Time Explorer: Vastata

By Nilakandiez

108K 12.7K 853

[Proses Revisi] Tumbangnya listrik malam itu menjadi pengawal petaka. Mesin waktu yang dicuri membuat para pe... More

Pengantar
0 - PROLOG [R√]
1.1 - Pencuri [R√]
1.2 - Pencuri [R√]
2.1 - Tim Jelajah Waktu [R ✔]
2.2 - Tim Jelajah Waktu [R✔]
2.3 - Tim Jelajah Waktu [R✔]
0 3 - Verirrte
0 4 - Tyrannosaurus Rex
0 5 - Neighbor
0 6 - Armbanduhr
0 8 - Verschwunden
0 9 - Rencana Hanum
1 0 - 미안해
1 1 - Gajah Mada Patih Amangkubhumi
1 2 - Sumpah palapa
1 3 - Любовь
Special chapter
1 4 - raetselhaft
1 5 - Paradox
1 6 - Panic Attack
1 7 - Alone
1 8 - Alexandria
1 9 - Aendern
2 0 - Jas Merah
2 1 - The Note
2 2 - "Tidak semudah itu, Ferguso."
2 3 - Simulasi
2 4 - Batas Takdir
2 5 - Akhir Penyesalan
0 0 - EPILOG
Akhir kata
Mohon dicek ya hehehe

0 7 - Prodigium Electric Project

2.4K 364 14
By Nilakandiez

Sudah sejak sejam yang lalu Alfan mengutak-atik jam kuno yang berhasil mereka dapatkan dengan sekuat tenaga. Alfan membuka penutup jamnya dan membongkar mesinnya. Matanya berbinar-binar kala menemukan sesuatu yang sangat berharga terselip dalam mesin jam.

"Hei! Lihat ini!"

Ketika semua anggota TET telah berkumpul, Alfan menunjukkan temuannya. Namun sayangnya reaksi mereka biasa saja. Seolah menganggap remeh benda itu.

"Itu hanya batu fan." seru Hanum.

Shera menghela napas pelan. "Mungkin bisa untuk terapi seperti batu turmalin."

Alfan mendengus. "Apa-apaan ini?! Memangnya kalian tidak tahu ya ini batu apa?!" Alfan mengacungkan batu berwarna biru gelap itu pada rekan-rekan nya.

"Sapphire?"

"Berlian biru?"

"Yang jelas itu laku di jual."

Alfan mengacak-acak rambutnya frustrasi. Tangannya bergerak menelusuri sesuatu pada komputer super canggih yang dia bawa dari zamannya. Tak lama kemudian muncul sejumlah data. "Itu batu Azurium. Sebuah sumber tenaga dari pecahan asteroid di tahun 2134. Batu ini merupakan salah satu pemicu terjadinya perang dunia ke tiga."

Melongo, itu reaksi ke enam anggota TET. Mereka tidak menyangka bahwa Azurium masih ada di dunia ini. Karena setahu mereka Azurium di hancurkan untuk meredam peperangan. Sebenarnya apa keistimewaan Azurium? Batu itu bukan batu alam sembarangan. Batu itu mampu meningkatkan energi suatu benda hingga berkali-kali lipat. Itulah alasan Azurium di perebutkan.

"Dan tubuhmu mengandung unsur Azurium." sahut Hanum.

"Eh?" Alfan tampak kebingungan.

Hanum menghela napas dan mengeluarkan sesuatu dari tas tangannya. Yaitu hasil scaner tubuh Alfan dengan jutaan titik biru. Alfan mengernyit bingung. "Kapan kau lakukan ini?"

"Saat kau tidur."

"Jadi, penyebab Alfan punya tenaga sekuat itu karena Azurium?" tanya Dareen.

"Iya tapi Azurium tidak bisa di gunakan secara langsung dan masih harus melewati beberapa proses yang cukup lama hingga aman di pakai." jelas Hanum.

Hening. Mereka masih memikirkan apa yang sebenarnya mereka hadapi saat ini. Shera menatap Hanum. "Tunggu, kau bilang melalui proses lama kan?" tanyanya dan diangguki Hanum.

