Mate Mission

By AvigailEmma

228K 15.1K 438

[Fantasy-Action-Minor Romace] Highest rank #3 in Werewolf R: 17 The King of Alpha akhirnya berhasil bertemu d... More

Part 1 (The Death Angel)
Part 2 (King of Alpha)
Part 3 (New Mission)
Part 4 (ISA)
Part 5 (Sergio and Betrayer)
Part 6 (Ellis Jealous)
Part 7 (Red Team)
Part 8 (Bad First Meeting)
Part 9 (Delayed Mating)
Part 10 (Luna Location)
Part 11 (Devian Helplessness)
Part 12 (Red Moon Pack)
Part 13 (Poor Lila)
Part 14 (The Day)
Part 15 (This is About Anya)
Part 16 (Enemy Base)
Part 17 (Hurting Naya)
Part 18 (Ritual)
Part 19 (The Collapse of the Pillars of God)
Part 20 (Folly of Duke)
Part 21 (Opening)
Part 22 (Scramble)
Part 23 (Necro)
Part 24 (Fight)
Part 25 (The Elders of Darkness)
Part 26 (Trapped)
Part 28 (Recognition)
Part 29 (Curiosity)
Part 30 (Disappointed)
Part 31 (Zoey)
Part 32 (Rogue Demon)
Part 33 (Devian Anger)
Part 34 (Nephilim's House)
Part 35 (Searching)
Part 36 (Meet)
Part 37 (Start)
Part 38 (Mikhaella)
Part 39 (Gadfly)
Part 40 (Decision)
Part 41 (He is Back)

Part 27 (Out of Control)

4.5K 371 9
By AvigailEmma

Hitam dan putih tidak dapat bersatu, abu-abu, begitulah orang menganggap penyatuan hitam dan putih itu, tapi hal itu tidak berlaku baginya, ia tidak putih, tapi juga tidak hitam, bukan abu-abu.

Dia putih kehitaman.

Sosok kegelapan itu merentangkan tangannya lebar untuk menerima tubuh tidak sadarkan dirinya, wajah para tetua begitu senang melihat penantian lama mereka akhirnya akan berakhir dengan mulus, tanpa tahu bahwa mereka sudah melakukan kesalahan besar.

Ledakan sangat besar kembali terjadi, debu bertebaran dimana-mana mengurangi penglihatan siapapun disana, dengan samar cahaya merah berkobar bak lidah api yang membakar mangsanya, dengan tiba-tiba debu itu turun kembali ke tanah seolah hal sebelumnya hanyalah sihir semata.

Mata para tetua membelalak lebar melihat sosok yang berdiri tegap dengan tatapan setajam elang, sedangkan sosok kegelapan itu sudah berhasil mengeluarkan separuh tubuhnya dengan menggenggam kaki sosok itu, Anya.

Anya menatap sosok tergelap itu dengan tatapan merendahkan, membuat sosok tergelap itu menatapnya dengan amarah dan benci, tahu arti tatapan itu.

"Jangan menyentuhku, makhluk menjijikkan," ucapnya membuat sosok tergelap itu mengeratkan pegangannya sampai berhasil menancapkan kuku-kuku hitamnya ke kaki Anya, karena demi apapun ia tidak ingin kembali ke dunia hampa itu.

"Anya deLloyd, tunjukkan rasa hormatmu," ucap kakeknya dengan tegas, menunjukkan mata semerah darah dan aura kepemimpinan bangsa demon, berniat menundukkan sang cucu, sedangkan Anya hanya menatapnya remeh dan mendecih.

"Enyahlah," ucap Anya pada sosok tergelap itu, kemudian menghantam sosok itu dengan sekali pukul, diikuti dengan teriakan tidak terima para tetua yang langsung menyerangnya bersamaan. Anya membungkuk menahan serangan para tetua dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya berada ditanah, memaksa sosok tergelap itu untuk ke tempat yang seharusnya, dan menutup lingkar sihir yang di buat para tetua sebelumnya.

Tanah itu menjadi basah dengan darah yang mengalir keluar dari kakinya akibat sosok tergelap itu mencengkram kakinya kuat, meninggalkan bekas cakaran yang sangat dalam. Ia melihat darahnya sendiri terbuang sia-sia membuat jiwa demonnya semakin menguar, tertawa cekikikan sambil tetap menahan serangan para tetua, ia mendongakkan kepalanya, menatap satu persatu mata para tetua yang menatapnya dengan marah, "Anya? I am Z. The Death Angel."

