OUR STORY [MinYoon-KookV] ✅

Od TIAN_LIAN

42.8K 7.2K 792

Min Yoongi tak pernah menyangka, kembalinya ke kota kelahiran sang ibu akan membawanya bertemu dengan sang pr... Více

SATU
DUA
TIGA
EMPAT
LIMA
ENAM
TUJUH
DELAPAN
SEMBILAN
SEPULUH
SEBELAS
TIGA BELAS
EMPAT BELAS
LIMA BELAS
ENAM BELAS
TUJUH BELAS
DELAPAN BELAS
SEMBILAN BELAS
DUA PULUH
DUA PULUH SATU
DUA PULUH DUA
DUA PULUH TIGA
DUA PULUH EMPAT
EPILOG

DUA BELAS

1.4K 300 31
Od TIAN_LIAN

.

.

.

.

.

Yoongi melangkah menuju sekolah tanpa semangat. Memang, sebelumnya ia juga tidak pernah bersemangat, tapi hari ini berbeda. Ia merasa bersalah pada Nayoon karena sudah membuatnya marah kemarin, sekaligus takut karena kemungkinan besar hari ini ia akan kembali dibuli.

Yoongi melewati beberapa anak yang menatapnya penuh minat. Yoongi balik menatap mereka bingung, lalu mengedikkan bahu. Mungkin mereka para junior yang baru melihat Yoongi, atau baru mendengar cerita tentang Yoongi. Tapi begitu masuk ke dalam gedung sekolah, Yoongi melihat lebih banyak anak yang kasak kusuk, bahkan ada yang terang-terangan menunjuknya sambil tertawa-tawa.

Yoongi seketika mendapat firasat buruk. Jelas-jelas ini sudah tidak normal. Yoongi lantas menatap bingung kelasnya yang ramai oleh murid-murid. Yoongi dapat mengenali mereka seebagai anak kelas sepuluh dan sebelas. Tapi apa yang mereka lakukan di kelasnya? Anak-anak itu tiba-tiba menyadari kehadiran Yoongi, lalu membuka jalan baginya sambil terkikik. Yoongi mengernyit, tapi melangkah masuk juga.

Nayoon berdiri tepat dihadapannya dengan tangan terlipat di depan dada sambil tersenyum sinis. "Ada apa ya?" tanya Yoongi, masih tidak sadar dengan apa yang terjadi. Nayoon tidak menjawab. Ia hanya mengedikkan bahu kearah papan tulis. Yoongi menoleh, lalu matanya melebar saat melihat apa yang dilihatnya. Beberapa foto dirinya beberapa tahun lalu, entah bagaimana, tertempel di sana. Foto-foto yang merupakan aib bagi Yoongi. Foto-foto yang merupakan bukti eksistensi dirinya di masa lalu. Fakta yang ia sedang berusaha lupakan. Yoongi tahu ia lupa bernapas, dan seluruh tubuhnya gemetar serta muncul keringat dingin.

Ia bisa mendengar beberapa cemoohan di belakangnya.

"Ternyata dia dulu gendut begitu..."

"tidak bisa dipercaya.."

"mungkin dia melakukan operasi?"

Tangan Yoongi perlahan terangkat. Ia menutup telinganya sendiri supaya tak bisa mendengar lagi.

'Get lost, you freakin' Asian fatso!'

'What? That ugly Asian likes me? You gotta be kidding me!'

'What the heck is he doing with james? he's plain ugly! he'd never get a single chance'

Yoongi masih bisa mendengar. Sekarang semuanya kembali berputar di kepala Yoongi dan membuatnya mual. Yoongi menekap mulut, lalu segera menghambur keluar kelas. Ketika melewati pintu, ia tak sengaja menabrak seseorang. Yoongi mendongak, dan menatap Jimin yang balas menatapnya bingung.

"Kau kenapa?" tanya Jimin, tapi Yoongi tak menjawab. Ia berderap melewati kerumunan, lalu menghilang. Jimin bertukar pandang dengan teman-temannya, lantas beralih pada kerumunan di depan kelasnya.

