Crystal Snow ✔

By jeonruu

38K 4.8K 522

[Completed] Asrama Bangtan tiba-tiba kedatangan gadis tak diundang. Gadis itu rapuh dan penuh luka di sekujur... More

PROLOGUE
CHAPTER 1
CHAPTER 2
CHAPTER 3
CHAPTER 4
CHAPTER 5
CHAPTER 6
CHAPTER 7
CHAPTER 8
CHAPTER 9
CHAPTER 10
Wait~wait.. Let me breathe
CHAPTER 11
CHAPTER 12
CHAPTER 13
CHAPTER 14
CHAPTER 15
CHAPTER 16
CHAPTER 17
CHAPTER 19
CHAPTER 20
CHAPTER 21
CHAPTER 22
CHAPTER 23
Flashback Memories
Question
CHAPTER 24
CHAPTER 25
CHAPTER 26
CHAPTER 27
CHAPTER 28
CHAPTER 29
CHAPTER 30
CHAPTER 31
CHAPTER 32
CHAPTER 33
CHAPTER 34
CHAPTER 35
CHAPTER 36
A Letter from Taehyung
A Letter from Yoojung
Another Destiny - Only If [Fin.]

CHAPTER 18

652 95 11
By jeonruu


Yoojung duduk termenung menatap keluar jendela di ruang tengah. Ia duduk di kursi kayu yang memang sengaja di taruh di dekat jendela dengan sebuah nakas yang di atasnya terdapat sebuah tanaman hias. Di luar rumah ia dapat melihat pohon buah persik yang mulai berbuah. Halaman depan rumahnya terlihat sangat terawat karena Dongha memang rajin merawatnya tak peduli betapa sibuknya dia dengan perusahaan.

Selepas kuliah tadi, Yoojung langsung kembali pulang. Jam menunjukkan pukul 4 sore ketika ia telah selesai membersihkan diri dan kamarnya. Tak ada yang bisa ia lakukan lagi dan itu benar-benar membuatnya bosan. Menonton Tv pun bukan hobinya. Bagi Dongha dan Yoojung, televisi di rumahnya hanya sebagai pajangan saja. Jarang sekali mereka menyetelnya. Kalaupun iya, itu hanya Dongha yang menonton pertandingan bola di tengah malam.

Jari telunjukkan mengetuk-ngetuk kaca jendela ketika seekor kupu-kupu kecil lewat dan hinggap sebuah tanaman yang menyembul di balik jendela. Kupu-kupu kuning itu kembali terbang begitu mendengar bunyi ketukan kaca jendela. Iris Yoojung mengikuti arah kupu-kupu itu terbang. Lantas ketika serangga itu menghilang dari pandangannya ia menghela nafas panjang.

Ini adalah hari kedua setelah kepergian Dongha ke Jepang. Sebenarnya ia sudah biasa dengan keheningan rumahnya setiap kakaknya pergi. Namun bukan berarti terbiasa dengan kesunyian, ia akan suka kesunyian seperti ini. Rumahnya yang begitu besar dan luas benar-benar membuatnya merasa bahwa ia adalah satu-satunya manusia yang hidup di bumi.

Semalam ia tak terlalu merasa kesepian karena ia berkirim pesan dengan Taehyung. Setidaknya pemuda itu bisa membuatnya tersenyum dengan gambar pemandangan yang selalu dipamerkan pemuda itu. Tak banyak yang bisa mereka obrolkan karena Taehyung pun ketika ditanyai bagaimana Yoojung saat SMA dulu, pemuda itu hanya mengatakan bagaimana dulu ia sangat pendiam dan tertutup atau sejenisnya. Dan yang terpenting dari semua yang mereka obrolkan adalah bagaimana Taehyung menanyakan padanya tentang Dongha.

Ia suka bagaimana Taehyung menanyakannya, karena pemuda itu terlihat hati-hati akan perkataannya. Tidak seperti Minjae yang, astaga, Yoojung tak ingin mengingatnya. Taehyung menanyakan bagaimana ia penasaran akan Dongha yang merupakan kakak laki-lakinya sedangkan yang Taehyung ketahui adalah Yoojung adalah anak tunggal saat SMA dulu.

Taehyung juga memberitahunya tentang Yoonsang Group, sebuah perusahaan besar yang sudah lama bangkrut. Mengatakan bahwa ia adalah anak dari pemilik perusahaan itu. Dimana katanya kedua orang tuanya telah meninggal akibat kecelakaan dan selepas itu Taehyung tak tahu mengenai kabar dirinya lagi.

