JEDA

By Ostre_

1.1K 217 191

Semua cerita yang ada di sini adalah buah dari penduduk OSTRè. Kami, bukan master skenario yang mampu mencipt... More

LISSA
KEJUTAN
Jalan Keluar
Setapak Jejak
ANGKARA
Puisi Galau
Hati yang Terpilih
Susu Diskon
KANDAS
ADIN
Saat Bunga Sakura Memudar
Dunia Baru
Pengenku: Kamu Happy
Kelaparan
Goyang Pinggul
Horor?
Happily Ever After
Sekumpulan Sampah
KEPERGIAN
Kupu-Kupu
KETUKAN
Terbang Tinggi
Tanpa Hati
Saint Girl and Fairy Tears
Bulan Purnama
Berawal Dari Luka
Aku Pulang
Bangun
Tepuk Tangan
Menyapa Malam
Kekuatan Do'a
Bumi
JEBAKAN
Ada Yang Hilang
Don't Cry, Don't Die

LILI: Papaku Aneh

61 11 14
By Ostre_


"Ma ... Itu si Papa," Lili, yang sebelumnya masih tengkurap di depan tv langsung merengek pada mamanya, setelah tadi papanya sempat mendekat dan berbisik.

"Mama!" desih Lili sebal.

Gracia, yang berselonjor di atas sofa meletakan majalah yang baru saja diambilnya dan menoleh pada Lili. "Kenapa sama papa?"

Lili merengut ke arah papanya, "Papa barusan nakut-nakutin Lili, katanya: anak kecil harus bobo cepet kalo malam Jum'at. Padahal, kan, Lili masih mau nonton," ayahnya nyengir, membuat Lili semakin cemberut. "Tuh, kan, Ma."

"Papa," tegur Gracia pelan, menggeplak pelan paha suaminya.

"Besok Lili harus berangkat pagi ke sekolah, nanti takut kesiangan lho." Ihza—papanya, menanggapi.

"Belum juga jam sembilan," protesnya, "kalau Papa ngantuk, ya udah, bobo duluan. Yang penting mama tinggal di sini dulu-nemenil Lili."

Melihat mamanya memberi senyum dan meraih majalahnya lagi membuat Lili menyeringai senang ke arah papanya. "Wlek!" ledeknya melet.

---

Lili Stephanie, gadis kecil berumur sepuluh tahun yang baru kelas empat SD. Seringkali protes setiap kali papanya menyuruhnya tidur lebih cepat dari hari biasanya, terlebih lagi kalau jum'at malam datang. Padahal menurut Lili, ia bisa memastikan tidak akan mengantuk esok hari saat jam pelajaran di sekolah ataupun telat bangun pagi, jadi kenapa harus tidur cepat?

Lili masih belum paham dengan apa yang dimaksud papanya. Karena semenjak tadi Lili jadi tidak fokus menatap layar di depannya, melainkan sering menoleh kebelakang; mengerut kening menatap papanya yang terdengar rutin memanggil mamanya dengan pelan, mirip berbisik.

"Papa ngapain, sih?" Lili sewot.

Ihza menoleh kaget. Tidak sadar kalau sedari tadi anaknya terus memperhatikan.

"Nggak ngapa-ngapain," jawabnya pelan, menyenggol kaki istrinya sekali yang nyengir sembari menggeleng-geleng.

Dan Lili, kembali melanjutkan nonton.

"Ma," panggil Ihza, membuat Lili menoleh walau hanya sekilas. "Papa mau ngecas handphone,"

Istrinya diam, tetap fokus pada majalah yang dibacanya tanpa menjawab.

"Ma ... Ayo dong ...."

Lili terganggu, memutar badan dan menjawab. "Papa kenapa, sih? Lagian baterai handphone mama juga masih full, kenapa harus dicas lagi?"

"Handphone papa yang abis baterai, casnya ada di mamamu." Lili mengernyit bingung, aneh. "Lili beneran belum ngantuk?" tanya papanya, tampak memelas.

