Segenggam Harapan Cinta (Pesa...

By AfifahHanafi20

154K 8.8K 1.7K

(WARNING!!! SIAPKAN PASANGAN, KARENA MEMILIKI TINGKAT KEBAPERAN YANG MEMBUAT ANDA INGIN NIKAH ) FOLLOW SEBELU... More

🌺Prolog
{1}🌺Hukuman
{2}🌺Rekaman masalalu
{3}🌺Sepucuk surat
{4}🌺Rekaman masalalu (2)
{5}🌺Sepucuk surat (2)
{6}🌺Menerima dan membuka hati yang terluka.
I Find The Shine
{7}🌺Nasehat cinta
{8}🌺Masalalu yang sulit dilupakan
(9)Senyummu membuatku berdebar
{10}Senyummu membuatku berdebar (2)
{12}Berjanji untuk membuka hati
{13}Memperbaiki alur masalalu
{14}Cemburu
{15}Cemburu (2)
{16}Biola Hasna
{17}🌺Sesak di dalam dada
(18)Syafiq mencintai Hasna Tulus
{19} Wanita sulit dimengerti
{20}🌺Ikhlaskan atau pertahankan
{21}🌺Merelakan dengan ikhlas
{22}🌺Gugup
{23.}🌺Heran
{24}🌺Faiz
{25}🌺Candu Syafiq
{26}🌺Lampu tidur
[27]Hasna Kesal
🌺[28] Tanda tanya bagi Syafiq
[29] Gundah gulana

{11}Hasna Amelia Putri

4.2K 292 73
By AfifahHanafi20

Syafiq menjadi salah tingkah. Ia menggerutuki dirinya sendiri karena telah lancang mengatakan hal seperti itu. Dengan mudahnya ia mengucapkan jika saat ini, dadanya begitu berdebar.Jujur, hatinya tidak menyangkal apa yang ia katakan. Semua memang benar adanya.
Namun, rasanya tidak patut jika harus ia tuturkan secara blak-blakan. Takutnya akan ada kesalah pahaman yang berujung fitnah.

"Maaf, bukan gitu, maksud saya...saya tiba-tiba–" belum saja Syafiq meneruskan pembeciraanya Hasna sudah terlebih dahulu memotong pembicaraanya.

"Gapapa Ustaz, saya ngerti kok," ucap Hasna sembari mengalihkan pandangannya dari Syafiq.

Syafiq bernafas lega. Syukurlah gadis itu tidak menanyakan lebih lanjut dan tak terbawa perasaan sebagaimana wanita pada umumnya. Bukan Syafiq merasa sempurna jika setiap wanita selalu menyukainya. Namun itulah kenyataanya. Syafiq mengetahui hal itu dari Aisya sepupunya, jika banyak santriwati yang mengidolakannya. Bahkan tak jarang adapula santriwati yang berterus terang prihal perasaanya kepada Syafiq. Namun apalah daya, hati Syafiq masih tertombak pada hati Syabila. Syabila yang Syafiq pun tak tau di mana keberadaanya.

Hasna tidak mengharapkan apa-apa dari Syafiq. Dia berfikir Syafiq hanyalah ustaz Idolanya. Toh iya mengerti jika maksud kata 'berdebar' yang diucapkan oleh Syafiq adalah, karena ketidak terbiasanya, Syafiq berduaan dengan mahromnya seperti ini.

Ia jadi meyakini pula, jika saat ini, Hasna pun berdebar karena tidak terbiasanya ia berduaan dengan bukan mahromnya.

"Hujan sudah reda, mari kita pulang," ajak Syafiq.

Hasna duduk di kursi belakang mobil. Tidak ada pembicaraan di antara keduanya. Hujan kembali turun. Hasna memandangi jalanan yang terlihat sepi tak seperti biasanya. Syafiq pun begitu pula. Ia fokus menyetir.

Sesampainya di pondok, Adzan Dzuhur telah berkumandang. Belum sempat Hasna berterimakasih, Syafiq sudah bergegas menuju mesjid.

Hasna menghela napas, ia pun berniat untuk menuju asrama.

Sesampainya di asrama, bukannya bergegas menuju mesjid untuk melaksanakan zuhur, Hasna lebih memilih untuk merebahkan diri di atas kasur. Rasa lelah mengalahkan dirinya untuk melaksankan sembahyang. Hasna tau tentang hukum melalaikan sholat. Namun, hawa nafsu lebih condong terhadap dirinya saaat ini.

"Ya ampun, Ustaz Syafiq ternyata jauh lebih tampan dari yang aku kira," gumamnya pelan ketika mengingat momen ketika mereka berteduh di pohon area taman tadi. Ia kembali tersenyum ketika Syafiq melontarkan jika hatinya berdebar, ketika Hasna terang-terangan memandangi wajahnya.

"Loh, katanya mau sampai malam? Kok udah pulang?" Tanya Nindy sembari merapikan mukenanya. Nindy baru saja selepas dari mesjid.

