Mate Mission

By AvigailEmma

228K 15.1K 438

[Fantasy-Action-Minor Romace] Highest rank #3 in Werewolf R: 17 The King of Alpha akhirnya berhasil bertemu d... More

Part 1 (The Death Angel)
Part 2 (King of Alpha)
Part 3 (New Mission)
Part 4 (ISA)
Part 5 (Sergio and Betrayer)
Part 6 (Ellis Jealous)
Part 7 (Red Team)
Part 8 (Bad First Meeting)
Part 9 (Delayed Mating)
Part 10 (Luna Location)
Part 11 (Devian Helplessness)
Part 12 (Red Moon Pack)
Part 13 (Poor Lila)
Part 14 (The Day)
Part 15 (This is About Anya)
Part 16 (Enemy Base)
Part 17 (Hurting Naya)
Part 18 (Ritual)
Part 19 (The Collapse of the Pillars of God)
Part 20 (Folly of Duke)
Part 21 (Opening)
Part 22 (Scramble)
Part 23 (Necro)
Part 24 (Fight)
Part 25 (The Elders of Darkness)
Part 26 (Trapped)
Part 27 (Out of Control)
Part 28 (Recognition)
Part 29 (Curiosity)
Part 30 (Disappointed)
Part 31 (Zoey)
Part 32 (Rogue Demon)
Part 33 (Devian Anger)
Part 34 (Nephilim's House)
Part 35 (Searching)
Part 37 (Start)
Part 38 (Mikhaella)
Part 39 (Gadfly)
Part 40 (Decision)
Part 41 (He is Back)

Part 36 (Meet)

4.5K 358 28
By AvigailEmma

Anya terus berguling tidak nyaman di ranjangnya, pasalnya ini sudah ketiga kalinya ia terbangun malam ini, "Argghh!" ia memukul selimutnya kesal dengan pikiran yang menggila dan penuh dengan Devian, Devian, dan Devian.

Aku benar-benar akan membunuhnya karena membuatku menderita seperti ini, batinnya menatap ke jendela sambil menggigiti kukunya.

dan setelah itu aku akan mati tersiksa karna kehausan.

"Calvin akan menggodaku habis-habisan jika tahu ini," gumamnya masih menggigiti kukunya, "ah! Sudahlah!" ia kembali merebahkan dirinya, mengambil bantal dengan kasar untuk menutupi kepalanya, berharap hal itu dapat membuatnya tertidur.

Tarik napas...hembuskan... tutup mata dan jangan berpikir, tidurlah...tidur... batinnya berusaha membuatnya tertidur.

Tidak ada suara apapun yang terdengar selain suara burung hantu maupun jangkrik yang bersautan, "Arrgh!!! Sialan, sialan, sialan!" Ia melempar selimut dan bantalnya asal, ia menghentak-hentakkan tubuhnya hingga menimbulkan decitan ranjangnya yang bergoyang akibat ulahnya.

"Astaga!!! Aku bisa gila lama-lama" ia menarik rambutnya keras, dengan tubuh bawahnya di atas ranjang, dan tubuh atasnya berada di bawah ranjang. Ia membuka matanya, menatap kolong ranjang yang gelap, hingga pikiran menyeramkan memasuki kepalanya, membuatnya terlonjak kaget dan duduk menempelkan punggungnya di papan ranjang, menjauhi kolong lemari.

Si mesum itu... bisa-bisanya dia memberikanku kasur berkolong, batinnya kini menyumpah serapahi Asher yang dengan sengaja menempatkannya di kamar dengan ranjang berkolong. Laki-laki itu tahu benar bahwa ia takut dengan hal mistis seperti ini, dan laki-laki itu memanfaatkannya dengan baik untuk menyiksanya.

Selamat datang di neraka, batinnya setelah menyadari apa yang terjadi padanya hari ini, kini kesempatannya untuk tidur tenang pupus sudah setelah mendapat tambahan penyiksaan dari ranjang berkolongnya ini. Ia langsung menyelimuti tubuhnya sampai ke leher, dengan ujung selimut yang ia lipat dan gulung dengan kaki, hingga tidak ada kesempatan bagi makhluk-makhluk tak kasat mata itu untuk menarik selimutnya atau memasuki tangan mereka ke dalam selimut seperti di film-film horror yang pernah di tontonnya.

Demi kacang polong! Aku akan mati sebentar lagi, batinnya. Ia mengeratkan pelukannya pada guling dengan mata yang menatap seluruh isi kamarnya was-was.

Krrieett

Anya langsung menatap jendelanya horror begitu jendela itu mengeluarkan suara decitan, ia langsung merapalkan doa-doa yang pernah ayahnya ajarkan dengan tatapan masih menatap seisi kamarnya was-was.

"Brengsek." suara decitan itu kembali terdengar, membuatnya harus berkali-kali menelan salivanya berat, dengan keberanian seujung kuku, ia melirik pinggir kasurnya was-was, memastikan tidak ada yang menyentuh kakinya nanti, setelah meyakinkan diri, ia mendaratkan kakinya di lantai dengan jarak yang cukup jauh dari ranjangnya lalu dengan cepat berlari menjauhi ranjangnya.