"Belum," Lili menggeleng.

"Nggak pengen tidur cepet gitu malam ini?"

"Enggak," Lili menggeleng lagi.

"Lili mau apa nggak uang jajan besok papa tambahin?"

Lili menatap mamanya, bingung terhadap papanya. Yang dibalas dengan goyangan bahu. "Ya Lili mau, emang papa beneran mau tambahin?"

Papanya nyengir, mungkin bakal berhasil, pikirnya. "Iya, asalkan Lili mau tidur sekarang." lanjut papanya.

"Papa ngapain, sih, Ma? Nyuruh Lili tidur terus." keluhnya.

"Tanya papamu aja, mama kurang tau." jawabnya tersenyum.

"Papa mau ngecas handphone?" tanya Lili memastikan.

Ihza mengangguk cepat. "Iya."

Lili mengangguk-anguk, "Mana uang jajannya? Lili mau tidur sekarang kalau uang jajannya juga dikasih sekarang."

"Tuh, langsung ditagih. Gih, kasih. Mama juga minta, buat belanja bulanan." sambung istrinya menambahkan. Tertawa ringan.

"Kan ... Papa belum kasih uang belanja,"

"Iya, iya." papanya merogoh kantong celananya, mengambil selembar uang dan disodorkan ke arah Lili. "Uang belanja mamamu ntar, di dompet semua uang papa. Ya udah, gih, Lili ke kamar."

Lili beranjak dari duduknya, mendekat lalu mengecup kedua pipi, kening dan bibir mamanya. "Selamat malam, Ma, Pa." pamitanya, ingin berjalan ke kamarnya jika saja tak dipanggil lagi oleh papanya.

"Kok papa nggak dicium?"

Lili berbalik malas, "Papa pelit, masa cuma segini." katanya, menunjukkan selembar duapuluh ribuan di tangannya.

Ihza sewot. "Besok papa tambahin lagi, sini cium dulu." Lili menatap tajam. "Janji, dua kali lipat." tegasnya meyakinkan.

Lili mendekat dan mencium cepat kedua pipi papanya. "Makasih papa ... Selamat malam."

Belum ada lima menit Lili meninggalkan mereka berdua di ruang tengah, Ihza sedari tadi masih terus menggoyang-goyangkan kaki istrinya yang ada di sebelahnya.

"Ma ..."

"Lili belum tidur, Pa."

"Pengen ngecas handphone,"

Istrinya nyengir, "Ya udah, sana ke kamar dulu, pake power bank."

"Mama wangi banget hari ini, cantik." Ihza merayu, menggeser duduk, lebih dekat pada istrinya. "Wangiii banget."

"Udah nggak mempan."

"Ma, ayo dong ... Udah mau lowbat nih baterainya ...."

Dan malam itu berakhir dengan Lili yang sudah tertidur nyenyak bersama bunga mimpinya.

"Aww! Papa tangannya, ih!"

-TAMAT-

≠≠

Cerita ini ditulis oleh: arytrias

Malah Om-Om ini lagi yang update, bosen.

Eh, jangan lupa kritik sarannya dong. Kalau bisa caci-maki aja khusus orang ini.

Dan jangan lupa, ya, ajak temen-temennya untuk mampir ke OSTRè. Dijamin deh, bakal banyak cerita lainnya.

Di saat kalian mengkritik, di situlah kami belajar dan merasa senang.

Continue Reading

You'll Also Like

254K 8.3K 59
Cerita Pendek Tanggal update tidak menentu seperti cerita yang lainnya. Berbagai tema dan juga kategori cerita akan masuk menjadi satu di dalamnya.
472K 11.9K 37
🔞MARKHYUCK🔞 "gak mau nambah anak lagi ??" "mauu" BxB GAYY HOMO 🔞🔞🔞🔞🔞
Hot Journey By mmm

Short Story

165K 943 7
sebuah cerita one/two shoot tentang kenikmatan dunia. 1821+ 🍁jangan report cerita gue 🍁minggir kalo gak suka anjir