"Jadi, apa yang terjadi jika kau langsung memakainya?" tanya Shera lagi, kali ini dengan sedikit menuntut.

Hanum berpikir keras. "Seingatku... Kau bisa meledak." jawabnya.

Shera menjentikkan jarinya. "Tepat sekali, lalu bagaimana bisa Alfan tidak meledak?" Hanum terdiam. Shera pun kembali melanjutkan, "Itu artinya keluargamu telah lama mengolah Azurium. Alfan mungkin merupakan proyek eksperimen dari generasi ilmuwan yang lama. Soal kotak yang diambil Fortis dari kerabat kalian itu, bisa jadi berisi jam dengan Azurium didalamnya."

"Jadi apa kesimpulannya?" tanya Alan tak sabar.

"Keluarga Hanum dan Alfan pasti telah mengolah Azurium dan bisa saja mereka ditugaskan menjaga batu-batu itu, contohnya seperti paman Aldi. Orang yang mencuri mesin waktu itu pasti tahu tentang Azurium kan?" 

Dareen terdiam. Matanya membelalak seketika. "Sialan!" umpatnya.

"Kenapa kau mengumpat padaku?!" Shera marah karena merasa umpatan itu untuknya.

Dareen memutar bola matanya malas dan menjawab,"Tidak bukan kau, Rian ada proyek rahasia yang dihentikan sejak 30 tahun yang lalu pada sektor 7. Apa kau tahu itu?"

"Maksudmu Prodigium Electric Project?" tanya Rian.

Dareen mengangguk.

"Apa hubungannya?" tanya Alfan yang sudah bingung tujuh keliling dengan ucapan berbelit-belit mereka.

"Rumornya Professor Aldi terakhir kali terlihat 30 tahun yang lalu tepat setelah proyek itu di hentikan. Ada yang bilang dulu Indonesia punya sisa Azurium. Menurutku proyek itu ada hubungannya dengan Azurium." Dareen berdiri dan mulai berjalan mondar-mandir untuk berpikir.

"Sekarang semua sudah jelas." kata Alina yang sejak tadi hanya diam menyimak. Semua pun menatapnya heran.

"Apanya yang jelas?" tanya Alan.

Alina mengambil sebuah kertas kosong dan menggambar objek lingkaran dengan tulisan-tulisan pada tiap objeknya. "Begini, proyek itu mungkin hanya bisa dijalankan dengan Azurium." Alina mulai mencoret-coret dan menarik garis panah. "Bisa jadi mereka kesulitan mengendalikan Azurium dan menghentikan proyek ini. Lalu demi keamanan Azurium, mereka menugaskan beberapa orang ke zaman lain dan menyembunyikannya. Tetapi aku rasa Alfan bisa jadi merupakan proyek Azurium yang berhasil."

Hanum mengambil alih pensil yang di pegang Alina. "Atau mungkin Azurium terlalu kuat dan akan sulit di kendalikan dalam skala besar. Alfan berhasil karena dia dalam skala kecil. Lalu yang jadi pertanyaan adalah sebesar apa proyek yang kalian maksud?" tanya Hanum pada Rian dan Dareen.

Rian dan Dareen saling berpandangan. "Sebesar gedung Starla." jawab Dareen.

"Jadi itu semacam monster?" celetuk Alfan.

"Baiklah sekarang kita buat bagannya." Alina melanjutkan mencoret-coret. "Pertama mereka mencuri mesin waktu untuk mencari Azurium. Kedua, mungkin mereka akan melanjutkan proyek itu. Ketiga, mereka akan akan menguasai dunia dengan monster itu. Dan kita mati."

Mereka terdiam selama beberapa saat. Masing-masing tengah memikirkan tentang nasib dunia yang kini berada di tangan mereka.

"Benar-benar seperti cerita fiksi. Pada akhirnya semua tokoh antagonis akan bermimpi menguasai dunia." ujar Alfan sambil merapikan kembali mesin jamnya.