"Ada apa ini?" seru Bogum mewakili rasa penasaran Jimin. "sedang apa kalian semua ada di depan kelas?"

"Itu, sunbae, ada yang lucu," jawab seorang anak laki-laki kelas sepuluh, membuat Jimin dan yang lain segera masuk kelas untuk mencari tahu..

Jimin melihat Nayoon yang masih tertawa-tawa, lalu menoleh ke arah papan tulis. Jimin memicingkan mata untuk melihat lebih jelas. Di sebelah kiri, di bawah ada bacaan 'before', terdapat foto-foto seorang anak laki-laki yang sangat gemuk. Di sebelah kanan, di bawah tulisan 'after', terdapat foto Yoongi yang sekarang. Jimin tak bisa berkata-kata untuk beberapa saat, otaknya sibuk mencerna informasi baru itu.

"bagaimana? Aku tidak perlu pakai edit-edit loh,. Foto-foto itu asli ku dapat dari teman SMP-nya dulu," Nayoon nyengir penuh kemenangan. Jimin menatap datar foto-foto itu, lalu melangkah keluar kelas dan menarik masuk anak laki-laki yang tadi menjawab Bogum. Ia menjambak rambutnya dan membuatnya menghadap papan tulis.

"kau bilang ada yang lucu? Mana yang lucu?" tanya Jimin dingin sementara semua anak sekarang menatapnya ngeri.

"Ti-tidak, Bos," cicit anak itu, membuat Jimin melemparnya ke papan tulis. Dalam hitungan detik, Jimin mneyambar kerah kemeja Nayoon dan menariknya.

"Kau? Selain jadi pelacur ternyata berbakat juga jadi wartawan infotaiment," desis Jimin, sementara Nayoon sudah gemetaran. Jimin melepaskan Nayoon sehingga ia terhempas ke lantai. Ia lantas menatap tajam ke sekeliling, membuat kerumunan itu bubar seketika.

"Bereskan ini," perintah Jimin pada Jongdae yang langsung mengangguk. Ia kemudian melangkah keluar kelas, bermaksud mencari Yoongi. Jimin berderap ke koridor, mendorong anak-anak yang menghalangi jalannya. Ia mencari sosok Yoongi di setiap sudut, tapi tak ditemukannya. Jimin menghela napas, lalu tanpa sengaja melirik ke kamar mandi, satu-satunya tempat yang belum ia periksa. Jimin menatapnya ragu, tapi melangkah juga kesana. Ia melongokkan kepala ke dalam kamar mandi dan mendapati Yoongi sedang berjongkok di depan WC.

Jimin menatapnya sebentar, lalu mendekatinya. Yoongi yang menyadari kehadiran orang lain segera menoleh, lantas mengalihkan pandangan saat tahu itu Jimin. Jimin sendiri sudah kepalang melihat mata Yoongi yang basah, tapi ia tak berkata apa pun. Ia hanya memperhatikan Yoongi yang masih terisak pelan, sambil berjongkok di depan pintu kamar mandi. Yoongi bersyukur Jimin tak bertanya apa pun.

.

.

.

.

.

"Haloo..." Taehyung melongokkan kepala ke dalam ruangan OSIS, kemudian masuk tanpa dipersilahkan.

Jungkook yang ada di kursi kebesarannya hanya mengernyit. "Ada apa ya?" tanyanya, tak biasa melihat Taehyung ada di sini.

"Tidak apa-apa. Tadi di kelas kau tidak ada, makanya ku pikir kau pasti ada disini." Taehyung menarik kursi dan duduk di depan Jungkook.

"kau kehilangan momen tadi."

"Momen apa?" Jungkook melirik jam tangan. Ia yakin belum ada jam pelajaran apa pun dimulai saat ini, mankanya ia memutuskan untuk menyepi di ruang OSIS. Taehyung menatap Jungkook, lalu menghela napas.

"Si, Yoongi. Dipermalukan Nayoon di depan kelas," kata Taehyung, membuat Jungkook menatapnya dengan mata melotot.

"Dipermalukan... bagaimana?"

