Be My Wife (Complete)

By arohaBEBE

908K 26.6K 2.3K

18++++ Yohana Mulyono harus mau menerima perjodohan yang diajukan oleh neneknya, orang yang telah merawat dan... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
59-60
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89 (Tamat)
90 (extra 1)
91 (extra 2)
Cuap2
92 (extra 3)

30

10.1K 146 14
By arohaBEBE

Selamat membaca.

Ada typo tolong dimaafkan.

Gamsahamnida....

Ket: ini aku publish ulang karena yang tadi pagi hilang..hiks hiks hiks. Semoga ini ga hilang lagi.

& & & & & & & & & & & & & & &

30. Be My Wife

Melindungi.

Satu jam sebelum peristiwa.

Suasana saat ini ramai, tiap orang sibuk dengan tugas masing-masing. Semua petugas kebersihan sibuk dengan persiapan acara promosi yang akan diselenggarakan perusahaan. Termasuk juga Yohana yang sudah satu bulan lebih masih menutupi status pernikahannya dan masih bekerja sebagai pegawai biasa. Deby dan Bima adalah orang yang mengetahui status dari Yohana.

Deby memandang kesal pada teman karibnya.

"Kenapa?" tanya Yohana polos.

Saat ini Deby dan Yohana sedang ditugaskan untuk membereskan peralatan yang biasa digunakan petugas kebersihan, di ruang khusus penyimpanan alat-alat.

Deby mendengus "Kamu." Tunjuk Deby pada Yohana "Kapan mau keluar?" tanya Deby dengan sengit.

"Deby...kamu tenang saja, sebentar lagi aku pasti kasih tahu teman-teman dan berhenti bekerja." Jawab Yohana dengan muka memelas supaya dimengerti.

Bahu Deby luruh "Yoh...aku hanya tidak mau berurusan dengan suami-mu itu, kalau terjadi sesuatu saat kamu bekerja." Ujar Deby memberi penjelasan. "Segeralah kamu beri tahu teman-teman yang lain." Saran Deby.

Yohana mengangguk "Aku kan juga sudah ikutin saran kamu." Ucap Yohana lemah.

Mata Deby menyipit "Saran yang mana?"

Pipi Yohana merona, ia mengulum senyum.

"Saran untuk kalian tidur satu ranjang?" pertanyaan itu dijawab anggukan oleh Yohana, membuat Deby memutar bola matanya, malas. "Yohana, kamu kan sudah aku kasih tahu kalau suami mu itu mengeluh sakit." Ujar Deby menahan marah dan gemas.

"Iya...Deb, lagi pula bukan aku yang menyuruhnya untuk tidur di sofa." Yohana membela diri.

"Iya. Tapi apa kamu mencegahnya?" tak ada jawaban "Enggak kan? Kalian itu sudah suami istri Yohana..."

"Aku kan sudah minta Pak Im untuk tidur di kamar. Kita sudah tidur satu kamar Deby..." Yohana menjelaskan dengan muka yang merah, malu.

"Bagus. Memang harus begitu. Aku fikir Pak Nuel sakit pinggang karena kalian rajin bikin keponakan untuk aku...mmmppphhh..." ucapan Deby terbungkam oleh telapak tangan Yohana.

"Ssssstttt...." Desis Yohana lirih. "Kita enggak ngapa-ngapain kok..." ujar Yohana masih dengan muka lebih merah.

"Kok bisa?" tanya Deby tak percaya. Tangan Yohana sudah tidak membungkam mulutnya.

Yohana menceritakan pada Deby perihal hubungannya dengan Immanuel, suaminya. Setelah liburan ke Bali, Nuel mengajak Yohana ke desa dan mereka tabur bunga dipusara nenek Rini. Di desa mereka menginap dua hari, untung saja Paman dan Bibi Yohana selalu merawat rumah Nenek Rini sehingga Yohana dan Nuel bisa menginap disana. Setelah liburan satu minggu itu mereka kembali ke kota yang penuh hiruk pikuk ini. Nuel membawa istrinya itu ke apartement miliknya. Nuel menyuruh Yohana untuk tidur di kamarnya, sedangkan Nuel tidur disofa depan tv.

Nuel juga memberitahukan alasan mereka pisah tempat tidur. Nuel menunggu hingga Yohana siap sepenuhnya, dan Nuel tidak pernah memaksa Yohana. Tapi Yohana tidak serta merta bebas tugas, ia tahu statusnya sebagai seorang istri, ia melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan seorang istri.

