OUR STORY [MinYoon-KookV] ✅

Oleh TIAN_LIAN

43K 7.3K 792

Min Yoongi tak pernah menyangka, kembalinya ke kota kelahiran sang ibu akan membawanya bertemu dengan sang pr... Lebih Banyak

SATU
DUA
TIGA
EMPAT
LIMA
ENAM
TUJUH
DELAPAN
SEMBILAN
SEPULUH
SEBELAS
DUA BELAS
TIGA BELAS
EMPAT BELAS
LIMA BELAS
TUJUH BELAS
DELAPAN BELAS
SEMBILAN BELAS
DUA PULUH
DUA PULUH SATU
DUA PULUH DUA
DUA PULUH TIGA
DUA PULUH EMPAT
EPILOG

ENAM BELAS

1.4K 285 46
Oleh TIAN_LIAN

.

.

.

.

.

Taehyung menatap kosong pemandangan di depannya, masih belum bisa percaya. Tahu-tahu, sebuah es krim muncul di hadapannya, membuatnya mendongak. Jungkook menyodorkan es krim cone untuk Taehyung sementara dirinya sendiri sedang makan satu. Jungkook lantas menggoyangkan es krim itu karena Taehyung tak kunjung menerimanya. Taehyung menerimanya walaupun masih belum sepenuhnya sadar, sementara Jungkook duduk di sampingnya, sibuk menggerogoti cone es krim.

"habis ini aku mau naik itu," katanya tiba-tiba membuat Taehyung menoleh. Jungkook mengedikkan bahu, membuat Taehyung menatap arah yang di tunjukknya. Taehyung menatap sebuah wahana berbentuk kursi panjang yang di goyang-goyangkan ke sana kemari yang bernama tornado. Taehyung melirik Jungkook yang masih sibuk makan. "sepertnya seru," gumam laki-laki itu di antara kunyahannya. Taehyung menghela napas, lelah dengan segala pikirannya yang selalu beberapa lebih jauh dari yang sesungguhnya terjadi. Tadi ia sudah mati-matian menyiapkan mental untuk menghadapi Jungkook saat anak itu malah membawa mobilnya masuk ke kawasan lotte word.

Taehyung masih menyangka Jungkook akan membawanya ke apartemen atau hotel di kawasan itu, tapi ternyata ia malah masuk ke taman bermain. Sesuatu yang tidak pernah di duga Taehyung, tapi kalau dipikir-pikir, sangat cocok dengan mental Jungkook. Taehyung sendiri heran kenapa tidak bisa membaca pikiran Jungkook di saat-saat seperti ini.

"Kau... tidak pernah kemari?" tanya Taehyung, berusaha melupakan pikiran-pikiran memalukannya tadi.

"Pernah, dulu. saat masih SMP..." Jungkook berhenti bicara, seperti teringat sesuatu. "bersama Jimin?" tanya Taehyung lagi, membuat Jungkook mengangguk.

"Dulu, kami belum berani naik yang begitu-begitu. Jimin si preman itu takut ketinggian," Jungkook lantas terkekeh. Taehyung sendiri ikut tersenyum. Taehyung hendak mengambil ponsel dari dalam tas saat tangannya menyentuh amplop dari Jungkook. Taehyung mengeluarkan amplop itu, lalu menyerahkannya pada Jungkook. Jungkook menatapnya tanpa reaksi.

"aku kembalikan. Aku sudah tidak marah lagi kok," Taehyung tersenyum. "Harusnya aku berterima kasih, karena kau sudah mengajakku ke sini." Jungkook menatap Taehyung lama, lalu mengalihkan pandangan, menolak untuk menerima uang itu kembali.

"Tidak ada detail harus ngapain selama kencan, kan?" tanya Jungkook membuat Taehyung mengernyit. Jungkook lantas menoleh. "Yang sepert begini, namanya kencan juga, kan?" Taehyung menatap Jungkook tanpa berkedip, lalu mengangguk pelan. Jungkook tersenyum lantas kembali tertarik pada Tornado di depannya. Ia tidak sadar, Taehyung sudah menatapnya dnegan mata berkaca-kaca.

"Ini yang pertama dan terakhir ya," kata Taehyung. "Tidak akan ada lain kali. Kau janji?" Jungkook tak menjawab. Ia mendadak bangkit lalu mengulurkan tangan. Taehyung menatap tangan itu bingung. Jungkook menarik tangan Taehyung tak sabar, lalu membawanya ke Tornado. Taehyung tahu ia telah melakukan kesalahan, tapi sesuatu membuat Taehyung tak ingin melepaskan tangan Jungkook. Taehyung tidak pernah menyangka, hal seperti ini akan datang. Hari ketika ia bisa berkencan dengan secara normal, seperti kebanyakan remaja lainnya.