"Dan kita sebagai protagonis harus menghentikan mereka." sahut Hanum.

"Aku tidak menyangka bisa sampai sejauh ini." gumam Shera. "Aku rasa ini sudah diluar kuasa kita. Ini bukan tugas kita lagi kan?"

"Apa kita harus katakan ini pada pemerintah?" tanya Alan entah pada siapa.

Dareen memalingkan wajah dan mengibas tangannya. "Percuma. Mereka tidak akan percaya. Lagipula proyek itu sudah di tinggalkan. Presiden yang sekarang kan juga sudah berganti."

"Kita bertujuh, sekarang harus berjuang sendiri." sahut Rian.

"Siapkan diri kalian."

♣♣♣

Hari ini teman sebangku Alfan terlihat lesu dan tak bersemangat. Lingkaran hitam di sekitar matanya cukup membuktikan bahwa dia tidak tidur semalam. Edward terlihat begitu menyedihkan, belum lagi seragamnya yang dipakai asal-asalan dan rambut yang acak-acakan. Edward bahkan mendadak bersikap dingin pada Alfan. Dia hanya menjawab pertanyaan Alfan dengan singkat, padat dan jelas. Seolah-olah Alfan adalah mahluk paling tidak penting di dunia ini.

"Alfan, guru bahasa Indonesia menyuruhmu ke ruang guru." ujar salah seorang siswa laki-laki bernama Dito.

"Ya." Jawab Alfan sambil melangkah keluar ruangan.

Sepanjang perjalanan ke ruang guru, matanya terus mencari keberadaan para komplotan pencuri mesin waktu. Alfan berpapasan dengan Stark, namun pria itu sekalipun tidak melirik Alfan. Alfan bersyukur karena hal itu. Sesampainya di ruang guru, dia sungguh terkejut karena melihat dua dari mereka, rupanya ada di sekolah ini pula.

Dengan langkah santai, Alfan berjalan menghampiri guru bahasa Indonesia nya yang duduk bersebelahan dengan pria yang merupakan salah satu musuhnya.

"Selamat siang bu Ivy. Ada perlu apa anda memanggil saya?" Alfan sesekali melirik pria itu yang rupanya tengah menatap tajam dirinya.

Wanita paruh baya bernama Ivy itu mengeluarkan beberapa kertas dari map birunya. "Begini Alfan, nilaimu cukup memuaskan dalam mata pelajaran saya padahal kamu itu baru saja pindah dari Amerika bukan?"

"I-iya." Jawab Alfan gugup, dia lupa kalau harusnya dia menutupi kecerdasan otaknya.

"Jadi, bagaimana bisa kamu pintar bahasa Indonesia?"

Alfan berpikir keras sambil melirik pemuda di samping bu Ivy yang kini sudah mengalihkan pandangan nya pada buku-buku. Tiba-tiba sebuah ide terbesit di otaknya. "Ah itu, aku punya guru kursus bahasa Indonesia. Aku juga suka membaca artikel-artikel berbahasa Indonesia."

"Oh begitu ya. Bukankah rumahmu dekat dengan Edward?" tanya bu Ivy.

"Benar."

"Tolong ajari dia materi-materi ini. Dia cukup bodoh dalam bahasa Indonesia." bu Ivy memberi Alfan dua lembar kertas buram berisi materi-materi bahasa Indonesia semester ini.

"Baiklah bu."

"Kau bisa kembali."

Alfan mengangguk dan segera keluar dari ruang guru tersebut. Yang jadi masalah adalah, Edward itu pintar bahasa Indonesia. Lalu kenapa bu Ivy bilang dia bodoh? Bahkan Edward pun berbicara dengan bahasa baku. Alfan merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan semua ini.

Bahkan hingga bel pulang pun Alfan tetap tidak berencana menanyakan perihal ini pada Edward. Alfan sendiri belum mendapatkan jawaban atas sikap bungkam Edward. Entah ada apa dengannya.