Ia mengambil tongkat baseball yang tidak jauh darinya, dan berjalan mendekati jendela dengan tongkat baseball yang sudah ia acungkan ke depan. Merasa sudah dalam jarak aman, ia mendorong-dorong tongkat itu ke arah jendela, memaksa jendela itu terbuka sepenuhnya hingga akhirnya menimbulkan suara decitan yang cukup keras. Hembusan angin yang cukup kencang langsung menerpa tubuhnya, diikuti dengan hawa dingin yang menusuk.

Menelan saliva berat, ia mengibas-ngibaskan tongkatnya keluar jendela, memastikan tidak ada yang muncul di depannya tiba-tiba. Ia mengendus-endus sekitarnya begitu mencium aroma Devian samar-samar, "Aku sudah gila rupanya," gumamnya lalu menggelengkan kepalanya, berusaha mengusir pemikiran bodoh bahwa King of Alpha itu mau meninggalkan wilayahnya hanya untuk menemuinya.

Tidak ingin semakin gila, ia langsung mengulurkan tangannya keluar untuk menutup jendelanya kembali, hingga ia harus memincingkan matanya lagi ketika ia melihat kabut tidak jauh darinya. Ia mengalihkan pandangannya ke jam dinding di sampingnya.

Pukul 3, batinnya. Ia tahu betul di tempatnya sekarang kabut belum akan muncul di jam ini, kerutan di dahinya semakin dalam ketika sadar bahwa itu kabut buatan Asher, "Apa lagi yang dilakukan si mesum itu?" Jengkel dengan kelakuan Asher yang luar biasa mengganggu harinya, ia langsung melompat keluar dari jendela, berlari meninggalkan kengeriannya di dalam kamar, masuk ke dalam kegelapan hutan yang lebih sunyi dan mencekam, seolah tempat itu bukanlah tempat yang lebih buruk dari kamar dengan ranjang berkolongnya itu.

Ia menaiki salah satu pohon dan melompat dari satu pohon ke pohon lainnya dengan cepat. Ia memincingkan matanya begitu melihat kabut tidak jauh darinya, diikuti dengan suara pertarungan. Ia mengendus udara di sekitarnya begitu aroma Devian semakin kuat, merasa yakin bahwa kini pikirannya tidak gila, ia memasuki kabut perlahan dengan mata kirinya yang sudah berubah merah, tidak ingin menjadi korban dalam pertarungan itu.

Ia mengepalkan tangannya lalu bergerak seolah sedang meremas kertas, menaikkan air yang berada di dalam tanah hingga menjadi embun, mempercepat proses pengembunan untuk memperjelas penglihatannya.

Ia menghentikan langkahnya begitu melihat Asher dan Devian berdiri dengan napas yang terengah dan darah yang memenuhi tubuh mereka, berbagai makian sudah ia siapkan di kepalanya begitu melihat dua orang sinting itu kini saling membunuh di depannya, hingga sebuah senyuman mengerikan muncul di bibirnya.

Kalian dalam masalah, bung, batinnya.

Ia langsung memasang kuda-kuda begitu kedua orang di hadapannya melesat maju, siap menghunuskan senjata mereka. Senyumannya langsung menghilang diikuti dengan dirinya yang melesat ke tengah-tengah dua orang itu, kedua tangannya memegang salah satu tangan kedua orang itu, lalu memutar tangan mereka dan membantingnya ke tanah sekeras mungkin.

Brak!

"Berisik," ucapnya dengan kedua tangan yang sudah ia masukkan ke dalam kantung celana tidurnya, tidak peduli dengan ringisan kesakitan dua yang sudah ia banting itu.

Kedua laki-laki itu meringis ketika rasa nyeri menyerang punggung mereka akibat bantingan dari Anya. Laki-laki bermata biru laut itu menatap perempuan di hadapannya jengkel, "Dasar Bar-bar." Laki-laki itu langsung mengalihkan tatapannya begitu perempuan di hadapannya menatapnya tajam, ia langsung berdiri dan kembali memasukkan pedang itu ke dalam pergelangan tangannya.

"Z...," lirih Alvian dengan suara huskynya, pria itu langsung berdiri dan melesat memeluuk perempuan yang sudah menjadi bagian jiwanya itu. Ia mendekap tubuh ramping itu erat, memasukkan kepalanya di antara ceruk leher matenya, menghirup aroma matenya dalam-dalam.

Anya berusaha menahan perasaannya untuk tidak membalas pelukan matenya, walau hatinya kini memberontak ingin menumpahkan segala kegilaannya pada pria yang memeluknya itu, "Apa yang kau lakukan di sini?" ia mengalihkan tatapannya begitu mata emas itu menatapnya penuh dengan kesedihan dan rindu.