.

.

.

.

.

Jungkook menghentikan mobil tepat di depan sebuah gang kecil. Ia mematikan mesin, lalu membuka pintu dan turun. Beberapa orang yang kebetulan lewat menatapnya sambil berbisik-bisik. Jungkook menghela napas, lalu memandang ke dalam gang. Semalam, Taehyung masuk ke dalam gang itu saat Jungkook mengantarnya pulang.

"Permisi, ahjumma," Jungkook menghentikan seorang ibu yang sedang berjalan keluar dari gang itu. "Rumah Taehyung yang mana ya?" Ibu itu mengernyit, lantas menatap Jungkook dari ujung kepala hingga ujung kaki.

"anda siapa ya?" tanyanya. "Saya teman sekolahnya," jawab Jungkook, membuat si ibu itu menganga, lalu melirik mobil Jungkook.

"Mm... rumahnya yang pagar tanaman," jawab ibu itu kemudian, dalam hati mengagumi sosok Jungkook yang nyaris sempurna.

"Terimakasih," Jungkook mengangguk, lalu segera berjalan masuk ke gang itu. Jungkook tahu ia sedang di perhatikan oleh para tetangga yang lewat, tapi ia mencoba untuk tak peduli. Ia masuk ke dalam pekarangan rumah Taehyung, lalu berdiri di depan pintunya. Jungkook mengetuk pintu itu tiga kali, tapi tak ada jawaban. Saat Jungkook mengangkat tangan untuk mengetuk lagi, pintu itu terbuka. Jungkook hampir saja tidak mengenali wajah tanpa make up milik Taehyung. Wajah tanpa make up itu sekarang menganga melihat Jungkook ada di beranda rumahnya.

"Hei," sapa Jungkook sambil nyengir.

"Hai jidat mu!" sahut Taehyung, buru-buru melongok ke luar dan menggigit bibir saat melihat para tetangga yang sudah berkumpul dan menatap mereka ingin tahu. Taehyung lantas melirik sewot Jungkook yang tampak bingung.

"Jangan bilang kau ke sini bawa mobil."

"Bawa," jawab Jungkook polos, membuat Taehyung melotot.

"Kenapa memangnya?" Taehyung menatap Jungkook sebal. Ia tidak bisa bilang kalau para tetangga tukang gossip itu akan menjadikannya mangsa empuk. Yang harus ia lakukan adalah mengusir anak laki-laki itu dari sini.

"untuk apa kau kesini?" tanya Taehyung risih.

"aku tidak boleh main?" Jungkook balas bertanya, membuat Taehyung melongo. "kau pikir rumah ku taman bermain?" semprot Taehyung, lalu segera membalik Jungkook dan mendorongnya saat melihat para tetangga mulai menunjuk-nunjuk.

"sana pulang!" Jungkook berbalik, mendadak menyadari bahwa lingkungan sekitarnya sudah ramai. Jungkook malah mengangguk dan tersenyum ramah, membuat para ibu secara tak sadar balas mengangguk dengan tampang terhipnotis. Taehyung sendiri memutar bola mata.

"Siapanya Taehyung?" tanya seorang ibu iseng.

"Teman sekelasnya, ahjumma" jawab Jungkook kalem. Para ibu itu malah mengangguk-angguk sambil melirik Taehyung sinis.

"hati-hati loh dengan Taehyung," kata ibu itu lagi. Jungkook mengernyit.

"memangnya kenapa, Bu?"

"Yaaaa... Taehyung kan pelacur," jawab si ibu itu tanpa pikir panjang, membuat Jungkook segera menoleh pada Taehyung untuk melihat keadaannya. Taehyung tampak menerawang sebentar, lalu matanya bertemu dengan mata Jungkook. Ia lantas tersenyum seperti kemarin-kemarin. Jungkook kembali menatap para ibu itu.

"Taehyung tetap teman sekelas saya, Bu." Jungkook mengangguk sopan pada para ibu yang melongo, lalu kembali ke beranda rumah Taehyung. Taehyung sendiri menatapnya tak percaya.

"aku tetep tidak boleh masuk?" tanya Jungkook. "kau mau membiarkanku jadi tontonan di sini? Lagian aku masih punya beberapa jam, ingat?" Taehyung menatap Jungkook ragu, lalu akhirnya membiarkannya masuk ke rumah, sambil melihat para ibu yang sudah menatapnya sinis. Taehyung menghela napas, lalu membalik badan dan melihat Jungkook yang sudah tampak nyaman duduk di sofa bututnya. Taehyung merasa kehadiran Jungkook di ruang tamunya ini menyedihkan. Jungkook menatapnya.

