aja'.

"Yaudah aku pamit pulang dulu ya, Shan, Mar. Bisa panggilin orang tua kamu dulu?," tanya Boby

"Mau ngapain?,"

"Aku mau pamit sama orang tua kamu."

"Nggak berubah. Selalu nyari muka," ujar Mario pelan.

"Nggak kok, Mar. Gue emang diajarin sama orang tua gue buat menghormati dan ramah sama yang lebih tua termasuk orang tuanya Shania," ujar Boby tersenyum.

Shania terpesona lagi dan lagi.

Sama Boby aja Shania nya, mau?

"Eh, udah. Tunggu ya, Bob," ujar Shania dibalas dengan senyuman oleh Boby. Mario kembali menekuk wajahnya.

"Nak Boby mau pulang ya?," ujar Larisa

"Iya tante. Saya pulang dulu tante, om." Boby menyalami Larisa dan Kris.

"Hati-hati kamu, Bob,"

"Iya om, siap. Aku pulang dulu, Shan, Mar."

Larisa dan Kris hanya tersenyum tipis dan mengangguk.

"

Boby mengendarai motornya dengan kecepatan yang standar. Ia sedikit bersenandung menyanyikan lagu-lagu yang belakangan ini sering ia dengar dari ponsel milik Keynal, Vino dan Dyo. Veranda juga. Anin jangan lupa.

Ia memberhentikan motornya di dekat tempat yang menjual martabak.

Ia membeli 2 martabak rasa kacang. Bukan rasa yang ia sukai, tapi karena ia sedang ingin mengunjungi seseorang yang suka martabak rasa kacang. Jadi ia membeli.

Boby kembali menjalankan motornya kearah rumah Anin.

Sesampainya dirumah Anin, ia berteriak dari luar.

"Anin! Ini Boby ganteng yang dateng! Bukain pagernya dong!"

"Tunggu!" Balas Anin berteriak dari dalam rumah.

"Tumben dateng ke rumah, pasti ada maunya nih," ujar Anin curiga

"Aku bawain martabak rasa kacang nih,"

"Tuh kan. Mau nyogok ya biar bisa curhat?,"

"Ada 2 lho"

"Ok, silahkan masuk pangeran."

Boby memutar kedua bola matanya malas.

Diruang tengah, Boby sedang asik bermain PS (Play Station), sedangkan Anin sibuk menghabiskan martabak yang tadi dibawakan oleh Boby.

"Bunda sama Ayah kemana?," tanya Boby

"Ke Palembang. Biasa kerjaan Ayah,"

"Athaya Raya Cahyadi, Athallah Rakha Cahyadi sama Atharra .R Cahyadi juga ikut? Eh, bener nggak sih?," ujar Boby dengan sangat niat.

"Ikut, Boby Chaesara Anadilla. Cuma Aninditha Rahma Cahyadi doang yang ditinggal disini. Tanya aja ke Bunda," jawab Anin yang juga niat.

"Oke deh."

Kembali sibuk masing-masing. Boby merasa menyesal membawa 2 martabak rasa kacang. Coba kalau tadi nanya dulu ke Anin, pasti 1 lagi rasanya coklat keju.

"Boby nggak mau ngajak aku jalan?,"

"Keliatan jomblo banget kamu."

"

Kembali ke rumah Shania.

Larisa dan Kris kembali masuk ke dalam. Meninggalkan Shania berdua saja dengan Mario. Sama Skye juga. Peliharaan Shania. Jadi bertiga.

Jangan berisik Skye lagi tidur.

"Jadi kamu punya hubungan apa sama Boby?," tanya Mario

"Nggak ada apa-apa, ish."

"Besok kuliah? Aku jemput,"

"Jangan telat."

"Kamu yang harusnya bangun pagi,"

Shania masih sibuk dengan Skye. Mario yang merasa diacuhkan merasa kesal.

"Aku pulang aja, percuma disini kamu cuek-in terus," ujar Mario

"Hati-hati."

Mario langsung pergi keluar dari rumah Shania. Dan ternyata dari tadi Kris dan Larisa memantau keduanya.

"Shania," ujar Kris

"Iya, Pah?,"

"Boby sama Mario beda ya," ujar Kris

"Iya beda. Papah sama Mamah ngerasakan? Kalau Boby ramah, baik, sopan, sedangkan Mario nggak kayak gitu."

"Kok kamu jadi ngebelain Boby? Suka ya?," goda Larisa

"Ihh, apa sih, Mah. Nggak kok, cuma jatuh hati aja," ujar Shania pelan

"Kalau kamu mau serius sama Boby, bawa anaknya ke sini lagi ya. Kenalin ke Papah sama Mamah yang bener."

"Siap, Pah, siap. Udah ah, Shania ke kamar dulu."

Kris dan Larisa tertawa melihat pipi Shania yang memerah.

Saat dikamar Shania melihat jaket kulit berwarna hitam tergantung dibelakang pintu. Shania mencoba mengingat siapa pemilik jaket tersebut.

"Ya ampun! Punya Boby! Astaga, gue kok pikunan gini sih."

Shania mengetuk-ngetuk pelan kepalanya. Karena teriakannya yang lumayan kencang, Skye terbangung dan langsung loncat turun dari pelukan Shania.

"Uang yang di cafe tadi juga belum gue ganti. Astaga!"

"Ikuti terus kisah kita berdua ya." -Boby dan Shania.

Continue Reading

You'll Also Like

1K 121 3
Sebuah rahasia yang mengubah kehidupan Kim Yerim..
177K 16.4K 29
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
18.1K 1.3K 11
Coming soon.... Perpisahan yang sangat menyakitkan.. Terpisah dengan orang orang yang kita cinta dan sayangi itu benar benar sangat menyakitkan sekal...
1.4M 120K 63
Ziel adalah candu. Tawanya Candanya Aroma tubuhnya Senyum manisnya Suara merajuknya dan Umpatannya. . . . "Ngeri bang." - Ziel "Wake up, Zainka."...