"Membawamu pulang." Tubuh Anya menegang begitu suara husky itu mengatakan hal yang tidak bisa mereka lakukan. Tidak ingin menyakiti hati matenya, ia mengelus punggung matenya lembut, tidak membalas ucapan itu. Ia lebih memilih diam dan ikut menghirup aroma matenya dalam, hingga tubuhnya kembali menegang begitu mencium aroma darah yang begitu nikmat dari matenya.

"Bisa hentikan drama melankolis kalian?" ucap Asher, sambil menghela napasnya jengah dengan kelakukan pasangan di hadapannya, benar-benar dunia milik sendiri jika sudah mengadu cinta.

Anya bersorak lega dengan ucapan Asher, membuat ia tidak perlu melepaskan pelukannya dengan paksa. Ia mencoba mengatur napasnya, berusaha mengontrol rasa haus yang kini mulai merambah naik ke kerongkongannya, "kembalilah, rumahku di sini," ucapnya berlalu meninggalkan Alvian, berjalan pelan tanpa sepatah kata pun, kembali ke rumahnya, sarang para Nephilim.

Asher diam memperhatikan kelakuan pasangan dihadapannya, sudah pasti gadis bar-bar itu adalah mate dari werewolf yang di serangnya, terlihat bagaimana werewolf itu memperlakukan temannya itu dengan penuh kasih. Ia menggelengkan kepalanya berusaha mengusir pikirannya yang membayangkan dirinya dengan gadis yang mungkin saja tengah menunggunya di sarang.

Menggelengkan kepala, ia berjalan mengikuti gadis bar-bar masa kecilnya dalam diam, tidak ingin ikut campur dalam masalah percintaan temannya yang selalu di buat rumit.

Anya menghela napasnya pasrah begitu sadar bahwa Alvian masih mengikutinya di belakang tanpa bersuara. Ia menghentikan langkahnya, menatap pria yang sudah memporak-porandakan hatinya itu, "Pergilah, katakan pada tuan Karel, Ash" Tanpa merespon ucapan Anta, Asher langsung melanjutkan langkahnya, menemui tuan Karel, sesuai dengan apa yang di katakan temannya itu.

"Bertukarlah dengan Devian," ucap Anya sambil menunggu waktu yang tepat untuk berbicara.

Merasa jarak Asher sudah tidak bisa mendengarnya, ia menutup matanya sejenak sambil menghela napas, "Mau sampai kapan seperti ini, Dev?" Ia menatap mata hazel itu sendu, lelah dengan kisah cinta mereka yang tidak mungkin untuk bersama.

"Aku tidak akan berhenti sampai kita bersama," Ucap Devian membalas tatapannya dengan yakin. Anya ingin berteriak dan memaki pria di hadapannya itu, betapa bodohnya pria itu masih mengejarnya, padahal sudah sangat jelas mereka tidak mungkin bisa bersama jika salah satu dari mereka tidak mau melepas status dan beban mereka saat ini.

"Aku tidak bisa keluar dari ISA, begitupun denganmu untuk turun tahta. Kita akhiri di sini sebelum menyakiti kita semakin dalam." Anya merutuki dirinya yang dengan begitu mudah mengatakan akhir dari mereka berdua. Dia membutuhkan darah Devian, dan dengan mudahnya ia mengakhiri ini? Maka penyiksaanlah yang menunggunya.

"Kau membutuhkan darahku. Aku tidak akan pernah melepaskanmu, pegang kata-kataku, Z" Anya cukup terperangah dengan ucapan pria di hadapannya itu, entah harus bahagia atau tidak, ia tidak ingin memikirkan itu, untuk saat ini biarlah berjalan apa adanya, entah bahaya apa yang menanti mereka di depan akibat hubungan ini.

o00o
27012018
Re: 14092018

Ciao! my beloved reader! akhirnya aku kembali lagi setelah sekian lama.

Don't forget to click star or comment, luv~

Best regards,

Emma

Continue Reading

You'll Also Like

180K 22K 55
Tentang Yunho yang harus merasakan kehilangan orang tua dan packnya. Bertahan dengan kenangan dan rasa sakit yang didapatkannya. Tentang Mingi yang...
307K 24.9K 28
Kisah tentang seorang Alpha yang menjadi mate seorang Alpha Dominant. Bagaimana bisa? Bisa saja, karena semua sudah diatur dalam takdir Dewi Bulan. B...
38.5K 2.4K 54
#1 di ramalan #2 di moongoddess lahirnya yang diselimuti bulan biru membawa banyak suka cita di dunia immortal. dialah sang gadis ramalan yang akan m...
62.2K 10.8K 27
🚫 𝐃𝐨𝐧'𝐭 𝐩π₯𝐚𝐠𝐒𝐚𝐫𝐒𝐳𝐞 𝐭𝐑𝐒𝐬 𝐰𝐨𝐫𝐀𝐬. | Sungjake | ABO | Demon | Kebangkitan sosok momok masa lalu setelah lama tertidur jauh dibawa...