[2] Daddy Ale × IDR ✔

By maulidaza

381K 29.4K 1.7K

[COMPLETE] -SEQUEL SOSIAL MEDIA- Kehidupan (Namakamu) dan Iqbaal setelah menikah sangatlah bahagia. Namun, ki... More

1. Anak?!
2. Lap Mobil
3. Pak Septi
5. Makan Siang dan Reuni
6. "Secepatnya, Ma"
7. Tiga bulan?!
8. Hati dan Logika
9. Eiffel Im in Love
10. Brand New What
11. Pulang
12. Aku percaya
13. Kamu minum?
14. Aku hamil, Baal
15. Dia anak aku
16. Tanpa dia
17. Satu doang?
18. Egois
19. Kehilangan
20. Rencana
21. Maaf, Sha
22. Dia anak kami
23. Ice Cream
24. Sini, aaa
25. A Night With Daddy
26. Ngompol
27. Nostalgia
28. Baby
Cerita Iqbaal Baru!

4. Maaf, sayang

13.7K 1.1K 30
By maulidaza

Iqbaal dan (Namakamu) sampai dirumah pada pukul setengah tujuh malam. Macet benar-benar menyita banyak waktu. (Namakamu) sudsh keluar dari mobil jika Iqbaal tidak mengunci pintu mobilnya.

''Buka.''

''Maafin aku. Aku kan cuma--''

''Buka. Nanti nggak keburu Maghriban. Belum masak.''

Karena alasan yang (Namakamu) punya begitu kuat, Iqbaal mengalah dan membiarkan istrinya masuk rumah terlebih dahulu.

''Udah sholat, (Nam)?''

''Udah. Kamu sholat sana. Abis itu kita makan,'' ujar (Namakamu) dingin. Ia masih sibuk menata makanan yang tadi dimasak setelah mandi.

''Iya aku sholat dulu.''

Beberapa saat kemudian Iqbaal keluar dari kamar dan mendapati (Namakamu) duduk di sofa sambil mengetik sesuatu di notebook. Di meja depan sofa ruang TV sudah ada dua porsi nasi beserta lauk dan minumnya.

''Kok kamu nggak makan, (Nam)?'' tanya Iqbaal khawatir.

''Nunggu kamu.''

Dua kata itu cukup membuat hati Iqbaal sedikit lega. ''Kenapa makanan dipindah kesini?''

''Bukannya mau makan sambil nonton TV?''

Iqbaal terkekeh kecil. Ia duduk disebelah (Namakamu) yang masih sibuk. Sebetulnya, ia ingin, makan sambil nonton TV. Tapi jika ia melakukannya, ia akan kehilangan sesuatu. Quality time untuk mengobrol dengan istrinya.

''TV nya nyalain. Biar kamu bisa mulai makan.'' (Namakamu) menunjuk remot dengan dagunya.

''Nggak usah pake TV. Aku makannya nunggu kamu selesai tugasnya.''

(Namakamu) menghela napas panjang lalu menutup notebooknya dan meletakkan benda itu di coffe table sebelah sofa.

''(Nam), aaa.'' Iqbaal mengisyaratkan (Namakamu) untuk membuka mulutnya.

''Aku bisa sendiri, Baal,'' tolak (Namakamu).

''Ish. Aaa sayang ...'' kini Iqbaal malah sengaja menabrak-tabrakan ujung sendok yang penuh itu ke bibir (Namakamu).

Karena melihat wajah Iqbaal yang sangat bertekad itu, (Namakamu) tidak tega. Jadi ia mulai membuka mulut. Dan saat (Namakamu) mengunyah, Iqbaal tersenyum lebar yang menunjukkan betapa bahagianya lelaki itu kini.

Maaf, tujuanmu hanya ingin menunjukkan rasa sayangmu. Caramu menyampaikannya, berbeda dengan caraku menerimanya. Maaf, sayang.

***

Sampai jam 9, (Namakamu) menemani Iqbaal menonton TV sementara ia menyelesaikan tugas artikel itu. Tinggal seperempat lagi.

''Istirahat dulu, kamu, (Nam). Tidur sebentar. Aku bangunin deh.''

(Namakamu) menggeleng. Seharusnya Iqbaal tahu kalau ia tidak suka meninggalkan pekerjaan ditengah jalan.

''Bebal ya kamu,'' keluh Iqbaal mendekatkan posisi duduknya dengan (Namakamu). Ia meraih notebook wanita itu di meja lalu berdiri. ''Aku ke kamar sebentar. Notebook, jangan disentuh.''