Lamunan Hasna pecah seketika. "Abi ada urusan mendadak," jawabnya singkat.

Tanpa banyak bertanya Nindy hanya mengangguk tanda mengiyakan.

Nindy menyipitkan kedua matanya. Tidak seperti biasanya, Hasna seperti ini. Terlihat jelas jika wajah Hasna berseri. Nindy menjadi kepo kemana saja tadi Hasna pergi dengan Ustaz Ibrahim. "Kayaknya seneng banget ni, habis dari mana?"

"Kamu tau gak Nind?" Kata Hasna dengan antusias.

"Tadi aku jalannya sama Abi dan Ustaz Syafiq. Ustaz idola...," ucapnya dengan histeris.

Nindy membulatkan kedua matanya. "Kok bisa?"

"Udah nanti aja deh ceritanya. Aku ngantuk mau tidur dulu."

"Kamu udah sholat zuhur?"

"Oh iya ya, nanti deh aku qodho. Udah cape banget."

Nindy menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia tidak bingung melihat Hasna seperti itu, bukan kali pertama Hasna melalaikan sholat seperti ini. Hampir setiap hari ia menunda sembahyang dan berujung menjadi Qodhoan. Apalagi sholat Shubuh. Sudah berapa kali Hasna mendapatkan hukuman dari organisasi karena perbuatannya. Bukan seorang Hasna jika tidak mengelak dan melawan. Hasna memang gadis yang keras kepala. Tak heran jika Nindy tidak memarahinya.

Lagian Nindy merasa tak enak jika harus menegur Hasna, mengingat kejadian satu bulan yang lalu Hasna diceramahi oleh Ustazah Aisya karena kesalahannya yang tak sekali, melainkan berkali-kali. Apa respond Hasna? Tentu gadis tersebut malah memarahi Ustadzah Aisya. Tak peduli siapa Aisya di pondok ini. Yang jelas Hasna tidak suka jika ia harus dinasehati.

💕💕

"Nind, kita makan sore di kantin aja yuk?"

"Hmm boleh juga," balas Nindy seraya merapikan pakaian yang ada di dalam lemarinya.

Santri dan santriwati diperbolehkan makan di kantin untuk mereka yang bosan dengan menu hidangan pondok.

Kantin berada di kawasan perbatasan santri putra dan putri. Tempatnya lumayan luas dan juga menghidangkan makanan yang begitu banyak. Selain itu harga nya juga menyesuaikan dengan anak pondok. Bukanya dari pagi hingga sore jam enam. Makanan menu apapun selalu tersedia di sana. Menyesuaikan jam makan santri, biasa di waktu tersebut kantin lumayan ramai.

Sesampainya Nindy dan Hasna di sana, Hasna langsung memesan makanan kepada Bi Jannah. Nindy pun disuruh Hasna untuk mencari tempat, karena Kantin cukup terlihat ramai dari biasanya. Maklum hari ini adalah hari di mana orang tua boleh mengunjungi anaknya.

Hasna langsung melahap Nasi gorengnya dengan lahap. Nindy hanya bisa terkekeh pelan. Sahabatnya itu memang suka makan. Porsi nya pun tak tanggung-tanggung. Namun, gadis itu tidak pernah ada masalah dengan tubuhnya. Sebanyak apapun ia makan, berat tubuhnya tidak akan mempengaruhi. Nindy menjadi hiri dengan Hasna, mengingat baru makan malam dua hari berturut-turut saja, perutnya terlihat membuncit.

"Hasna, liat itu Gus Raffi!" Pekik Nindy dengan histeris.

Hasna yang membelakangi keberadaan Gus Raffi pun menoleh mengikuti pandangan Nindy. Gus Raffi menangkap keberadaan Hasna dan Nindy. Pria itu pun juga sempat tersenyum kepada Hasna. Gadis itu tiba-tiba menjadi salah tingkah.

"Hallo Gus," sapa Hasna dari tempat duduknya dengan suara yang nyaring.

Raffi tersenyum simpul menanggapi sembari menunduk.

"Makan di sini aja Gus, bareng aku sama Nindy."

Rasanya tak enak jika harus  menolak, mengingat hati perempuan itu terlalu sensitif.

Jika ia menolak tawaran Hasna, bisa jadi ia akan malu, mengingat suara Hasna cukup keras mengajaknya untuk satu meja. Ia pun mendatangi meja Hasna.

"Gimana tadi jalan sama Abi? Seru acaranya?" Tanya Raffi dengan ramah.

"Seru Gus, tapi kurang seru kalo gak ada kamu," jawab Hasna dengan santai sambil menyuap nasi gorengnya.

Raffi tersenyum simpul, ia tidak mau terlalu terbawa perasaan. Walaupun ia merasakan debaran yang berbeda.

Sejak kapan Hasna seperti ini gumamnya. Kemaren saja ia melihat tingkah gadis satu ini seperti malu-malu dengan dirinya. Tapi hari ini, justru sebaliknya.