Dan itulah yang membuatnya duduk termenung disini.

Selepas pembicaraannya dengan Taehyung itu, ia mencari berita tentang perihal Yoonsang Group. Tak banyak informasi yang di dapat. Hanya tentang bagaimana perusahaan itu bangkrut karena masalah keuangan atau apalah itu dirinya tak paham. Hanya itu. Ia bahkan tak menemukan berita tentang kecelakaan tersebut atau tentang keluarga pemilik Yoonsang Group. Dirinya sedikit merasa ragu bahwa Taehyung mengatakan yang sejujurnya. Namun bagaimanapun juga dalam benaknya ada sedikit rasa percaya akan hal tersebut mengingat bagaimana kakaknya selalu melarangnya mengingat masa lalu atau mencari tahu.

Yoojung memejamkan matanya sebentar sambil menghirup nafas dalam dan membuangnya perlahan. Kemudian ia beranjak dari duduknya dan merasa tertarik menuju kamar Dongha. Kamar yang selalu tertutup itu. Selama 2 hari ini semenjak kepergian Dongha, ia sama sekali tak mendekati kamar itu. Pikirnya, toh tak ada gunanya mendekatinya karena ia tak akan bisa memasukinya juga.

Seperti biasa ia akan meletakkan telapak tangannya pada pintu dan menempelkan telinganya disana. Dingin pintu kayu kamar Dongha merayap di pipinya. Yoojung menjauhkan wajahnya dan menatap pintu kamar itu sebentar. Lantas tangannya bergerak menuju kenop pintu dan memutarnya seperti biasa karena ia tahu pintu tak akan terbuka karena terkunci.

Namun mata Yoojung membesar ketika terdengar bunyi 'klak' kecil ketika ia memutar kenop pintu dan pintu sedikit terdorong terbuka. Buru-buru ia melapes tangannya dan mengangkatnya ke udara sambil menatap pintu yang sudah sedikit terbuka tersebut.

Tunggu dulu! Kenapa kamarnya tidak terkunci?

Sedikit ragu Yoojung menutup kembali pintu kamar Dongha. Ia berpikir sejenak. Kakaknya sedang tidak sengaja tidak mengunci pintunya kan? Atau apakah kakaknya telah lalai dan lupa mengunci pintu kamar? Yoojung berpikir apakah ia akan berdosa jika memasuki kamar kakaknya tanpa izin.

Rasa penasarannya menenggelamkan pikiran tentang dosa itu. Ia penasaran akan yang Dongha sembunyikan selama ini sehingga tak pernah memperbolehkannya masuk ke dalam kamarnya. Tangannya bergerak memutar kenop dan mendorong pintu itu setengah terbuka. Sambil menggigit bibir bagian bawahnya dan sedikit melongok mengintip isi kamar Yoojung merasa degup jantungnya berpacu cepat.

Tak ada yang aneh di dalam kamar tersebut. Kamar Dongha adalah sebuah kamar yang seperti dalam bayangannya. Rapi seperti penampilan kakaknya sehari-hari. Perabotannya tak banyak. Hanya sebuah ranjang besar, sebuah lemari besar, beberapa meja, nakas kecil di dekat ranjang, dan beberapa lemari tempat memajang pajangan seperti piagam perhargaan disana.

Yoojung menghela nafas lega. Entahlah mengapa ia merasa lega seperti itu. Dengan sedikit percaya diri ia membuka pintu kamar lebih lebar dan melangkahkan kakinya masuk. Aroma peppermint khas kakaknya merasuk penciumannya. Kamar Dongha jauh lebih luas dari kamarnya. Ia melihat sekeliling. Matanya terhenti menatap ruang lain yang dibatasi lemari buku besar yang mencapai langit kamar. Lantas dengan langkah perlahan menuju kesana.

Ruangan tersebut dikelilingi dinding kayu yang berbentuk bak rak buku. Ia tak tahu jika Dongha mengoleksi buku sebegitu banyaknya. Ia pikir kakaknya hanyalah sosok laki-laki yang gila bekerja. Ada sebuah meja besar dan ia yakin itu tempat dimana Dongha bekerja jika di rumah dengan sebuah komputer yang mati di atasnya.

Yoojung melangkahkan kakinya menuju meja besar tersebut dan duduk di kursi empuk di balik meja. Kedua tangannya di letakkan di atas meja dan ia berandai membayangkan seandainya ia bekerja nanti dan mendapatkan meja kerja seperti ini. Sedikit tersenyum tipis ia membelai lembut meja kayu tersebut. Sejurus kemudian ia menghempaskan punggungnya di kursi sambil melengoskan nafas panjang. Matanya berkeliling menatap sekeliling dengan dinding yang bak berlapis buku-buku tebal.

Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Pertanda telpon masuk. Yoojung sedikit tergagap dan meraih ponsel dalam saku bajunya. Ia menatap layar ponsel tersebut dan sedikit kaget mendapati kakaknya sedang menelponnya.

"Yoo kau dimana?"

"Di rumah. Kenapa?"

"Tak apa. Hanya rindu ingin endengar suaramu. Apa yang sedang kau lakukan sekarang?"

"Eng, hanya tiduran di atas ranjang. Kak?" Yoojung berbohong. Tentu saja harus. Bagaimana nanti ia bisa menghadapi amarah kakaknya jika tahu ia masuk kamar Dongha tanpa izin.

"Benarkah? Baiklah, jaga diri baik-baik. Kakak akan pulang dalam 5 hari. Semoga kau baik-baik saja."

"Baiklah."

Kemudian telpon diputus. Yoojung menggigit bibirnya bagian bawahnya. Menenangkan diri bahwa berbohong pada Dongha sekali-kali tak masalah. Iris Yoojung tertuju pada laci meja. Lantas ia membukanya dan menemukan sebuah kunci disana. Kunci yang sudah sedikit berkarat. Ia tak tahu kunci apa itu dan memutuskan kembali menutup laci tersebut. Kemudian tangannya membuka laci bawahnya. Laci yang lebih besar dari sebelumnya. Begitu terbuka, Yoojung mendapati beberapa tumpukan kertas, 2 buku album kenangan, dan buku-buku catatan lainnya.

Merasa tertarik akan buku album kenangan tersebut, ia meraih satu yang berwarna merah dengan kupu-kupu putih di sudut album. Yoojung membuka halaman pertama dan mendapati foto dirinya bersama Dongha waktu kecil. ini adalah foto yang sama yang dipajang di ruang tamu. Lantas begitu membuka halaman kedua ia mendapati beberapa foto orang tak di kenal.

Satu foto yang membuatnya tertarik adalah seorang wanita yang merangkulnya. Sedangkan dirinya di foto tersebut mengenakan seragam dan tersenyum lebar. Wanita itu bukanlah sosok ibu yang fotonya terpajang di nakas di ruang tengah. Ia tak mengenalnya. Namun melihat dari cara dia dan wanita itu berfoto bersama dengan senyum lebar di wajahnya, Yoojung tahu pasti ia dan wanita tersebut sangat dekat dulu. Ada beberapa foto dirinya bersama wanita tersebut. Bahkan ada foto dimana saat itu ia masih sangat kecil bersama wanita tersebut.


Ada foto lain lagi berisi beberapa orang tengah berfoto bersama termasuk dirinya saat kecil. Yoojung meraih handphonenya dan memotret beberapa foto ke dalam ponselnya. Tak mungkin ia mencuri satu karena Dongha pasti akan curiga dengannya. setelah puas melihat seluruh album tersebut

Kemudian ia meraih album kenangan yang berukuran lebih kecil. Sedikit lebih tebal dan berwarna hitam pada covernya dengan gambar bunga melati putih di tengah. Yoojung membuka halaman pertama dan tersentak kaget. Matanya membelalak dengan kening berkerut. Apa ini?!

Ia membuka halaman demi halaman hingga halaman terakhir kumpulan foto tersebut. Lantas ia menutup album kenangan itu cepat. Matanya masih membelalak dengan kening berkerut. Apakah tadi ia tak salah lihat? Mengapa kakaknya mengoleksi foto wanita begitu banyak? Bukan. Bukan sekedar wanita. Melainkan sosok wanita yang sudah menjadi mayat yang berlumuran darah dengan sayatan dimana-mana.

Yoojung menelan salivanya berat. Sebenarnya siapa kakaknya itu? Dan apa yang sebenarnya Dongha sembunyikan darinya?



Continue Reading

You'll Also Like

267K 21.1K 100
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
40.9K 5.9K 21
Tentang Jennie Aruna, Si kakak kelas yang menyukai Alisa si adik kelas baru dengan brutal, ugal-ugalan, pokoknya trobos ajalah GXG
6.4K 762 17
Kisah seorang mahasiswi konyol, gokil, plus dari keluarga konglomerat yg bersekolah disalah satu Universitas ternama di kota Seoul,akan menjalani hid...