Alfan memutuskan pulang dengan jalan kaki bersama Edward seperti kemarin. Sepanjang perjalanan Edward tak mengatakan apa pun. Alfan yang tidak suka suasana seperti ini pun berinisiatif membuka topik, namun Edward sudah mendahuluinya.

"Katakan siapa sebenarnya dirimu!" bentak Edward.

Alfan mengernyit bingung. Apakah Edward sudah tahu tentang dirinya yang bukan manusia zaman ini? Itu yang benar-benar membuat Alfan marasa gelisah. Bisa-bisa misinya gagal saat ini juga.

"Apa maksudmu?" Alfan bertanya dengan nada sewot.

Edward mencengkram kerah baju Alfan dan membawa Alfan ke belakang semak-semak. "Kau pasti berpura-pura. Katakan saja siapa dirimu sebenarnya!" perintahnya.

Alfan melepaskan cengkraman Edward dan menyeringai. "Hah! Berhentilah bertindak bodoh Ed."

Edward merasa terhina. "Kau! Kau itu..."

"Apa?" sahut Alfan.

"Kau Alien kan!"

Hening. Sesaat kemudian Alfan tertawa terbahak-bahak. Dia cukup senang dengan fakta bahwa Edward tidak akan menebak yang aneh-aneh.

"Apa buktinya?" tanya Alfan setelah menghentikan tawanya.

"Kemarin, setelah aku menabrak pak Stark, kau mendadak menghilang. Aku mencarimu dan menemukanmu tengah berkomunikasi dengan seseorang lewat benda super canggih. Manusia tak punya benda seperti itu kan?" tanya Edward dengan senyum kemenangan.

"Sebenarnya kalau pengetahuan lebih berkembang mungkin manusia bisa saja membuat benda-benda canggih." kata Alfan. "Apa menurutmu hanya Alien yang bisa membuat benda semacam itu?"

Edward mengangguk ragu.

"Kau salah Ed. Aku sudah mengatakan nya kan tadi? Kalau ilmu pengetahuan bisa lebih berkembang dari yang kita lihat hari ini, manusia pun bisa membuat perkampungan di bulan." Alfan sedikit menyayangkan pemikiran Edward yang terlalu jauh mengenai Alien. Karena faktanya jika manusia sadar untuk lebih mengembangkan ilmu pengetahuan, maka tinggal di bulan bukanlah hal yang mustahil.

"Jangan bicara berbelit-belit! Katakan saja siapa kau!"

Alfan menghela napas dan memutar bola matanya malas. "Aku ini-"

Srek srek

Bunyi krosak-krosak yang tak biasa itu membuat Alfan menghentikan ucapannya. Alfan mencoba mendekati semak-semak di belakang Edward.

"Apa yang kau lakukan?!"

Alfan tak memperdulikan pertanyaan nirfaedah Edward. Dia penasaran dengan apa yang ada di balik sana. Alfan menyibak semak-semak dan menampakkan wujud dari siapa pelaku bunyi aneh itu.

Seorang pria berpakaian tertutup langsung berlari menjauh. Alfan bisa mengenali siapa itu. "Hei! Berhenti kau!" teriaknya sambil berlari mengejar pria itu.

Edward mau tak mau berlari juga demi mengetahui siapa sebenarnya Alfan atau sekedar memastikan bahwa Alfan memang Alien berwujud menyurupai manusia seperti Fang dan Kapten Kaizo dalam serial animasi Boboiboy yang biasanya ditonton adiknya.

♣♣♣

Hanum dalam situasi yang tidak menguntungkan. Tiga musuh sekaligus berada dalam satu ruangan dengannya. Perkiraan Alfan mengenai mereka juga tersebar di sini sama sekali tidak meleset. Wajah mereka mudah dikenali Hanum. Yang pertama, seorang pria bertubuh gempal yang sempat dia lihat di acara pelelangan, Dick. Kedua, pria bertubuh tinggi kurus kering bernama Lokus. Dan yang terakhir adalah seorang wanita paruh baya dengan luka bakar di wajahnya, Helga.