Ia melesat cepat ke atas, membuat para tetua terlempar ke segala arah. Ia menghampiri salah satu tetua, lalu melepaskan tudungnya, "Hmmm, elementor? Well, tidak buruk." ucapnya begitu melihat pria di genggamannya adalah kaum elementor yang terkenal akan rasa darahnya yang segar di kalangan kaum demon, sambil terbang tanpa arah, ia menghisap darah tetua itu sampai habis, lalu menjatuhkannya begitu tidak ada darah dalam tubuh itu.

"Tidak, aku lapar," Ia membatalkan niatnya membuang musuhnya, kembali ke arah mayat kering sang musuh, ia menarik kerah musuhnya dan menatapnya dengan teliti, "Singkirkan tanganmu darinya, Iblis" ucap salah satu tetua dengan bola sihir berwarna ungu pekat di tangannya dan langsung melemparkannya pada Anya.

Ia melebarkan telapak tangannya, memunculkan tameng transparan yang melindunginya, tanpa sedikitpun mengalihkan perhatiannya dari tetua yang sudah mati itu, ia mengelus rahang kering itu, lalu menusuk mata tetua itu dengan kuku tajamnya dan menariknya keluar tanpa hambatan, ia memperhatikan bola mata yang memiliki manik hijau itu, lalu memasukkannya ke dalam mulutnya, mengunyahnya hingga menimbulkan suara patahan dan decakkan, seolah ia tengah mengunyah es batu. Matanya menatap langit hitam, menerka-nerka rasa seperti apa yang di keluarkan mata itu hingga banyak kaum sejenisnya sangat menyukainya, hingga senyuman mengembang dengan lebar di wajahnya.

"Aku tidak mau mengakuinya, tapi mereka benar. Elementor memang makanan terbaik." ucapnya dengan ekspresi wajah gadis polos yang baru merasakan manisnya permen kapas untuk pertama kalinya.

Para tetua menelan saliva mereka susah payah begitu sadar akan berita burung yang didapat bahwa keturunan terbuang demon yang terkenal itu lebih dari sekedar demon, bahkan sang kakek sendiripun menatapnya dengan tidak percaya, "Ada apa Hector deLloyd? Kau takut dengan cucumu sendiri? Ah satu lagi, yang benar adalah Anya deLlanaquin Moore, Hector deLloyd"

Hector mendecih melihat tatapan merendahkan cucu terbuangnya itu, tidak ia sangka keturunan tak dianggapnya itu mampu mempertahankan dua darah dalam tubuhnya, "Kalau bukan karena malaikat hina itu, aku sudah membunuhmu dari dulu."

Amarah Anya tersulut begitu mendengar hinaan Hector, sayapnya melebar dengan api melingkupi sayapnya, matanya menatap para tetua dengan penuh kebencian yang mendalam, "Jangan.pernah.menghina.ayahku."

Memori indah akan ayahnya berputar begitu jelas di kepalanya, bagaimana sikap lembut ayahnya saat melerai perdebatannya dengan ibunya, bagaimana ayahnya tertawa saat melihat ia menangis karena tidak sengaja melukai anjing milik nenek tua cerewet yang menjadi tetangganya hingga berakhir dengan ayahnya memeluknya dengan sayap putih yang lembut untuk menenangkannya agar tidur, bagaimana bisa ayahnya yang baik dan lembut itu disebut makhluk hina oleh makhluk paling hina di hadapannya itu?

Keputusan untuk membunuh mereka dengan menyakitkan dan cepat sudah bulat, ia tidak bisa menerima penghinaan atas nama ayahnya, ia mengepalkan tangannya kuat, ayahnya kini sedang menjalani hukuman karena ibu dan dirinya, apa yang akan dikatakan ayahnya jika tahu putri kesayangannya itu kini sudah berubah menjadi sosok yang menyeramkan?. Ia menggelengkan kepalanya ketika jiwa baiknya memerintahkannya untuk berhenti, tidak! Ia tidak akan melibatkan jiwa baiknya itu dalam hal ini.

Penghinaannya tidak termaafkan.

"Брн (Brn)" ia memejamkan matanya, dan terus menggumamkan kata-kata itu, tangannya ia rentangkan keatas diikuti dengan kepalanya yang menengadah, "Умри (Umri)!!!" teriaknya begitu menyeramkan. Api yang membara keluar dari tubuhnya, teriakan kesakitan para tetua terdengar begitu menyakitkan, semua yang ada di area dan sekelilingnya di lingkupi api, para tetua berusaha menghilangkan api itu dari tubuh mereka dengan sihirnya, namun api itu tidak kunjung menghilang, justru semakin cepat melahap tubuh mereka, sedangkan Anya berdiri dengan santai tanpa kesakitan walau api yang berasal darinya juga ikut menempel di tubuhnya, tak ada ekspresi yang keluar dari wajahnya ketika melihat para tetua dan hutan disekelilingnya hangus terbakar.

Tidak ada yang tersisa, kecuali dia.