Sesuai perintah Iqbaal, (Namakamu) tidak menyentuh laptopnya. Melainkan tidur di lengan sofa dengan keadaan duduk.''(Nam), bangun dulu yuk bentar. Pegel leher kamu kalo begitu caranya.''

Karena belum sepenuhnya terlelap, (Namakamu) mengikuti bagaimana Iqbaal mengatur posisi tidurnya. Karena sofa ruang tamu mereka bisa dibuat jadi tempat tidur, kepala (Namakamu) Iqbaal letakkan di dadanya jadi ia bisa memeluk wanita kesayangannya itu.

''Udah, tidur lagi.'' titah Iqbaal sambil mengelus-elus pipi (Namakamu) yang halus. ''Nanti jam 3 aku bangunin ya. Janji.''

''Kamu? Besok kerja.'' ucapan (Namakamu) sudah tidak begitu jelas.

Iqbaal terkekeh pelan. ''Besok aku nggak ngantor. Tidur, sayang.''

Wanita itu tidak menjawab karena sudah terlelap dalam mimpi. Sebetulnya ia tidak tega membiarkan suaminya begadang hanya agar ia bisa menyelesaikan tugas tanpa kelelahan.

Pukul 00.30

Film kedua yang Iqbaal tonton. Beberapa kali ia bangkit ke dapur untuk membuat kopi hangat. Walau rasa kantuk belum datang, Iqbaal hanya mengantisipasi.

Pukul 01.55

Iqbaal kembali membuat gelas ketiga kopinya. Matanya sudah tidak bisa toleransi lagi. Karena itu, Iqbaal menyenderkan kepala ke pundak (Namakamu) yang tertidur.

Pukul 03.10

(Namakamu) terbangun karena merasakan deru nafas hangat di lehernya. Saat ia menoleh, Iqbaal sedang tertidur dengan pulas di pundaknya. Mata (Namakamu) meneliti ruang TV. Ada beberapa gelas kopi yang sudah kosong dan semangkok mie yang belum habis. Seharusnya ia marah karena Iqbaal melanggar janjinya.

Namun entah mengapa, melihat Iqbaal terlelap disampingnya, TV yang belum mati, gelas-gelas kopi, dan benda lainnya. (Namakamu) bisa merasakan perjuangan Iqbaal untuk melawan kantuk demi dirinya.

Jika dipikir, sebenarnya Iqbaal juga pasti lelah di kantor. Ditambah projek relasi dengan pengusaha Austria yang banyak menyita waktu dan tenaga. Bisa dibilang waktu tidur Iqbaal berkurang drastis.

''Makasih, ya.'' (Namakamu) mengelus rambut Iqbaal lalu mengambil notebooknya dan diletakkan dipahanya yang tertutup selimut.

Tepat pukul setengah lima subuh, pekerjaan (Namakamu) selesai. Ia mengistirahatkan mata dengan membuka Instagtam. Sudah beberapa minggu ini (Namakamu) semakin malas berhubungan dengan sosial media. Setelah semakin dewasa ia menyadari bahwa komunikasi verbal itu lebih berarti dan tak tergantikan.

Dan sudah lama juga ia tidak meng upload foto di Instagram. Semenjak menikah, Iqbaal dan (Namakamu) mempunyai akun berdua. (Namakamu) berniat mengupload fotonya dengan Iqbaal beberapa hari lalu.

INSTAGRAM

18.562 ↪3.868

iq(nam)_dhiafakhri ☀ma' fav lele whole time

(Namakamu) terkekeh saat melihat foto mereka. Dirinya, juga Iqbaal terlihat konyol.

Asyik bermain Instagram membuat (Namakamu) lupa untuk membangunkan Iqbaal agar sholat subuh. ''Baal, Baal, sholat dulu yuk.'' (Namakamu) menepuk-nepuk pipi Iqbaal pelan.

Setelah dirasa suaminya mulai terbangun, (Namakamu) menarik selimut yang sedari tadi menutupi mereka berdua dan melipatnya dengan rapih. Iqbaal mengerjapkan mata beberapa kali. Lalu saat benar-benar terbangun ia mencekal pergelangan tangan (Namakamu).

''Udah bangun?''

''Maafin aku ya. Ketiduran,'' ujar Iqbaal dengan mata sayu. Sepertinya ia masih mengantuk.

''Iya, bangun. Kita sholat, sarapan, abis itu kalo kamu mau tidur lagi nggak apa-apa.'' karena melihat Iqbaal kembali memejamkan mata (Namakamu) menahan agar mata itu tidak tertutup. ''Sholat dulu, Lele.''

