TWINS D √ [COMPLETED]

By Orihim3

510K 30.4K 646

( 15+ ) Darren dan Daffa, si kembar identik yang berbeda. Daffa yang tidak populer dan tertutup harus tingga... More

Prolog
Part 1 : Meet
Part 2 : Risoles
Part 3 : Rok Mikaela dan Jaket Darren
Part 4 : Fans Dadakan
Part 5 : Zania
Part 6 : Her Laugh
Part 7 : Saingan?
Part 8 : Debaran
Part 9 : Jawab, Kak!
Part 10 : Cheese cake vs Brownies
Part 11 : Tanda-tanda
Part 12 : Pacar Daffa
Part 13 : Hari Minggu Kita
Part 14 : 'I love you'
Part 15 : Hilang Lagi
Part 16 : Hope
Part 17 : He's back
Part 18 : Jealousy
Part 19 : Heartache
Part 20 : Double Heartache
Part 21 : Bad Day
Part 22 : Lost Control
Part 23 : First Kiss dan Kejutan
Part 24 : Happy B'day Mika
Part 25 : Miss You
Part 26 : Lunch
Part 27 : Rencana Liburan
Part 28 : Relented
Part 29 : Confuse
Part 30 : Moment
Part 31 : Truth or Dare
Part 32 : Can't Breathe
Part 33 : The Day with Daffa
Part 34 : You're Mine
Part 36 : Untitled
Part 37 : Banana Ice Cream
Part 38 : I Miss You So Bad
Part 39 : Sweetness
Part 40 : Twins
Part 41 : Relationship?
Part 42 : Decision
Part 43 : Please..
Part 44 : Bad News
Part 45 : Life
Part 46 : This is Ending?
Epilog

Part 35 : Friend

8.8K 559 14
By Orihim3

Gelisah memikirkan apa yang akan terjadi hari ini, semalaman Mikaela tidak dapat tidur dengan nyenyak. Zania, cewek yang paling tidak ingin ia temui, tidak kembali ke kamarnya lagi sejak semalam. Cewek itu pasti terluka. Mikaela akan meminta maaf pada Zania nanti walau dengan rasa pengecutnya.

Sekarang ia harus mandi terlebih dahulu, menyembunyikan penampilannya yang berantakan karena menangis semalam. Mika akan menceritakan pada Siska dan Tiwi besok, begitu sampai di Jakarta.

Mikaela bangun dari tempat tidur, Tiwi dan Siska sudah terlebih dahulu bangun. Sebenarnya dia sudah bangun dari subuh, tetapi Mikaela memang sengaja pura-pura tidur dan bangun paling akhir karena tidak ingin kedua temannya melihatnya dalam keadaan kacau.

Dengan rambut yang masih acak-acakan, Mikaela terduduk di ranjang empuk itu. Memegangi bibirnya, ia  masih dapat merasakan bibir Darren disana. Mikaela tersenyum sejenak memikirkan bagaimana ia bisa menolak ciuman Daffa dan menerima ciuman Darren.

"Mika, cepet turun! Sarapan!"

Suara cempreng Tiwi terdengar memanggil Mikaela yang masih terbengong membayangkan kenakalannya. Buru-buru Mikaela mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi.

Ia tidak tau harus memasang ekspresi apa nanti ketika bertemu dengan Darren, Daffa dan Zania.

Tiwi terus saja berteriak padanya untuk segera keluar, akhirnya Mikaela menyelesaikan mandinya dengan cepat.

Diluar, Rendy terlihat sudah duduk di meja makan dengan tampang wajah yang cerah, secerah sinar mentari.

"Apa kabar Mika?" ucapnya melihat Mikaela duduk di samping Siska.

"Baru nggak ketemu satu hari udah apa kabar aja, giliran kita tadi nggak ditanya." Gerutu Tiwi.

"Wajah kakak happy banget." komentar Mikaela sambil celingukan mencari keberadaan Darren, Daffa dan Zania yang tidak terlihat di ruang makan.

"Iya dong Mika cantik, semalem kan dapet bule sexy."

"Oh." Mikaela acuh tak acuh. "Kak.. Daffa mana?" tanya Mikaela kemudian, sedikit ragu.

"Aku disini Mika, tenang aja."

Daffa datang masih dengan rambut basahnya yang ia gosok memakai handuk, kemudian ia taruh pada jemuran mini dekat kaca jendela villa itu.

"Kak.. Zania?"

"Dia pulang ke Jakarta sama Darren, ngambil penerbangan pagi, dari subuh udah dianter pak supir."

