Yuzhou Multiuniverse

By uvlight2030

6.2K 366 390

FF Yuzhou Oneshot Multiuniverse (Canon & AU) dalam bahasa Indonesia Kalian bisa request cerita dengan kirim... More

Selamat Tahun Baru (Canon)
I Should Not Get Used To It (Canon!Filming era)
Sendika, Kangmas Jingyu
Filling In the Space (Single dad!AU) Part 1 of 2

My Little Family Series (1)

833 63 66
By uvlight2030

"Timi, kamu dapat permen itu dari mana?" tegur kakaknya, Joni, yang melihat adiknya datang ke arahnya sambil sibuk mengemut permen lolipop.

Timi melepas emutannya sebelum menjawab.

"Timi dikasih sama jiejie baik yang ada di sana." Timi menunjuk ke sudut ruangan tempat jiejie yang dia maksud berada. Mereka sedang berada di studio musik tempat Daddy mereka latihan untuk konser yang akan berlangsung 2 hari lagi. Ketika Daddy mereka latihan, para staff secara bergantian mengawasi putra dari pasangan Huang Jingyu dan Xu Weizhou, Joni dan Timi.

"Timi, nanti kalau Daddy marah gimana? Kan ga boleh makan permen malam hari," ujar Joni mengingatkan, walau dia sendiri sebenarnya ngiler melihat lolipop rasa strawberry yang digenggam erat di tangan kanan Timi. Tapi dia lebih teguh dengan godaan kudapan malam dibanding adiknya.

Timi memberengut. "Tapi Timi ingin permen, ge. Nunggu Daddy latihannya lama. Timi kan bosan. Timi janji nanti Timi sikat gigi kok."

Joni hanya bisa menghela napas mendengar jawaban adiknya. Joni percaya Timi akan sikat gigi, buktinya gigi adiknya masih rintik-rintik dan putih. Tetapi seperti kata Daddy, kalau makan permen di malam hari Timi akan tidur terlalu larut malam dan biasanya Timi akan sangat rewel.

"Timi!!! Joni!!!"

Mereka terkesiap mendengar suara yang sangat familiar memanggil mereka. Suara yang selama ini hanya bisa mereka dengar dari telepon maupun video call akhirnya terdengar secara langsung.

"Papaaaaaaaaaaa!!!!"

Seperti telah dicharger, kedua anak yang sudah mulai suntuk itu tiba-tiba sangat bersemangat berlari menuju papa mereka yang baru saja masuk ke ruang lounge studio musik itu. Begitu mendarat di Beijing, Jingyu langsung menuju ke tempat keluarganya berada, menyerahkan tugas ke asistennya untuk membawa barang-barangnya ke rumah mereka yang berada di Beijing. Ia sudah terlalu rindu dengan keluarga kecilnya untuk menyempatkan diri pulang terlebih dahulu.

Para staff terkejut dengan kedatangan Jingyu. Mereka pun bangkit dari tempat mereka sibuk bekerja untuk menyapanya, walau mereka tetap menjaga jarak agar tidak mengganggu reuni keluarga kecil pria itu.

"Aiyoo, jagoan papa makin berat saja!" ujar Jingyu sambil membopong kedua anaknya di kedua lengannya yang kekar. Timi dan Joni hanya mengikik mendengar papanya mengeluh. Saking kangennya dengan sang papa, mereka memeluk dan membenamkan wajah mereka di kedua sisi ceruk leher Jingyu. Sudah satu bulan lebih mereka tidak bertemu langsung dengan papanya.

Jingyu hanya bisa tersenyum dan mencium kening anaknya satu per satu.

"Papa perginya lama sekali. Timi kangen."

"Joni juga. Papa jangan pergi lama-lama lagi."

Jingyu merasa sangat bersalah setiap kali anak-anaknya merajuk padanya karena ia pergi terlalu lama. Tuntutan pekerjaan membuatnya harus bolak balik luar dalam negeri dan ia tidak bisa membawa serta Timi dan Joni dengan jadwal seperti itu. Oleh karena itu, Timi dan Joni lebih sering bersama Weizhou yang memiliki jadwal relatif stabil dan masih terkadang dijenguk oleh mamanya.

