Dylana

By yoophorina

62K 1.9K 175

Ana yang seorang Bad Girl di sekolahnya harus mau merelakan waktunya yang berharga untuk Dylan, seorang Most... More

Dylan
First Meet
Satu langkah lebih dekat
Andriana Caroline Enderson
What Makes You Beautiful
Live While We're Young
Bad Reputation
Bad Stalker
Bad Stalker part 2
Stalker
Bad Side
Senyuman yang Hilang
First Date
Senyuman yang Sempat Hilang
Berkencan
Sweet Talk
Overdose
Kisah Manis
The Name is Called Best Friend
We're Best Friend
Relation-sweet
The Name is Called Kencan
Triple Date
The Storm is begin
Kehilangan Sebelah Sayap
Rapuh
Kecewa?
Axel si Moodboster
The Darkest Side
Senang dan Sedih Satu Paket
For the First Time
Perubahan Besar Ana

Dilla

1.1K 35 0
By yoophorina

"Dilla!"

"Ya, Bunda?" tanya Dilla dengan wajah polos tanpa dosanya yang membuat Bunda tersenyum dan berbanding terbalik dengan Kennan yang menggeram menahan kesalnya.

Mentang-mentang bocah batin Kennan menggerutu. Kennan dan Dilla sedang berada di ruang tamu dengan Dilla yang merecoki Kennan yang tengah memainkan Ps miliknya. Tanpa merasa bersalah, Dilla memalingkan wajah ke arah Bunda yang membawakannya botol susu dan mengabaikan teriakan kesal Kennan.

"Bunda! Kaken ndak acik Dilla main." adu Dilla dengan wajah seperti ingin menangis membuat Kennan mendelik kan mata mendengar Dilla memfitnahnya seperti ini.

"Ken." panggil Bunda dengan memicingkan mata saat Kennan mendelik kan mata ke arah Dilla yang meminum susu miliknya.

"Bunda lebih percaya dia daripada aku, anak bunda sendiri?"

"Bunda lebih percaya Dilla, anak kecil kan gak pernah bohong. Gak kayak kamu kerjaannya bohong terus."

"Loh, Bun. Yang ada Dilla yang ganggu aku main. Lagipula aku bohong apa sama Bunda?"

"Haduh, kamu ini malah ngelak segala. Nah gini nih, dikira Bunda bisa dibohongi, itu kemarin kamu ke mana sampai malem? Gak kerja kelompok kan, tapi nganterin gebetan mu." Bunda mendelik kan mata membuat Kennan ciut. Bagaimana Bunda bisa tahu? batin Kennan dengan pasrah.

"Kok... Bunda tahu?" tanya Kennan dengan takut-takut, sebenarnya baik Bunda maupun Ayah tak melarang mereka pacaran atau semacamnya, yang kedua orangtuanya tak suka ialah ia berbohong untuk pacarnya. Kalau saja Ayah yang tahu, bulu kuduk Kennan meremang saat mendengar suara yang membuatnya diam tak berkutik.

"Bunda tahu apa?" suara berat yang hanya satu orang yang memilikinya di rumah, Ayah.

"Eh... anu... itu... enggak kok, Yah." elak Kennan dengan gugup, Dilla yang melihatnya pun menertawakan Kennan yang diam gak berkutik saat sang Ayah memasuki ruangan.

"Kenapa kamu gugup? Kamu bohong, ya?"

"Eh? Bohong apa?"

Percakapan mereka terpotong karena suara tangisan bocah berusia dua tahun yang menangis kencang serta melempar botol susu miliknya. Bunda dengan cepat menggendong Dilla ke dalam pelukannya dan mengayunkan tubuhnya agar ia tenang.

Bukannya tenang, Dilla malah semakin menangis histeris di dalam pelukan Bunda.

"Kana! Kana!" panggil Dilla dengan teriakan serta sesenggukan akibat menangis kencang. Ayah dan Kennan saling memandang sebelum melihat Dilla yang histeris di pelukan Bunda.