Mereka bertiga suka mengasing dan berdiskusi sendiri tiap waktu istirahat makan siang. Dan itu telah membuktikan bahwa mereka bukan sekedar kenal, namun saling bekerjasama. Mereka juga tengah mengerjakan proyek aneh. Mutation Genetics, setidaknya itu yang Hanum dengar dari bisik-bisik orang di sekitarnya. Mungkin proyek itu terdengar menarik bagi manusia di zaman ini, tapi bagi Hanum itu adalah bencana. Dan dia harus mencegah bencana itu terjadi.

Maka hari ini tekadnya sudah bulat. Hanum akan mengintai mereka diam-diam saat semua orang di laboratorium sudah pulang. Hanum mengikuti mereka bertiga, tak lupa memasang alat untuk menghilangkan jejak panas di tubuhnya karena Hanum yakin mereka membawa serta sensor panas.

Ketiganya berjalan menuju sebuah pintu kayu di bagian terdalam dari laboratorium. Mereka membuka pintunya dan turun melalui tangga dari palang besi berkarat mengikuti langkah ketiga orang itu. Mereka tidak menyadari kehadiran Hanum disebabkan gelapnya ruang tangga. Ketika sampai ditengah-tengah, Helga menyadari sesuatu. Dia pun berhenti melangkah, otomatis kedua teman di atasnya berhenti pula. Dan di disinilah kejanggalannya. Ketika mereka berhenti, masih ada langkah lain yang terus melangkah turun. Hanum yang menyadari posisinya berbahaya pun segera memasang tali dan pengait di sebelahnya lalu turun mendahului mereka tanpa suara dan segera bersembunyi setelah sampai di dasar.

"Tadi itu... Kaki siapa?" tanya Helga dalam kegelapan.

"Mungkin ada mengikuti kita." sahut Dick dengan suara baritonnya.

"Siapapun itu dia sudah hilang atau mungkin berhenti juga." ujar Lokus.

Helga berpikir keras. "Lokus! Nyalakan senter!" perintahnya.

Lokus pun segera menyalakan senter dan menyoroti atasnya, namun tak ada siapa pun di sana. "Tidak ada apa-apa el!" serunya.

Helga menghela napas lalu melanjutkan jalannya di ikuti kedua rekannya. Sesampainya di dasar, mereka menyalakan penerangan. Hanum langsung tahu bahwa tempat ini adalah sebuah bunker, tapi anehnya dia baru tahu ada bunker di gedung laboratorium pemerintah ini.

Hanum melongok sedikit dari tempat persembunyiannya. Pandangannya menangkap sosok mereka bertiga yang tengah berbicara pada seseorang di sebuah layar LCD super besar. Wajahnya tidak jelas, tapi suaranya jelas terdengar di telinga Hanum. Gadis itu menegang seketika merasa familier deng suara itu. Sayangnya Hanum lupa siapa pemilik suara berat namun nadanya lembut dan agak mengintimidasi.

"Jadi kalian sudah temukan Azurium?"

"Kami sudah mendapat beberapa." jawab Helga.

"Bagus, segera selesaikan misi proyek mutasi itu dan lanjutkan Prodigium Electric Project!"

"Baik, Master." kali ini Lokus yang menjawab disertai senyum kepuasan.

"Lalu, rencana B berhasil?"

"Kami masih menyelidiki pelaku di balik acara lelang itu." ujar Dick, "Bisa jadi mereka kiriman pemerintah."

"Masalah pemerintah bisa ku atasi. Aku memegang kendali parlemen."

Seketika Hanum berjengkit kaget. Hanum menyadari rencana mereka.

"Pemberontakan ini tidak boleh gagal." pria dalam layar LCD itu menjeda kalimatnya. "Menundukkan dunia di bawah kaki kita bukanlah hal yang mustahil."

"Fokus saja pada tugas kalian."

Setelah itu layar LCD mati. Hanum tertegun. Takut, terkejut, dan panik jadi satu. Sekarang dia tahu apa yang sebenarnya terjadi, kudeta. Kudeta untuk menggulingkan pemerintahan dan menguasai dunia. Hanum harus memberi tahu timnya. Dia pun mengirim pesan singkat tentang apa yang dia dengar pada Rian.