"Papa juga kangen sekali sama Timi dan Joni. Sekarang papa nggak pergi-pergi lagi kok." Walau itu terdengar seperti janji palsu, tetapi Jingyu sudah berjanji pada diri sendiri untuk banyak melewatkan waktu bersama keluarganya setelah menyelesaikan dua proyek besarnya.

"Hei, Jingyu. Apa kabar? Selamat sudah selesai syuting dramanya," Lihao menyapa Jingyu yang sedang reuni dengan anak-anaknya itu.

"Baik, baik. T'rima kasih, ge. T'rima kasih sudah menjaga Zhouzhou dan anak-anak."

"Ahh, tidak perlu berterima kasih," ujar Lihao. "Kalian sudah seperti keluargaku sendiri."

"Aiyaa, gege sendiri kapan mau berkeluarga?" goda Jingyu yang hanya dibalas kekehan dari manager suaminya itu.

"Jingyu!"

Dengan napas tersengal, Weizhou memanggil suaminya dari seberang ruangan. Tampaknya begitu mendengar dari staff kalau suaminya datang, ia langsung berlari keluar dari ruang latihan.

Mata keduanya berbinar-binar saat bertemu. Rasa rindu langsung membuncah di dada. Tanpa skenario maupun koreografi, mereka saling menghapus jarak di antara mereka dan akhirnya bertemu di tengah. Masih dalam keadaan menggendong Joni dan Timi, Jingyu pun mencium Weizhou.

Sudah hafal dengan tindakan orang tuanya, Joni langsung menutup matanya dengan kedua tangannya. Timi pun mengikuti kakaknya. Saat itu, permen lolipop yang masih ada di genggamannya jatuh ke lantai.

Jingyu mengakhiri ciuman singkat mereka walau Weizhou tanpa sadar masih menginginkan lebih dengan mengejar bibir Jingyu yang menjauh. Jingyu berdeham, memberi sinyal kepada Weizhou tentang keberadaan anak-anak mereka, dan Weizhou yang baru sadar pun terkekeh malu.

"Ini permennya siapa ya yang jatuh?" ujar Lihao ketika ia memungut permen lolipop yang jatuh tidak jauh di belakang Jingyu.

Sang orang tua pun melihat ke benda yang ditunjukkan oleh Lihao, sedangkan sang pemilik permen mengkeret dan kembali membenamkan wajahnya ke leher papanya.

"Itu permen Timi," ucap Timi lirih, dan hanya papanya yang bisa mendengar.

Jingyu tersenyum lembut dan menyerahkan Joni ke pelukan Weizhou. Kini satu tangannya bebas mengelus rambut halus putra termudanya itu. "Ahh, tapi permennya sayang sudah jatuh."

"Hnng...ngg," Timi mulai menangis di leher papanya.

"Tapi... Papa punya lebih banyak permen di rumah untuk Timi dan Joni," ujar Jingyu.

"Ah? Benarkah?" Timi langsung menatap papanya dengan matanya yang bulat dan sedikit berair. Jingyu pun mengangguk membenarkan.

"Asal selama ini Joni dan Timi gak nakal sama daddy."

"Joni gak nakal kok!" sahut Joni langsung. Dia sudah membayangkan akan menikmati banyak permen oleh-oleh papanya dari Thailand.

"Timi..." Timi menoleh ke arah Weizhou. "Timi cuma menerima permen itu dari jiejie yang di sana. Timi gak bermaksud nakal sama daddy."

Gemas dengan putranya yang dengan polos mengakui perbuatannya itu, Weizhou pun dengan sayang mencium pipinya. "Tidak apa-apa sayang. Timi gak nakal kok. Nanti sampai rumah jangan lupa sikat gigi ya."

"Eum," Timi mengangguk sambil tersenyum ke daddy-nya. Ia kemudian kembali menghadap papanya. "Papa, ayo pulang Timi mau permennya."

Jingyu dan Weizhou saling bertukar pandang.