"Entah bagaimana, Nayoon bisa mendapatkan foto-foto Yoongi jaman julu, dan di tempel di papan tulis," kata Taehyung lagi, sementara Jungkook masih menatapnya bingung. Taehyung menghela napas.

"Yoongi dulunya gendut." Jungkook terdiam sesaat, lalu kembali bingung. "Terus?" komentar Jungkook, tak tahu apa yang harus dipusingkan.

"kau tidak pernah jelek sih makanya kau tidak masalah dengan hal itu. Bung kita hidup di Korea kau harus ingat itu." Taehyung memutar bola mata. "untuk ukuran orang kaya serta siswa luar negeri, apalagi yang semanis Yoongi, gendut bisa jadi aib. Nayoon sengaja masang foto itu supaya Jimin menjauhi Yoongi." Jungkook mengangguk-angguk, walaupun dalam hati ia masih tidak terlalu mengerti.

"Terus...?" kata Jungkook, tapi tak segera melanjutkannya. Taehyung menatapnya, lalu tersenyum penuh arti.

"Terus bagaimana dengan Jimin, maksud mu?" Jungkook menatap Taehyung tanpa berkedip. Taehyung bisa membuka usaha ramal kalau ia mau. Taehyung lantas terkekeh saat melihat ekspresi Jungkook.

"Jimin langsung ngejar dia," kata Taehyung. "Aneh ya? Ku pikir Jimin bukan tipe orang yang setia pada satu orang?"

Jungkook tidak langsung menanggapi kata-kata Taehyung, karena ia sendiri heran. Ia memang tak pernah melihat Jimin dekat dengan oaring mana pun lebih dari dua hari. "Terus, Kook, ada sesuatu," kata Taehyung lagi, membuat Jungkook kembali menatapnya.

"Ini memang masih dugaan ku, tapi kalau feeling ku benar, Yoongi itu... pengidap anoreksia."

Jungkook mengernyit. Ia tahu apa anoreksia. Anoreksia adalah gangguan makan yang berupa pengurangan porsi makan secara sengaja. Tapi Jungkook tak pernah menyangka Yoongi mengidapnya.

"Dulu temen ku juga pernah mengidap anoreksia. Gejalanya mirip Yoongi," kata Taehyung. "Dia tidak tahan tekanan, dan badannya kurus nggak wajar. Waktu itu... aku pernah menemukan Yoongi muntah-muntah setelah dibuli Nayoon."

Setelah Jungkook pikir-pikir, ia memang tidak pernah melihat Yoongi makan apa pun di mana pun. Wajah Yoongi juga sering tampak pucat, apalagi kalau ia sedang takut atau sedang cemas. Jungkook tampak berpikir keras, membuat Taehyung tersenyum simpul.

"kau memikirkannya? Mau menghiburnya?" tanya Taehyung, membuat Jungkook tersadar, lalu menatapnya kesal.

"Bisa, kau tidak selalu ngambil keputusan sendiri?" sungut Jungkook membuat Taehyung terkekeh.

"kau mudah di tebak sih, Kook," Taehyung bangkit, membuat Jungkook sadar betapa jika tinggi anak laki-laki cantik itu hampir sama dengannya. Taehyung lantas menatap sekeliling.

"Oke. Mulai sekarang aku akan sering-sering hang-out di sini." Jungkook mengalihkan pandangan.

"Ha? Kenapa?"

"Ya... mau main saja. Daripada bosen di kelas?" Taehyung lalu memicing pada Jungkook. "Atau... kau tidak suka kalau aku datang? Takut aku mengganggu mu saat berduaan dengan Yoongi eh?"

Jungkook berdecak. "Terserah," gerutunya. Taehyung segera terbahak. "Ya ampuuun... kau itu kenapa bisa imut sekali sih," goda Taehyung, membuat Jungkook kembali menatap monitor tanpa benar-benar membaca proposalnya. Masih tersenyum simpul, Taehyung berjalan-jalan ke rak dan menemukan sebuah buku kenangan lama. Ia lantas membawanya ke meja dan membacanya penuh semangat.