Tak lama Dylan datang bersama Ana yang mengikutinya di belakang tubuhnya. Ana memandang heran ke arah Dilla yang masih menangis dengan kencang serta mengulurkan tangan meminta digendong oleh Ana.

Ana berjalan mendekat dan meraih Dilla ke dalam pelukannya. Dengan ajaib, Dilla berhenti menangis dan terlelap dengan cepat.

"Oh. Kana itu Kak Ana toh." Kennan menganggukkan kepala karena baru saja mengerti yang dimaksud oleh Dilla.

"Kenapa?" bisik Ana sembari mengayunkan tubuh mungil Dilla di pelukannya.

"Dari tadi Dilla manggil nama lo terus, Na." Ana memandangnya dengan tak yakin namun diangguki oleh Bunda dan Ayah.

"Kayaknya kamu harus setiap hari ke sini, Yang. Dilla kalo udah lengket susah dilepasin." ujar Dylan seraya merangkul pundak Ana dan membuat Dilla menangis dengan kencang seraya memukul tangan Dylan yang menimpa tangannya yang sedang berada di pundak Ana.

Ana menatap Dylan dengan tajam sebelum berjalan menuju kamar Dilla untuk menidurkannya. Dylan merasakan kepala belakangnya dipukul dan melihat Kennan mencoba memasang wajah sangar namun Dylan sama sekali tidak takut.

"Udah tahu baru tidur malah dibuat nangis lagi!"

"Apaan, kok gue?"

"Lo sih! Udah tahu habis nangis eh diusilin."

"Kan gue gatau."

"Udah, udah. Mending kita makan dulu. Lan, susul Ana gih, ajak makan." lerai Bunda yang berada dalam rangkulan Ayah melangkah meninggalkan kedua putra mereka yang masih saling menatap tajam sebelum Dylan melangkahkan kakinya menyusul Ana.

"Ana." panggil Dylan di depan pintu saat ia melihat Ana berjalan mengendap untuk keluar dari kamar. Ana meletakkan jari telunjuknya ke depan bibirnya mengisyaratkan bahwa Dylan harus diam.

"Kenapa?" bisik Ana saat setelah menutup pintu Dilla dengan sangat hati hati-sangat pelan- sebelum melangkahkan kaki beberapa langkah meninggalkan kamar Dilla.

"Ayo makan." ajak Dylan sembari merangkul bahu Ana dengan erat sedangkan Ana hanya memandangnya datar sebelum melepaskan rangkulan itu dari bahunya dan berjalan meninggalkan Dylan yang menatap Ana dengan tak percaya. Ia ditolak.

"Ayo makan dulu, Sayang." ajak Bunda yang menyambut Ana dengan antusias seperti saat Ana pertama kali datang ke rumah ini.

"Kenapa aku merasa dianak tiri kan ya?" gumam Dylan dengan wajah bingungnya dan duduk di kursinya.

"Aku juga merasakan hal yang sama." gumam Kennan dengan wajah bingung seraya mengambil sendiri lauk pauk yang diinginkan.

Ana yang mendengar gumaman mereka hanya menjulurkan lidah mengejek saudara kembar itu dan tersenyum ke arah Bunda. Bunda yang mendengar gumaman mereka pun menghiraukan ucapan kedua putranya dan memilih mengambilkan beraneka ragam lauk untuk Ana nikmati.

•••

"KANA! Huuaaa! KANA!" teriakan serta tangisan kencang itu membuat mereka menghentikan aktivitas makan dan berlari menuju kamar Dilla, sang tersangka tengah bangun.

Ana langsung menggendongnya dan sedikit mengayunkan tubuh mungil Dilla yang membuat bocah dua tahun itu diam sembari mengusap matanya.

"Maem." Ana berjalan dengan Dilla yang berada di pelukannya diikuti oleh Ayah dan Bunda yang tersenyum melihat tingkah Dilla sedangkan Kennan dan Dylan menatap tajam sosok mungil yang mengganggu aktivitas mereka namun dengan pemikiran yang berbeda.

Dasar bocah, rewel banget sih batin Kennan geram tanpa melepaskan tatapan tajamnya ke arah Dilla yang melambaikan tangan dengan girang ke arahnya.

