[2] Missing You ✔

By t3hxozro

28.7K 2.4K 274

"Sudah saatnya untuk melupakannya." "Eh tapi ketemu lagi sama dia. Melupakan dia nya kapan-kapan aja deh ya~ ... More

Prolog
Ep. 2
Ep. 3
Bagian Kecil : Valentine's Day
Ep. 4
Bagian Kecil (2) : #HBDa22lingQueen
Ep. 5
Ep. 6 Futsal (Konflik)
Ep. 7 Bandung (Ceria dan Sedih Bersatu)
Ep. 8 Bandung (Ceria dan Sedih Bersatu).2
Ep. 9 Sakit (Konflik.2)
Ep. 10 Bbnj
Ep. 11 Masalah (Puncak Konflik)
Ep. 12 Masalah (Puncak Konflik).2
Ep. 13 Bertemu Orang Baru dan Pemakaman
Pengumuman
Ep. 14 Kembali Beraktivitas
Instagram
Ep. 15 Quality Time
Instagram
Ep. 16 Karaoke, Taman dan Ice cream
Pengumuman
Ep. 17 Permen Yupi
Ep. 18 Lelaki Bucin
HIATUS
Ep. 19
Ep. 20 Selesai!

Ep. 1

2.1K 124 11
By t3hxozro


Disebuah taman, terdapat seorang wanita yang lagi-lagi mengeratkan jaketnya saat angin malam terasa lebih dingin. Ia kembali memeriksa daftar telpon, dan kembali menghelakan nafas kasar. Kaki jenjangnya mengayunkan ayunan yang sedang diduduki olehnya. Secara perlahan ayunan tersebut berhenti.

Saat matanya sedang terpejam, sebuah jas berwarna hitam tiba-tiba terpasang dikedua bahunya.

Seorang pria berdiri dibelakang ayunan sambil mengusap rambut wanita tersebut dan berkali-kali melontarkan kata maaf.

"Kamu kemana aja? aku udah nungguin kamu dari tadi," ujar sang wanita yang saat itu mengenakan dress pendek berwarna putih.

"Tadi aku ada kerjaan mendadak,"

"Tapi, sekarang udah selesai kan?"

"Belum, Shan. Ini juga aku harus balik lagi ke kantor,"

"Yaudah sana," ujar sang wanita yang tadi dipanggil 'Shan'.

"Maaf ya, aku nggak bisa anter kamu. Jasnya bawa aja, aku duluan ya sayang." Sebelum pergi, pria tersebut kembali mengusap rambut Shania dan mengecup kening Shania dengan waktu yang cukup lama.

"

Sebuah kaleng minuman soda kosong ditendang dengan sekuat tenaga oleh Shania. Ia berjalan gontai di pinggir jalan, ia tundukan kepalanya untuk menyembunyikan air matanya yang mengalir dipipinya dan perlahan jatuh ke tanah. Rambut panjang miliknya menutupi wajahnya yang basah dan matanya yang telah memerah.

"Kamu jahat Mario."

"

"Astaga"

Saktia, salah satu sahabat Shania yang kebetulan sedang berkunjung ke tempat tinggal Shania. Merasa terkejut saat masuk ke dalam kamar Shania yang biasanya sangat rapih dan bersih, berbanding terbalik dengan keadaan kamar Shania yang sekarang.

Boneka yang biasanya tersusun dengan rapih di rak khusus, kini terlihat berantakan di lantai kamar. Buku-buku yang biasanya tersusun dengan rapih, sekarang berceceran dimana saja. Sebuah dress putih tergulung tidak rapih diatas tempat tidur. Dan selimut yang menutupi tubuh Shania yang sedari tadi berguling-guling diatas kasur.

"Ya ampun, Shania! Lo didalem selimut sendiri kan? nggak ada si Mario kan?"

Shania dengan tiba-tiba keluar dari gulungan selimut. Rambut yang berantakan, mata bengkak, hidung sudah berwarna merah dan matanya yang terus menerus mengeluarkan air mata.

"Enak aja lo kalau ngomong," ujar Shania dengan suara yang serak.

"Yang enak mah makan bukan ngomong."

"Bodo amat lah."