Hanum segera mengirim pesan lagi agar Rian menjemput nya. Setelah itu ia melongok lagi ke tempat mereka bertiga. Rupanya mereka tengah mendiskusikan sesuatu mengenai proyek mutasi genetik.

"Dengar, jika hasil ini berhasil, maka kita bisa langsung membawanya ke zaman kita." seru Helga, "Jika gagal, maka kecil kemungkinan nya kita bisa mendapat peran dalam aksi puncak kudeta."

Lokus tampak membersihkan lensa mikroskop nya. "Aku sudah punya gambaran mengenai ini." lalu dia menatap kedua rekannya. "Kita hanya perlu menguji beberapa DNA dan lakukan peninjauan."

Hening.

"Keberhasilan ini berpengaruh pada Master. Dia ingin Clark menjadi lebih kuat." ucap Dick.

Helga mendengus. "Untuk apa mengerjakan ini kalau tujuan utama kita adalah proyek prodigium?!" runtuknya kesal.

"Entahlah tapi aku punya firasat buruk mengenai ini." ucap Lokus dengan nada pasrah.

Hanum bingung sekarang, siapa itu Clark dan apa yang sebenarnya terjadi? Mendadak muncul notifikasi pesan di ponselnya. Rupanya Rian sudah sampai di depan laboratorium. Tetapi tak lama kemudian, Rian mengirim pesan lagi 'ada sesuatu yang gawat. Cepatlah!' kira-kira begitu isinya.

Hanum, tanpa sepengetahuan mereka bergerak cepat ke saklar lampu dan mematikannya. Dia pun segera memasang pengait dan tali, Hanum naik dengan cepat karena tarikan talinya. Ketika dia telah sampai di puncak, listrik menyala dan membuat Helga berteriak panik. Hanum yang sudah kebingungan itu pun langsung ke luar dari laboratorium dan segera berlari menghampiri Rian yang sudah siap dengan mobilnya.

"Apa kau sudah gila?!" bentak Rian begitu Hanum masuk ke dalam mobil.

Hanum mengatur napasnya. Dia masih mencoba mencerna apa yang baru saja dia lihat dan dengar. "Jalankan mobilnya!" perintah Hanum yang sudah kelewat panik.

Tanpa basa-basi Rian segera melajukan mobil itu. Setelah dirasa Hanum sudah cukup tenang, Rian kembali bertanya, "Kau ini kenapa?"

"Panjang ceritanya." Hanum menghela napas lelah. "Keadaan gawat apa yang tadi kau maksud?" Hanum balik bertanya.

"Kami baru saja mendapat pesan dari masa depan. Mr. Jane bilang Seluruh sepatu dari pabrik Dallas Airforce tiba-tiba menghilang. Apa ini ada hubungannya dengan kekacauan waktu?"

"Apa?!"

♣♣♣


TBC

Maaf ya kelamaan gak update
Aku agak sibuk. Nanti ku usahakan nulis marathon.

Inilah awal dari konfliknya...
Semoga kalian tetap betah ya bacanya...
Semoga paham maksud cerita ini
Semoga makin penasaran

Btw, kalian tau gak apa amanat cerita ini? Udh dapet blm?

Salam petualang

🐥 (ayamnya sehun)

Continue Reading

You'll Also Like

12.4K 909 20
Harap maklumi cara mengetik cerita pertama💁‍♀️
5.4K 344 20
Semua Survivors dari Broken City sampai ke tempat lain yang tidak jauh beda anehnya. Tempat itu berisi 'makhluk-makhluk' aneh. Mereka diberi kesempat...
399K 34.3K 59
[Follow sebelum membaca!] "Kamu apaan, sih? Jangan aneh-aneh, kamu masih sekolah." "Emang kalo sekolah, gak boleh jatuh cinta?" "Tapi nggak sama aku...
6.3K 738 100
M O N O P O E M A Kuambil kembali apa yang tidak pernah kumiliki.