"kau tidak mau menawarkan apa-apa untuk tamu?" Taehyung balas menatapnya datar. "tidak ada apa-apa untuk tamu yang tidak di undang." Jungkook terkekeh, lalu memandang sekeliling. Ruang tamu ini nyaris kosong, selain satu set sofa lapuk dan sebuah meja. Tak ada foto. Tak ada vas bunga. Tak ada apa pun.

"Taehyung..." Jungkook nyaris bergenyit saat sayup-sayup mendengar sebuah suara serak seorang wanita. Jungkook lantas menatap Taehyung yang tampak salah tingkah.

"Apa itu?" tanya Jungkook. "Apa? Aku tidak dengar apapun," balas Taehyung secepat kilat, membuat Jungkook malah curiga.

"Taehyung... tolong ambilkan air minum..." Jungkook sekarang bisa mendengar dengan jelas. Suara itu berasal dari dalam ruangan, mungkin dari kamar. Jungkook menatap Taehyung yang tampak salah tingkah.

"Sebentar, eomma," jawab Taehyung akhirnya, lalu melangkah ke dalam. Penasaran, Jungkook bangkit dan mengikuti Taehyung masuk ke ruang tengah, tapi Taehyung sudah tak ada di mana pun. Jungkook lantas memberanikan diri untuk melangkah ke sebuah kamar yang pintunya terbuka. Seorang ibu bertubuh kurus tampak terbujur di atas ranjang. Wajahnya pucat dan tangannya gemetar menyambut gelas dari tangan Taehyung. Taehyung membantunya minum, lalu saat itulah matanya bertemu dengan mata Jungkook. Jungkook segera mengangguk sopan.

"Siapa...?" tanyanya, membuat Taehyung menoleh. Taehyung menatap Jungkook tak suka, lantas bangkit, bermaksud menutup pintu. Tapi ibunya malah berusaha duduk.

"Temannya Taehyung?"

"Iya, ahjumma," Jungkook buru-buru melangkah masuk sebelum Taehyung sempat menutup pintu. Jungkook lalu menyambut tangan ibu Taehyung dan menciumnya.

"Saya Jungkook, teman sekelasnya Taehyung." Taehyung menatap pandangan itu nanar. Tak seorang pun pernah mencium tangan ibunya. Bahkan ia pun tak ingat apa ia sendiri pernah melakukannya. Ibu Taehyung tersenyum sambil mengangguk-angguk pelan. Sekarang wajahnya tampak sedikit berwarna. Jungkook melirik meja penuh obat di samping tempat tidur.

"ahjumma... sakit apa?"

"Tumor Rahim," Taehyung menjawab dengan tangan bersedekap di depan dada. Jungkook melotot. "tidak dirawat?"

"Ibu baru pulang operasi," jawab Taehyung lagi. Jungkook mengangguk-angguk, lalu kembali menatap ibu Taehyung.

"Ibu senang sekali ada teman Taehyung yang datang ke rumah," ibu Taehyung menggenggam tangan Jungkook. "Selama ini Taehyung selalu sibuk bekerja, jadi ibu pikir Taehyung tidak punya teman." Jungkook melempar ekspresi bertanya pada Taehyung yang balas menatapnya nanar.

"Taehyung susah payah bekerja pada pamannya untuk membayar semua biaya rumah sakit ahjumma," kata ibu Taehyung lagi, membuat mata Jungkook melebar. "Jadi kalau Taehyung ada kesulitan di sekolah, tolong di bantu, ya."

Jungkook mengangguk lalu tersenyum penuh kemenangan pada Taehyung yang malah mencibir. Jungkook lantas kembali menatap ibu Taehyung yang tersenyum lemah. Jungkook bersyukur ia datang hari ini.

.

.

.

.

.

"Kerja dengan paman, ya?" Taehyung melirik Jungkook sewot. Taehyung pikir Jungkook akan segera pulang setelah bicara pada ibunya, tapi anak itu malah kembali duduk di sofa.

"Kenapa? Om-om itu juga paman'" balas Taehyung sinis. Ia lantas meletakkan segelas the manis hangat di atas meja. "appa mu kemana?" tanya Jungkook, membuat Taehyung terdiam sejenak.

"Kabur bersama wanita lain saat aku SD," jawab Taehyung pendek. Jungkook mengangguk-angguk. Ia memperhatikan gelas teh yang mengepul.

"Jadi kemaren kau mengumpulkan uang untuk operasi," kata Jungkook, tampak berpikir.