'Mengapa tadi kamu malah mengiming-iminginya permen yang lebih banyak lagi, Jingyu? Kamu tahu mereka akan tidur larut jika terlalu banyak makan gula.'

'Bukankah aku tadi hanya ingin menenangkannya? Sayang jangan marah. Nanti aku yang akan menidurkan mereka.'

"Tapi daddy belum selesai latihan, sayang." Jingyu pun kemudian mencoba mengalihkan perhatian. "Kenapa tidak kita pesan makanan online selagi menunggu Daddy selesai latihan? Kalian ingin makan apa?"

Joni dan Timi pun saling bersahutan memberi usul. Jingyu duduk berjongkok dan mengeluarkan hpnya. Joni dan Timi mengerubunginya untuk memilih kudapan malam mereka.

"Kamu mau makan apa, sayang?" tanya Jingyu ketika ia kembali bangkit berdiri menghadap Weizhou. Ia menyubit lembut pipi yang sudah kembali menirus itu.

"Aku tidak makan malam," ucap Weizhou. "Aku sudah terlalu banyak bertambah berat badan sepulang dari Budapest."

"Apa yang kamu bicarakan?" Jingyu mengangkat alisnya. "Jelas-jelas pipi ini sudah tidak ada dagingnya."

Weizhou menepis tangan jahil Jingyu yang terus menerus bermain di pipinya. "Aku sedang tidak bernafsu makan."

Jingyu mendekati suaminya selangkah lebih dekat dan berbisik di telinganya.

"Tapi kalau nanti makan 'itu'ku, bernafsu tidak?"

Telinga Weizhou langsung memerah dan reflek ia langsung mencubit pinggang suaminya. Teriakan Jingyu menarik perhatian orang-orang di sekitar mereka (sebenarnya dari tadi mereka memerhatikan interaksi pasangan itu, tetapi pura-pura tidak melihat PDA mereka saja).

"Oh, shut up, Jingyu!"

Jingyu hanya tertawa lepas. Setelah puas tertawa, Jingyu kembali menawari Weizhou. "Makan ya sayang. Kamu ini kalau nggak makan bisa sakit nanti sewaktu konser. Aku pesankan Huang Meng Ji dan kita makan seporsi berdua, bagaimana?"

Weizhou akhirnya mengangguk nurut, sambil tersenyum penuh rasa terima kasih.

"Aku kembali latihan dulu ya. Tolong awasi Joni dan Timi."

"Aku tidak boleh lihat kamu latihan kah?" rajuk Jingyu.

"Tidak boleh," ujar Weizhou tegas. "Ini rahasia. Tunggu sampai hari konser tiba," ucapnya sambil mengedipkan satu matanya.

Jingyu hanya bisa menggeleng-geleng atas kecentilan suaminya. Ia pun pasrah harus menunggu sampai hari konser tiba.

Weizhou mencium pipi suaminya sekilas sebelum berlalu menuju putra-putranya yang sudah kembali bermain dengan mainan yang mereka bawa dari rumah sembari menunggu pesanan makan malam mereka datang. Ia memberi tahu mereka kalau daddy kembali latihan lagi sebentar.

Ketika Jingyu melihat Weizhou kembali pergi latihan, ia menghela napas karena ia masih sangat rindu dengan suaminya itu dan ingin segera bisa bermanja-manja dengannya. Tahu diri jika ia harus menunggu sampai mereka pulang ke rumah (dan sampai anak-anak mereka tidur), Jingyu pun memutuskan untuk menikmati waktu berkualitas bersama Joni dan Timi-nya yang juga sangat ia rindukan.

___________________________
Cilukba 🙈🙉 haha
Maaf ya lama tidak menulis ff, dan ini jadinya dadakan aja lagi pengen nulis keluarga kecil Yuzhou 😆
Jadi orang tua itu susah, apalagi sudah punya dua anak 😅 Aku belum pernah jadi ortu sih jadi maap klo ada yang janggal hehe *peace* 😂

Continue Reading

You'll Also Like

482K 36.6K 59
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
190K 9.3K 31
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
64.4K 6.7K 22
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
46.8K 4.4K 43
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...