Hanya suara dan asap pembakaran yang menjadi satu-satunya hal yang menggambarkan tempat itu. Ia mengalihkan tatapannya, melihat akibat dari perbuatannya. Matanya yang berwarna merah kini berubah menjadi hitam pekat, sayap di punggungnya pun kini sudah hilang, ia merubah wujudnya kembali seperti awal, namun kini tetap dengan guan hitam usangnya yang sudah robek maupun terbakar di beberapa bagian, "Dasar maniak," gumamnya pada jiwa iblis yang bersemayam ditubuhnya, "maaf, ayah" gumamnya kembali, tubuhnya jatuh meluruh diikuti dengan tangisan yang begitu memilukan, seolah siapapun yang mendengarnya dapat merasakan sebesar apa penderitaan yang ditanggungnya.

Ia menangis penuh penyesalan, kini ia sudah membunuh kakeknya, bahkan ia sudah menghancurkan alam yang begitu disukai ayahnya. Ia memukul dadanya sendiri yang terasa sesak, "Kenapa tidak bisa berhenti," lirihnya sambil terus memukul dadanya, berharap hal itu bisa menghentikan tangisannya. Selalu seperti ini, ketika ia tidak bisa mengendalikan jiwa iblisnya, dan kehancuran terjadi, hanya tangisan penyesalanlah yang dapat dilakukannya.

"Mama... tolong Anya..." lirihnya sarat akan keputusasaan, ia lelah dengan semua ini, ia hanya ingin seperti dulu, menjadi putri baik kesayangan orang tuanya, hidup seperti keluarga manusia yang selama ini dilihatnya. Seandainya dulu ia kuat, seandainya ia mengejar orang tuanya, ia pasti bisa menyelamatkan mereka, seharusnya kini ia sedang menikmati pie apel dengan coklat panas di depan perapian sambil mendengarkan ayahnya bersenandung dengan merdu.

Seandainya, seandainya, seandainya, jiwa iblisnya memberontak marah, memaksanya untuk menerima masa lalu dan mulai menjalani kenyataan, hidup dalam balas dendam, tidak! Jiwanya yang lain mengingatkannya akan ajaran yang selalu di berikan ayahnya yang rendah hati.

"Zzrt, kkrrt, Z! Z, kau baik-baik saja? Z apa kau mendengarku? Oh hell, kurasa ia masih di area netral, V!" ucap suara seorang perempuan di balik interkomnya.

"Tidak mungkin, detektormu jelas-jelas menunjukkan ia di luar area, cepat hubungi ia lagi! Lihat! Asap mengepul di ujung sana," ucap pria lainnya, yang selalu bersama perempuan tadi.

Anya menegakkan tubuhnya, menatap sekitarnya dengan mata sembabnya. Benar. Ia tidak bisa berandai-andai, masih banyak orang yang menunggunya, membutuhkannya. Dengan suara ribut di interkomnya, ia bangkit berdiri, lalu mengibas-ngibaskan gaunnya, berharap itu bisa menyingkirkan debu pembakaran, "Z... jawablah, kumohon... katakan sesuatu padaku" lirih suara perempuan yang begitu dihapalnya, sosok yang tahu seluruh bebannya, V.

Ia menelan salivanya lalu menghela nafasnya pelan, "Mission Completed." ucapnya yang diikuti suara helaan napas kelegaan dari interkomnya.

"Oh Tuhan! Syukurlah, kau membuatku takut Z" pekikan kekesalan V membuatnya terkikik geli, sambil berjalan tertatih ia menjawab, "Jadi, aku menakutkan? Kau sangat jahat V."

"Hell! Bukan itu maksud ku!"

o00o
27122017
Re: 17072018


*Брн (Brn) Bakar

**Умри (Umri) Mati

Ciao ma luv readers! don't forget to click star or comment 😉

Best regards,

Emma

Continue Reading

You'll Also Like

758K 73.1K 32
Yang aku pikir, aku akan berakhir disurga.. Namun kenyataannya, aku terbangun didunia yang aneh.. Yaitu dunia immortal! Nama ku Nayra Oswald, aku seo...
395K 46.1K 56
[SUDAH TERBIT] Karena rasa penasaran yang tinggi, Jungwon pemuda berusia 17 tahun tersebut nekat masuk ke dalam hutan yang dianggap angker oleh masya...
307K 24.9K 28
Kisah tentang seorang Alpha yang menjadi mate seorang Alpha Dominant. Bagaimana bisa? Bisa saja, karena semua sudah diatur dalam takdir Dewi Bulan. B...
977K 12.8K 25
Sebuah Cincin bermata biru yang merupakan warisan dari Pakde suamiku membuat rumah tanggaku hancur. Mampukah aku lepas dari makhluk penunggu cincin...