Jungkook mengintipnya dari balik monitor, lalu menghela napas lega. Setidaknya pemuda cantik itu tidak mencoba-coba menebak isi otaknya lagi. Pikiran Jungkook lantas melayang pada Yoongi. Ia khawatir dengan anak itu. tapi karena Jimin bersamanya, mungkin Yoongi baik-baik saja. Atau karena Jimin bersamanya, ia malah harus khawatir?

"Dia pasti baik-baik saja kok," kata Taehyung membuat Jungkook melotot, kehilangan kata-kata. Taehyung langsung terkikik geli.

.

.

.

.

.

"Kau... tidak mau bertanya, Jimin?" Yoongi menatap Jimin yang hanya menatap lapangan gersang. Jimin berhasil membawa Yoongi keluar dari kamar mandi dan duduk di tumpukan kayu tempat ia biasa nongkrong. Jimin melirik Yoongi yang pucat, lalu bangkit.

"Kau, tunggu sini," katanya, kemudian melangkah pergi. Yoongi hanya menatapnya bingung. Yoongi benar-benar tidak tahu harus melakukan apa. Ia malu. Ia takut. Ia ingin menghilang selamanya, seperti yang pernah dirasakannya saat sekolah di Manhattan. Sebotol air mineral tiba-tiba muncul di depan Yoongi. Yoongi mendongak, lalu mendapati Jimin yang sudah kembali dengan air mineral dan sebungkus roti. Yoongi menerima air mineralnya, tapi ia hanya mleirik roti di tangan Jimin.

"Makan," kata Jimin, membuat Yoongi meneguk ludah. Tangannya terangkat gemetar, tapi tak kunjung menerima roti itu. Jimin berdecak tak sabar, lalu meraih tangan Yoongi dan menjejalkan roti itu padanya. Ia lantas duduk di samping Yoongi sementara Yoongi masih menatap kosong roti di tangannya. Air matanya mulai mengalir.

"aku..." Yoongi tercekat. "aku... pengidap anoreksia."

"aku tidak mengerti istilah-istilah begitu," tukas Jimin sambil mengorek kuping. "Sudahlah kau makan saja." Yoongi menatap Jimin memohon, tapi Jimin malah balas menatapnya galak.

"Kau mau makan tidak?" bentaknya, membuat Yoongi tersentak. Yoongi segera membuka bungkus roti itu, lalu menatapnya ragu. Yoongi bisa melihat tampang tak sabarnya Jimin dari sudut matanya, lantas mulai menggigit roti itu. Seketika Yoongi langsung merasa bersalah. Tidak seharusnya ia makan. Tidak seharusnya. Nanti ia kembali jadi gemuk. Nanti ia kembali tidak sempurna. Nanti semua orang akan menertawainya lagi. Yoongi langsung merasa mual. Roti itu tidak bisa masuk tenggorokannya. Yoongi baru akan kembali ke kamar mandi saat Jimin meraih tangannya dan menariknya hingga kembali terduduk.

Yoongi menatap Jimin yang sudah menatapnya tajam. "Kau mau mati?" desis Jimin dengan suara rendah. Yoongi menatapnya tanpa berkedip, air matanya sudah meleleh lagi. "Kau mau mati,ya?"

Tangis Yoongi pecah seketika, tapi tak membuat Jimin kasihan. Jimin berjongkok di depan Yoongi yang terisak hebat. "Kau boleh pura-pura menangis atau apa pun, tapi aku tetep harus melihat mu makan," kata Jimin, membuat tangis Yoongi semakin keras. "Kau mau makan selama apapun, aku tunggu. Tapi jangan bilang kau tidak mau makan."

"Kau tidak mengerti!!" Yoongi memukul Jimin, membuatnya kaget. "kau sama sekali tidak mengerti." Jimin membiarkan Yoongi memukulinya hingga pemuda itu merasa lelah sendiri.

Beberapa menit kemudian, Yoongi sudah tampak terengah-engah. "Lihat? kau bahkan tidak punya tenaga untuk menangis," kata Jimin. "Jadi jangan menangis. Yang kau perlu lakukan itu makan." Yoongi menatap Jimin, berusaha mengumpulkan tenaganya. Ia tahu ia pusing sekarang, tapi ia tetap tidak ingin makan. Ia hanya boleh makan sehari sekali, yaitu saat jam tiga siang. Ia tidak boleh makan sekarang.