Dasar bocah, gue aja belum pernah meluk cewek gue batin Dylan dengan tatapan sinisnya ke arah Dilla yang juga melambaikan tangan dengan girang.

"Bun, Dilla kapan balik?" tanya Dylan saat makanan di piringnya habis yang disambut dengan senyuman dari Kennan.

Dilla yang merasa dirinya dipanggil menolehkan kepala ke arah Dylan dengan pandangan bertanya dan Ana yang tengah menyuapi Dilla menatap tajam Dylan yang menggaruk tengkuknya salah tingkah.

"Hari ini dia dijemput Vi jam 5 sore. Kenapa?"

"Eh, enggak, Bun. Cuma... ya gitu pengen tau aja." elak Dylan.

"Assalamualaikum Kinnan pulang!" pekik Kinnan dan berjalan menuju meja makan bersama seorang pria yang membuat Dilla berhenti makan dan mengulurkan tangan hendak digendong.

"Kapin!" seru Dilla dengan girang saat Calvin menggendong Dilla.

"Dilla tau aja ya, yang cakep." celetuk Ana dengan wajah polos yang membuat Kinnan dan Kennan tertawa terbahak-bahak melihat wajah masam Dylan akan perkataan Ana.

"Oh, jelas. Makanya dia gak mau digendong sama orang jelek." sindir Kinnan dengan melirik kedua adiknya yang menatap sinis sang kakak.

"Eh, Calvin. Ayo sini kita makan dulu. Kamu sudah makan?" tanya Bunda dengan menggiring Calvin duduk di kursi kosong.

"Sudah Bunda, tadi makan di luar sama K." sahut Calvin dengan sopan dan menyuapi makanan Dilla yang diberikan Ana tadi. Dilla menerima suapan itu dengan senang hati dan berceloteh riang.

"Kenapa aku merasa dianak tiri kan ya?" gumam Kinnan dengan wajah bingung yang masih berdiri di dekat meja makan melihat Bunda menyambut Calvin dengan sangat amat ramah. Kennan dan Dylan menganggukkan kepala samar saat mendengar gumaman sang kakak.

"Kapin ganteng." ucap Dilla dengan mengelus pipi Calvin dengan tawa centil yang membuat Dylan dan Kennan memandangnya tak percaya.

"Dasar masih bocah udah genit." gumam Kennan dan Dylan bersamaan dengan wajah garang. Pasalnya mereka tak pernah dikatakan tampan oleh bocah dua tahun ini, mungkin iri.

"Dilla juga cantik." Dilla tersenyum malu-malu dengan menyembunyikan wajahnya di pundak Calvin yang membuat Kinnan menahan kepalan tangannya yang hendak ia layangkan ke arah Dilla.

"Dilla sama Kakin yuk." ajak Kinnan dengan mengulurkan tangan hendak menggendongnya namun Dilla menggelengkan kepala dengan tegas dan memeluk leher Calvin dengan erat.

"Dak mau!"

"Dilla mau main sama Kana?" Dilla menganggukkan kepala ke arah Ana dan mengulurkan tangannya hendak digendong yang disambut hangat oleh Ana. Mereka berdua berjalan menuju ruang mainan milik Dilla dengan Dilla berceloteh mengenai apapun dan Ana yang setia mendengarkan.

•••

Continue Reading

You'll Also Like

28.9K 1.8K 31
Yoona siswa baru yang sangat mencintai bola basket, kesan pertama pada gadis itu adalah 'perfect' tapi siapa sangka Yoona adalah bad girl di sekolah...
SENIOR By K.O.H

Teen Fiction

21.2M 349K 35
[SUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU TERDEKAT] Berawal dari rasa penasarannya pada Nakula, ketua MOS yang gantengnya membelah tujuh benua. Aluna, mulai menca...
3.9K 309 56
Antaressa TAMAT [TELAH DIREVISI] "Berjuanglah untuk hidupmu meskipun nggak ada yang mau memperjuangkan mu" -Ressa Dia Reva Antaressa. Gadis yang diju...
7M 293K 59
On Going Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...