Nindy membulatkan kedua matanya mendengar jawaban Hasna. Ia tak habis fikir dengan sahabatnya,  jika Hasna seberani itu menanggapi ucapan Gus Raffi. Setahunya Hasna akan menjadi sangat pemalu di hadapan Raffi, ia kadang berubah menjadi gadis yang sangat kalem berbalik dengan sifat tabiatnya.

"Ana duluan ya Hasna, Nindy. Hari ini Ana ada jadwal di mesjid. Assalmualaikum," ucap Raffi lalu meninggalkan kedua gadis tersebut.

"Gimana pun keadaanya, dia itu selalu jaga pandangan sama yang bukan mahromnya," ujar Nindy pelan.

Hasna menganggukkan perkataan Nindy. "Ustaz Syafiq pun begitu, tapi sejak kejadian kemaren aku liat sesuatu berbeda dari beliau," ujarnya sambil tersenyum.

"Berbeda gimana Na?" Tanya Nindy penasaran.

"Hmmm....kepo yaaa??" Hasna menyipitkan kedua matanya.

"Hayo ceritaa! Katanya mau cerita."

"Entar aja, di sini banyak orang."

Nindy menghela nafas. Percuma saja ia memaksa Hasna, gadis itu pasti akan tetap menghiraukan permintaanya.

"Btw, kamu kok tadi tiba-tiba blak-blakkan gitu sama Gus Raffi? Gak biasanya? Sampe aku bingung, seberani itu kamu. Biasanya aja malu-malu. Kali ini malumaluin," desis Nindy

"Gak tau...gugupnya kayak hilang gitu aja," balas Hasna dengan ekspresi yang menggemaskan.

💕💕
"Serius ada yang mirip Syabila?" Hafiz berjalan mendatangi meja Syafiq.

"Hmm," balas Syafiq singkat.

"Kok Ane gak pernah liat?"

"Ente kan jarang ke wilayah putri. Yaudah kapan-kapan main ke sana, sama Ane," ujar Syafiq yang menanggapi perkataan Hafiz sembari sibuk dengan catatan-catatan yang diberikan Buya Yusuf.

"Ane jadi penasaran. Bisa sekarang ke sana juga?"

Syafiq menghela napas panjang. "Ini udah hampir maghrib Fiz. Antum gak mau pulang?"

"Ya Ane nungguin Ente dari tadi, kalo udah selesai ya Ane pulang. Kurang setia apa sih Ane sama Ente?"

Syafiq tersenyum simpul menanggapi. "Nih sudah selesai."

"Jadi kita ke wilayah putri?"

"Terserah," balas Syafiq dengan malas.

Syafiq yang lebih dahulu beranjak dari kantor Hafiz pun berusaha menyusul jalan Syafiq yang lumayan cepat. Saat ke duanya memasuki wilayah putri, keduanya tak lepas dari pengamatan santriwati.

Keduanya acuh tak acuh walau merasa tak nyaman dijadikan sasaran mata semua orang yang di hadapan mereka. Syafiq menjadi bingung sendiri, tujuannya ke sini untuk apa. Masa iya harus terang-terangan mencari Hasna? Yang ada akan menimbulkan kesalah pahaman.

"Fiz, kita ngapain ke sini?" Syafiq menghentikan langkahnya.

"Loh katanya mau cari siapa namanya yang mirip Syabila itu? Husna? Hasni?"

"Hasna," ucap Syafiq membenarkan perkataan Hafiz.

"Nah iya itu."

"Tapi masa iya kita terang-terangan mau cari dia. Kalo udah ketemu, terus ngapain sama dia?"

"Ente ternyata bawel juga ya. Ya udah kita balik aja lagi."

"Allah Fiz... malu-maluin banget ke wilayah putri kek gini cuma sekedar lewat doang. Dikira orang kita cuma mau—"

"Assalamualaikum ustaz," sapa seorang gadis yang tak asing bagi Syafiq. Pria itu pun melirik ke arah suara. Deg. Hatinya berdebar seketika.

Continue Reading

You'll Also Like

466K 38.9K 40
"1000 wanita cantik dapat dikalahkan oleh 1 wanita beruntung." Ishara Zaya Leonard, gadis 20 tahun yang memiliki paras cantik, rambut pirang dan yang...
63K 5K 31
Lagi asik-asiknya panen mangga eh malah denger lelaki ngucap akad pakai namanya??? HAH! KOK BISA? .... ⚠️ FOLLOW SEBELUM MEMBACA⚠️ ... Di keluarga...
211K 10.9K 39
"Jangan menikah dengan Perempuan itu! Menikahlah dengan perempuan pilihan Umi, Gus!" Syakila Alquds, sosok gadis yang kehilangan kesucian dan berasa...
4.8M 293K 60
[ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] Hana di deskripsikan sebagai gadis nakal pembuat onar dan memiliki pergaulan bebas, menikah dengan seorang pria yang kerap...