"Kalau kau tidak mulai makan, aku akan menjejalkan roti itu ke mulut mu," kata Jimin lagi kejam, membuat mata Yoongi melebar takut. "Jadi?"

"Please, Jimin, jangan..." pinta Yoongi, tapi Jimin malah bangkit dan merebut roti itu dari tangannya. Yoongi menekap mulut, kembali terisak.

"aku harus lakukan ini," kata Jimin, tampak bersungguh-sungguh. "aku... aku tidak mau melihatmu mati konyol." Yoongi menatap Jimin tak percaya. Jimin sendiri menatap Yoongi tanpa berkedip sampai matanya berair. Ia mengeraskan rahang. Roti di tangannya sudah hampir tak berbentuk.

"kau... mau melihat ku jadi jelek lagi?" tanya Yoongi dengan suara serak.

"Asal kau hidup," jawab Jimin, membuat Yoongi menunduk, kembali terisak. Jimin menghela napas, lalu berjongkok di depan Yoongi dan menyodorkan roti itu. Yoongi menatapnya lama, kemudian mulai menggigitnya. Ia perlahan mengunyah, menahan setengah mati rasa mual di perutnya.

"Telan, Yoongi," perintah Jimin, sadar kalau Yoongi hanya menyimpan roti itu di dalam mulut. Yoongi menarik napas, lalu sekuat tenaga menelan roti itu hingga wajahnya memerah. Saat ia berhasil melakukannya, ia langsung menggapai botol air mineral dan minum banyak-banyak.

Jimin menatap Yoongi, lalu menggeleng-geleng lelah. Ia tahu ada yang salah dengan Yoongi karena ia tidak pernah melihat Yoongi makan sekali pun. Saat Yoongi mengambil ponselnya dan bertemu Jimin, perutnya berbunyi tapi ia menolak makan dan malah langsung pulang.

"Kenapa kau bisa begini?" desahnya membuat Yoongi menunduk. "Maaf," gumam Yoongi lirih. Ia merasa tak siap membuka masa lalunya.

"aku tidak peduli," kata Jimin, membuat Yoongi mendongak. "aku tidak peduli masa lalu mu. Yang penting, selama kau ada di dekatku, kau harus makan." Yoongi menatap Jimin lama, lalu mengangguk pelan. Jimin menghela napas, lantas bangkit dan menepuk kepal Yoongi.

"Habiskan," kata Jimin, membuat Yoongi kembali menatap roti di tangannya. Jimin melirik lagi, lalu merebut roti itu.

"aku akan membantumu" Jimin membagi roti itu jadi dua, lalu melahap habis bagiannya dan memberikan sisanya pada Yoongi. Yoongi tersenyum lemah, kemudian mulai menggigit lagi roti ditangannya, dan bisa menelannya tanpa banyak kesulitan. Yoongi juga mulai bisa merasakan makanan di mulutnya. Sebelumnya, ia tidak pernah merasakan apa pun, dan hanya menelannya bulat-bulat. Yoongi melirik Jimin yang sekarang sedang minum. Ternyata makan bersama orang lain itu menyenangkan.

.

.

.

.

.

Pokračovat ve čtení

Mohlo by se ti líbit

179K 23.4K 34
Kim Taehyung punya begitu banyak definisi yang bisa membuat orang jatuh cinta. Salah satunya, seorang pembalap bernama Jeon Jungkook yang jatuh cinta...
11.9K 1.8K 7
[kookv - completed] perception (n) a belief or opinion, often held by many people and based on how things seem. kebanyakan orang memiliki persepsi ha...
46.5K 6.1K 12
[COMPLETE] When Arjun fall in love with Alifian. -Special for Kim Taehyung's birthday- KookV + lokal au [ Top! Kook Bottom! V ]
4.8K 107 1
Jeon Jungkook, seorang pria pengidap skizofrenia yang jatuh cinta pada bayang-bayang lelaki itu, lelaki yang selalu melekat di hatinya. Dan Kim Taehy...