Shania kembali menutup tubuhnya dengan selimut. Saktia mengambil boneka beruang yang ada dilantai dan dilemparkan dengan kencang ke Shania.

"KASAR! Sakit begok."

"Ya lo kenapa? Tadi nyuruh gue buat dateng, pas udah dateng dianggurin. Lo kenapa? Berantem sama Mario? Makanya pacaran sama yang seumuran aja," Saktia terus menerus berbicara.

"Udah ngomongnya?"

BRUKK

Saktia kembali melempar boneka ke Shania.

"Awh, sackit,"

"Alay lo. Gue sekarang serius, lo kenapa?,"

"Gue cerita ya, lo dengerin jangan tidur. Masa, Sak, tadi malem gue dibiarin pulang sendiri sama si Mario. Jalan kaki lagi," cerita Shania dengan sangat heboh.

"Terus?," ujar Saktia mengangkat sebelah alisnya dan ekspresi wajahnya seperti berbicara, 'Masalah sepele kayak gini bisa bikin kamar acak-acakan?'.

"Eh, Saktia. Ini tuh nggak segampang yang lo pikirin," ujar Shania, seolah-olah tau apa yang sedang dipikirkan oleh Shania.

Flashback : ON

Shania saat sudah sampai dirumah...

"Astaga, betis gue bisa-bisa tambah gede ini mah."

Suara air keluar dari keran terdengar pelan di dalam kamar Shania, ia keluar dari kamar mandi dengan handuk yang terlilit dikepalanya. Ia duduk di depan meja rias dengan tangannya yang sibuk mengeringkan rambutnya.

"Dateng bulan dihari pertama emang nggak enak ya."

Setelah rambutnya agak kering, ia merebahkan tubuhnya. Baru saja memejamkan matanya, belum ada 10 menit ia kembali bangkit dari kasur. Shania baru saja teringat, kalau...




"TUGAS BELUM DIKERJAIN!"

"Astaga, ya Tuhan, aku tuh capek,"

Shania kembali mengobrak-abrik bukunya yang menyebabkan kamarnya acak-acakan. Ia terus saja berkutat dengan laptop dan buku miliknya.

Jarum jam sudah menunjuk ke arah angka 3, sedangkan Shania masih saja sibuk dengan tugasnya. Kedua bola matanya sudah merah dan kantong matanya yang tambah hitam.

"Jam segini tuh biasanya masih mimpi ketemu sama pangeran naik kuda putih, terus bawa bunga mawar putih. Terus ngomong ke gue kayak gini, "Apakah kamu mau menjadi seseorang yang menemani hidupku? Menjaga dan merawat bersama anak-anak kita kelak?","

"Astaga kapan ya gue digituin sama cowok," ujar Shania menyimpan kedua tangannya dipipi sambil senyum-senyum sendiri.

"Selesain tugas dulu deh baru lanjutin ngayalnya."

Saat sedang serius-seriusnya mengerjakan tugas, sebuah pesan masuk untuk Shania. Matanya terbuka lebar saat membaca sebaris kalimat yang dikirimkan oleh temannya.

Shan, hari ini kelas kosong. Dosennya nggak bisa datang.

Sebuah senyuman lebar terukir di bibirnya dengan mata yang terpejam, tangannya menggenggam erat handphone miliknya.

"Ya tuhan akhirnya aku bisa tidur," ujar Shania dengan sedikit lebay. Matanya sedikit mengeluarkan cairan bening.

"Tapi...















KENAPA NGGAK DARI TADI COBA NGASIH TAUNYA!"

Flashback : OFF

"Itu yang bikin gue baru bangun sekarang,"

"Terus tadi guling-guling dikasur, buat ngilangin rasa sakit diperut lo?,"

"Tepat sekali, Sak."

Saktia yang sudah terlanjur kesal, ia mengangkat tangannya dan menjitak kepala Shania dengan keras.

"Capek gue dengerin cerita lo, jadi laper. Mau martabak nggak, Shan?," tanya Saktia dengan matanya yang tertuju ke layar ponselnya.

Dengan bibir yang manyun, Shania terus mengusap bagian kepalanya yang dijitak oleh Saktia.