Hingga sampai Deby memberitahu bahwa Direkturnya itu mengeluh sakit pinggang karena posisi tidur yang tidak nyaman. Deby mendengar pembicaraan Direktur dan sekretaris secara tidak sengaja, saat bertemu dengan teman karibnya ia berniat menggoda, malah yang ia dapat adalah cerita bahwa suami istri yang baru saja menikah tidak tidur satu ranjang. Deby dengan galak memarahi Yohana meminta temannya itu untuk bisa membujuk suaminya agar tidur satu ranjang.

"Kan aku sudah cerita ke kamu Deb. Kalau Pak Im ingin aku siap." Lirih Yohana, wajahnya terlihat murung.

Deby mendengus "Terus kapan kamu siap?" tanya Deby sinis, Yohana menggeleng serta mengedikan bahu. Deby terhenyak ia ingat dengan cerita Miko. "Tunggu..." tangan kanan Deby terangkat didepan dada, tanda stop "Kamu bilang, kamu dan Pak Nuel belum melakukan itu. Tapi...waktu kamu telepon pagi-pagi..."

Kini Deby yang bercerita tentang telepon Yohana di pagi hari yang diangkat oleh Miko. Betapa malunya Yohana karena ia menimbulkan salah paham. Ia mengalami keseleo dikakinya karena Yohana kembali ceroboh dan suaminya membantu memijat supaya lekas sembuh. Yohana tidak ingat bahwa sebelumnya ia mencoba menelepon Deby, dengan sembarangan meletakan ponsel yang masih menghubungkan panggilan.

Kembali bahu Deby luruh, ia tidak paham dengan kisah Yohana. "Sudahlah...yang terpenting kamu segera memberitahu status mu pada teman-teman. Sehingga tidak terjadi salah paham."

Yohana mengangguk.

"Deby. Yohana. Kalau kalian sudah selesai, tolong kalian turun bantu di bawah ya.." ucap salah seorang temannya yang baru saja masuk ke ruangan dimana Yohana dan Deby bertugas, untung saja obrolan mereka telah selesai. Mereka menjawab bersamaan, mengiyakan.

&

&

&

kembali ke peristiwa...

"Selamat siang Pak Gideon." Sapa seorang karyawan dari bagian promosi.

Gideon mengangguk "Bagaimana persiapannya?" tanya nya sambil memperhatikan kesibukan yang tengah dilakukan para pegawainya. Karyawan itu menjelaskan secara detail langkah apa yang akan divisi mereka jalankan, Gideon tersenyum mendengar bahwa hal itu baik.

Gideon melangkah menuju seseorang yang sedang berdiri dengan arah pandang pada satu titik obyek.

"Dia rajin." Ucap Gideon setelah berdiri di dekat orang tersebut, membuat kegiatannya terhenti karena ucapan Gideon.

Sebuah senyuman terbit di bibirnya.

"Kenapa kamu masih biarkan dia untuk bekerja?"

"Dia ingin bekerja sebelum dikenalkan ke hadapan publik. Dan dia sendiri yang ingin memberitahu teman-temannya tentang statusnya. Aku juga tidak ingin terlalu mengekangnya."

Gideon mengangguk-angguk "Sampai kapan? Seharusnya kamu cepat memberitahu pada dewan tentang status mu Nuel." Raut muka Gideon serius.

Nuel menoleh menatap saudaranya, bergeming, kemudian kembali pada obyek yang tadi tengah diamatinya.

"Itu penting Nuel."

Nuel samar menghela nafas pelan kemudian mengangguk perlahan namun tegas. "Pasti kak. Dewan pasti akan segera tahu."

Itu hanya masalah waktu. Dan bagaimana nasib kita akan menjadi jelas. Aku akan melindungi apa yang menjadi hak-ku. Lanjut Nuel dalam hati.

Nuel dan Gideon mengamati pegawai-pegawai mereka yang bekerja dengan serius dan cekatan. Gideon kemudian meninggalkan Nuel yang masih setia memandangi istrinya, walau tidak kentara oleh yang lain tapi Gideon tahu betul arah pandang adiknya.

Teriakan-teriakan dari pegawai-pegawai itu membuat suasana kerja menjadi lebih bersemangat untuk dapat menyelesaikan dengan baik dan tepat waktu.