"jadi Sekarang kau akan berhenti kerja dan konsen pada sekolah, kan?" Taehyung menatap Jungkook seolah anak itu gila.

"kau pikir makanan sehari-hari dan obat itu turun dari langit?" Jungkook mengangguk-angguk, masih tampak berpikir.

"Kira-kira berapa sebulan?" Taehyung mengerjapkan mata. "Hah?"

"Kira-kira berapa pengeluaranmu selama sebulan?" tanya Jungkook sambil menatap Taehyung serius. Taehyung balas menatapnya bingung.

"Kenapa? kau mau menanggungnya?" tanya Taehyung asal, tapi Jungkook malah mengangguk nyaris tanpa berpikir.

"Rencananya begitu," jawabnya polos. Taehyung bersumpah tak akan bertanya macam-macam lagi padanya. Taehyung menghela napas, lalu menatap Jungkook tajam.

"Jungkook, aku mengerti insting Supermen mu akan jalan begitu  saja saat melihat orang susah. Tapi aku tidak butuh."

"kau... lebih milih jadi pelacur daripada belajar?" tanya Jungkook, tak mengerti.

"Lebih baik aku jadi pelacur daripada menyusahkanmu," jawab Taehyung tegas. Jungkook menatap Taehyung. "dan aku tidak merasa disusahkan." Taehyung balas menatap Jungkook. Taehyung tidak tahu lagi bagaimana harus menghadapi anak itu. Harusnya dulu Taehyung tidak pernah mendekatinya untuk alasan apa pun.

"Kalau begitu, aku butuh tujuh juta won dalam sebulan," kata Taehyung, merasa akan menang.

"Oke," jawab Jungkook, membuat Taehyung melotot. Taehyung benar-benar tidak menyangka Jungkook akan menyanggupi permintaannya.

"kau masih anak SMA," Taehyung menekankan. "Biarpun kau anak orang kaya, tidak mungkin kau punya tujuh juta won dalam sebulan."

"Itu biar aku yang pikirkan," Jungkook tersenyum, lalu bangkit. "aku balik dulu ya, sudah sore."

"Jungkook!" seru Taehyung sebelum Jungkook mencapai pintu. Membuatnya menoleh. Taehyung menatapnya sungguh-sungguh. "aku tadi hanya bercanda. Aku tidak serius. Tolong jangan ambil pusing omonganku. Aku mohon."

Jungkook tak bereaksi untuk beberapa saat. "maaf Taehyung, tapi sayangnya aku sudah ambil pusing."

Taehyung melongo, lalu segera menghadang Jungkook di depan pintu. "Jungkook, aku tidak akan terima uang apa pun darimu lagi."

"Tapi dari om-om kau mau?" balas Jungkook membuat Taehyung terdiam.

"Om-om itu aku manfaatkan. Tapi aku tidak mau memanfaatkanmu."

"Anggap saja aku klienmu."

"tidak bisa."

"Kenapa?"

"Karena kau berbeda! kau tidak sama dengan mereka." Jungkook menatap Taehyung yang tampak sudah akan menangis. Jungkook lantas menepuk kepala Taehyung pelan.

"kau tidak perlu pergi dengan om-om itu lagi, Taehyung. Agar kau konsen sekolah, kau bisa menjaga ibumu. kau bisa menggapai cita-cita mu. Kau yakin mau menolak kesempatan sebagus ini?"

"Kalau itu menyusahkanmu, aku tidak―"

"Kata siapa aku susah?" sambar Jungkook, membuat Taehyung tersentak. "sudahlah, kau tidak perlu banyak berpikir. Sekarang kau siap-siap saja untuk belajar besok. Oke?" Taehyung belum sempat menjawab, tapi Jungkook sudah keburu pergi. Taehyung menggigit bibir, lalu kembali terduduk di sofa.

Ada dua kemungkinan; Tuhan memberinya kesempatan, atau sedang mengujinya. Dan yang manapun itu, Taehyung tidak tahu harus bagaimana.

.

.

.

.

.

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

closer [✔] Oleh zan

Fiksi Penggemar

169K 21.1K 44
[KOOKV - completed] Gua gak peduli Taehyung di rl gimana. Mau tsundere, kuudere, yandere, yang penting gua mau deketin dia. Fix sampe dapet. -- ...
124K 6.9K 12
the next secret Just secret
89.7K 9K 37
FIKSI
31.8K 4.4K 17
Terinspirasi dari drama "Enormous Legendary Fish" Kim Taehyung salah satu pemuda cantik dari desa nelayan yang sangat kental dengan hal-hal mistis. ...