"Eh, tadi lo nanya apa, Sak?,"

"Lo mau nggak martabak? Rasa keju sama coklat, gimana? Setuju?"

Raut wajah Shanju seketika berubah menjadi sedih mendengar 'martabak rasa keju-coklat'. Ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

"Shan? Jawab kek," ujar Saktia yang masih fokus dengan ponselnya.

"Rasanya yang lain aja," ujar Shania dengan suara yang bergetar. Saktia mulai menyadari kalau ada sesuatu yang tidak beres dari sahabatnya.

"EH! Lo kenapa nangis? Ada yang salah dari ucapan gue?," ujar Saktia. Ia menghampiri Shania yang membalas pertanyaannya dengan gelengan kepala.

"Haduh, ngomong dong, Shan."

Tanpa berbicara tangisan Shania berhenti secara perlahan. Tangan Saktia masih betah mengusap punggung milik Shania.

"Jadi, martabaknya masih mau nggak?," tanya Saktia ragu-ragu. Takut Shania kembali menangis.

"MAUUUUU!," ujar Shania dengan lantang sambil mengangkat tangan kanannya.

"Rasa apa? Kacang?,"

"Jangan,"

"Eh, kenapa?,"

"Dikacangin itu nggak enak, Sak."

Saktia not responding.

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Saktia berjalan ke kasur Shania dan mengambil bantal.

"Ngapain ngambil bantal? Mau tidur?," ujar Shania polos.

"Bukan,"

"Terus buat apa dong?"

Not responding again.

Tanpa banyak bicara Saktia melempar bantal tersebut ke Shania dengan sekuat tenaga.

"SHANIA KANCING! GUE SERIUS TANTE, MALAH BERCANDA!"

"TENANG DONG, SAK. GUE CUMA BERCANDA DOANG!"

"YA, UDAH TAU LO SALAH MALAH NYOLOT!"

"YA MAAF, SAK"

"INI KENAPA MASIH CAPSLOCK COBA?"

"YA MANA GUE TAU BEGE"

"UDAH AH GUE BELI MARTABAK DULU"

"RASA APEL AJA, SAK"

"KOK APEL? EMANG ADA?"

"YA BIAR GUE DIAPELIN SAMA COWOK"

"TERSERAH, SHAN, SERAH"

"MAAF (( °^°)/"

"

"Pelan-pelan, Shan, makannya."

Ini adalah potongan ke 4 yang masuk ke dalam mulutnya. Mereka berdua sepakat untuk membeli martabak rasa pisang-susu. Terus fungsi pembacaran mereka tadi yang sangat panjang dan lebar tidak ada gunanya.

"Oh iya, gue mau nanya, Shan,"

"Nawnya apah?," tanya Shania dengan mulut yang penuh oleh martabak.

"Kenapa martabak keju-coklat bisa bikin lo nangis?,"

Mulut Shania berhenti mengunyah, pandangan kosong menatap lurus kedepan. Helaan nafas dengan berat keluar dari mulutnya.

"Udah deh nggak usah drama!"

"Ish, lo ganggu aja."

Shania mulai duduk dengan tegak dan Saktia yang siap mendengarkan cerita Shania dihadapannya.

"Itu ngingetin gue sama temen kecil gue."

"Ikuti terus kisah aku dan yang lainnya ya." -Shania '( °3°)~

Continue Reading

You'll Also Like

18.1K 1.3K 11
Coming soon.... Perpisahan yang sangat menyakitkan.. Terpisah dengan orang orang yang kita cinta dan sayangi itu benar benar sangat menyakitkan sekal...
33.4K 3.1K 17
Bagaimana jika 3 orang gadis remaja tidak lolos saat audisi JKT48 dan justru malah mendapatkan tawaran sebagai boyband? Ff adaptasi dari drama berjud...
SERENE By sasa

Fanfiction

3.5K 476 8
‼️ W A R N I N G ‼️ C E R I T A I N I H A N Y A I M A J I N A S I Jangan membawa cerita ini ke kehidupan nyata yang nantinya membuat member tidak...
528K 40.7K 58
GxG 18+ (beberapa part) Medis Romance Fiksi Shani Indira natio Shania Gracia