"Hei! Awas hati-hati pemasangannya ya!" teriak seorang mandor yang mengawasi anak buahnya memasang kayu dibagian atas. Mereka sedang mendirikan sebuah panggung.

Nuel berjalan menuju obyek yang sejak tadi ia amati, Ia hanya ingin sekedar menyapa. Nuel berjalan perlahan sambil mengedarkan pandangannya ke sekitar, seolah ia sedang mengawasi kegiatan yang sedang berlangsung, tapi nyatanya ia ingin menuju satu titik. Bahkan ia juga sempat mendengar pegawai dari bagian yang sama dengan istrinya sedang membicarakan istrinya.

Langkahnya hampir sampai pada tujuannya, jaraknya tinggal 50 kaki. Ia mendengar istrinya itu berdebat sebentar sebelum ia menuruti perintah kepala bagiannya. Melangkah dengan riang tanpa beban, membuat hati Nuel ikut senang. Pelan Nuel mengikuti langkah riang itu.

"Awas!" teriakan seorang pegawai yang ada diatas membuat semua orang menoleh ke asal suara. Kemudian disusul teriakan-teriakan selanjutnya dan jeritan dari yang lain.

Apa daya. Tubuh itu sudah tergeletak tak berdaya.

Membuat semua mata yang membelalak horror dengan peristiwa yang baru saja terjadi. Mulut mereka mengangga, tubuh mereka kaku.

Tubuh mungil itu menggeliat, matanya tertutup rapat kini mencoba mengerjap.

Yohana jatuh, ia tahu betul kayu dari atas itu mengarah padanya, membuat ia tidak bisa bergerak untuk menghindar karena terlalu kaget.

Yohana membayangkan bagaimana sakitnya tertimpa balok kayu panjang yang mengarah padanya. Ia tahu kalau ia terjatuh, tapi ia tidak merasakan sesuatu menimpanya. Ada terpaan hawa panas dipuncak kepalanya, Yohana bisa merasakan dada yang naik turun akibat cemas. Tapi...itu bukan dirinya. Perlahan Yohana mengerjap dan membuka matanya yang tertutup rapat karena peristiwa yang menimpanya.

Yohana menyadari ada lengan kekar yang tengah mengungkungnya dalam satu dekapan, posesif. Yohana mencoba mendongak menatap pada yang ia tindih saat ini. Betapa terkejutnya ia setelah ia benar-benar menatap orang yang berada dibawahnya. Yohana mulai tergugu, ia jelas melihat wajah yang sedang menahan rasa sakit. Rasa sakit yang seharusnya ia alami.

"Pak... Pak Im..." ucap Yohana dengan gemetar.

Bersambung.

(13 Januari 2018)

# 527 – Romance

& & & & & & & & & & & & & & &

Hai teman2...gimana part 30? Absurd yak? Hehehe. Maaf.

Kadang aku buat alurnya, maju mundur. Tapi cantik atau enggak itu pendapat teman2 masing2 karena aku bukan Syahrini yang...maju mundur cantik. Hehehe (Garing yak leluconnya? Wkwk)

Terima kasih tetap mau membaca BMW sampai part 30.

Bagi teman2 yang lain yang menemukan cerita BMW dan mendapatkan part-nya tidak lengkap. Aku beri tahu bahwa sebagian part di private secara acak alias suka-suka aku yang private. Hehehe. Maaf ya...

Terima kasih buat teman2 yang mau baca dan vote buat cerita Immanuel dan Yohana.

Sehat selalu teman2 ^_^

Pesan : karena peminat Wattpad banyak, akhir2 ini Wattpad sedang mengalami gangguan. Tapi aku yakin pihak Wattpad akan segera memperbaikinya bahkan aku yakin pihak Wattpad akan menambah performanya. Semangat Wattpad!!!

Continue Reading

You'll Also Like

563K 40.8K 39
Adhitama Malik Pasya pernah menikah dengan gadis belia. Satu bulan pernikahan, lelaki itu terpaksa bercerai dari istrinya. Tujuh tahun berlalu, ia t...
2.2M 31.7K 27
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
1.3M 5.6K 16
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
333K 26K 36
Warning!!! Ini cerita gay homo bagi yang homophobic harap minggir jangan baca cerita Ini ⚠️⛔ Anak di bawah umur 18 thn jgn membaca cerita ini. 🔞⚠️. ...