''Nghh, iya ...'' lenguh Iqbaal kembali terbangun dan duduk. Ia tersenyum melihat istrinya yang kini duduk disebelahnya dengan wajah heran.

''Kalo udah bangun, wudhu sana. Kita sholat. Abis itu sarapan. Baru deh tidur lagi. Yuk.''

Iqbaal mengerjapkan matanya beberapa kali dengan lucu. ''Kamu nggak kerja lagi? Yes!''

''Enak aja! Maksudnya, kamu yang tidur lagi.'' (Namakamu) mendorong pelan bahu Iqbaal karena lelaki itu salah pengertian. ''Wudhu dulu ya ampun. Susah banget sih. Gimana anaknya ntar coba?''

''Ya anak kita kayak kamu aja. Jangan kayak aku. Tapi kalo cowok mukanya harus ganteng kayak aku,'' celetuk Iqbaal bangga dengan dagu terangkat sedikit.

''Bawel. Itu belek dimana-mana,'' omel (Namakamu) sambil mencoel sedikit ujung mata Iqbaal. ''Dua kali ya aku ngomong. Tiga kali ...''

Tangan Iqbaal bergerak keatas kepala (Namakamu) dan menepuknya beberapa kali. ''Iya ini aku mau wudhu. Sholat bareng, ya.''

Ketika Iqbaal keluar dari kamar mandi, sofa ruang tamu bentuknya sudah seperti semula lagi. Bungkusan-bungkusan yang tadinya berserakan sudah tidak ada. Istrinya benar-benar jago merapihkan ruangan.

''(Nam), kamu ngapain lagi?''

''Nggak kok.'' (Namakamu) tersenyum sekaligus menutup notebook ditangannya. ''Udah wudhu?''

Iqbaal mengangguk-angguk. Tangannya sudah memegang sajadah berwarna putih. ''Mulai ya?'' tanyanya pada (Namakamu) yang sudah berbalut mukena.

''Hmm.''

Iqbaal mengambil napas kemudian mengangkat tangannya sejajar telinga. ''Allahuakbar.''

***

Lagi-lagi (Namakamu) dipanggil ke ruangan Pak Sep. Namun kali ini ia tidak tahu alasannya. Jadi (Namakamu) memilih untuk diam dan menunggu.

Baiklah, (Namakamu) tidak tahan penasaran terus menerus. ''Maaf, Pak. Kalau boleh saya tau, kenapa saya dipanggil ya?''

''Kemarin kata Agis, kamu pulang jam 4. Lalu tugas kamu kenapa nggak dikirim ke saya tadi malam?''

''Sa-saya ketiduran, Pak. Tapi sekarang berkasnya udah saya bawa, kok.''

Septian mengangguk-angguk lalu seketika menatap tajam (Namakamu). ''Yang kemarin ... Siapa?''

''Iqbaal, Pak.''

Langsung saja Septian menjadi kikuk. ''Maksud saya, siapanya kamu? Abang?''

''Bukan, Pak.''

''Terus? Pacar?''

(Namakamu) hanya diam karena sibuk mencerna maksud dibalik pertanyaan ini. ''Dia itu ...''

''Yaudahlah. Nggak usah dibahas lagi, lah. Nanti kita semua, satu kantor makan siang bareng.''

''Oh, oke, Pak. Terimakasih. Saya permisi,'' pamit (Namakamu) sebelum membuka knop pintu ruangan Septian.

''Panggil saya Sep saja. Nggak usah kaku-kaku banget.''

Dan sekarang (Namakamu) yang menjadi kikuk. Ia merasa bersalah kepada Iqbaal karena tidak memberitahukan status mereka. Toh Iqbaal juga melakukan itu kok. Jadi, ya santai saja.

🙇

Bersambung...


Semoga suka sama chapter ini

xoxo, M💚

Continue Reading

You'll Also Like

493K 30.9K 36
Dijamin baper!!!??? Pacaran setelah menikah? Ya begitulah hubungan Jungkook dan Rose yang notabenenya dijodohkan oleh kedua orang tua mereka di umur...
3.1M 225K 126
"Dek, mau jadi pacar Abang gak?"
434K 34.2K 58
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
110K 7.7K 62
CERITA SUDAH TAMAT - PART MASIH LENGKAP Ini adalah kisah dimana Iqbaal berusaha keras mengembalikan senyum yang benar-benar dia rindukan dari seorang...