Kecewa. Mikaela kecewa mendengar hal itu, tapi dengan cepat ia sembunyikan raut wajah kecewanya.

Kenapa Darren pulang duluan tanpa berbicara dan menjelaskan semuanya pada Mika?

Apa yang sebenarnya terjadi antara Darren dan Zania semalam? Apa mereka putus? Apa Zania marah? Tentu saja Zania akan marah. Jika Mikaela menjadi Zania, pasti dia sudah mengamuk.

Lagipula hanya orang bodoh yang mau bertahan disini setelah kejadian semalam.

Mikaela jadi ingin pulang.

"Papa udah boking tiket, kita balik besok. Jadi hari ini puas-puasin aja mainnya." Ucapan Daffa menjawab segala kegundahan Mikaela.

Cewek itu ingin sekali menemui Darren dan bertanya bagaimana hubungannya dengan Zania. Yang paling penting adalah apa maksud ucapan-ucapannya pada Mikaela tadi malam dan ciuman itu.

"Semalem tidur nyenyak?" Daffa sudah berada di samping Mikaela dengan menyangga wajahnya pada tangan dan memandangi Mikaela.

Masih dengan rasa canggung karena kejadian semalam, Mikaela tersenyum kaku. "I..iya kak, pasti."

"Jadi, apa?"

"Apanya?"

"Ur answer."

Mikaela mengangkat bahunya tidak mengerti.

Daffa sedikit menggeser kursi yang ia pakai dan bangkit dari duduknya, ia berjalan ke arah belakang Mikaela, lalu berbisik dari punggung Mika.

"I love you."

Dan kalimat itu sukses membuat bulu kuduk Mikaela meremang. Walau ini adalah kali keduanya Daffa mengatakan pada Mika.

"Cieee bisik-bisik." goda Siska.

Daffa tersenyum menunjukan giginya yang rapi. Dan untuk kesekian kalinya Siska dan Tiwi terpana melihat senyum manis Daffa.

"Bisikin apa sih kak?" Kepo Tiwi.

"Ra-ha-si-a"

.

Sepanjang perjalanan ke Jakarta Zania hanya diam, tidak membicarakan sesuatu jika menurutnya tidak penting. Tidak seperti biasanya. Darren tau Zania sangat kecewa.

Tapi mau bagaimana lagi? Dia memang merasa perasaannya hambar pada Zania, walau rasa sayang itu masih ada, sebagai teman, sahabat, tidak lebih.

Ayah dan Ibu Darren tampak melambaikan tangan begitu melihat mereka berdua yang keluar dari Bandara.

Zania berlari untuk memeluk Ema dan Brata yang wajahnya nampak sangat lelah tetapi tetap bersemangat menyambut mereka.

"Gimana liburan kalian?" tanya Brata sambil membawa Zania dan Ema masuk dalam mobil diikuti Darren.

"Wah, asik banget Om, Zania seneng, rasanya nggak mau pulang." bohong Zania yang duduk di belakang kemudi dengan Ema, sedangkan Darren dan Brata duduk di depan, Brata menyetir mobilnya sendiri.

Sebelumnya Darren sudah memberi tahu kedua orangtuanya bahwa mereka akan pulang duluan dan Daffa beserta teman-temannya akan pulang keesokan harinya. Zania yang meminta untuk pulang saja.

"Sayang banget ya, harus masuk kuliah lagi." Brata mulai mengemudikan mobilnya dengan pelan.

"Belajar juga wajib om." jawaban Zania membuat Brata tersenyum.

"Jadi kalau libur lagi Zania maunya liburan kemana? Lain kali om sama tante pasti ikut." tawar Ema.

"Hmmm.. kemana ya Tante, kita pikirin besok aja ya, kalau mau liburan. Sekarang harus fokus lagi ke kuliah."

"Iya ma, biar mereka fokus dulu ke kuliah." ucap Brata melihat istrinya dan Zania mengobrol melalui kaca.

"Iya pa, iya, Mama cuma pengen jalan-jalan bareng sama calon mantu Mama."

"Ehem."

Suara deheman Darren yang sejak tadi hanya diam terdengar begitu Ema menyebut kata mantu. Hal yang masih sangat jauh bagi Darren.

Brata hanya tertawa menanggapi candaan istrinya.

"Jadi mantu Tante yang satunya gimana?"

Zania memiringkan kepalanya, menatap Ema.

"Mereka udah pacaran belum?" Tanya Ema setengah berbisik walaupun Brata dan Darren sudah dipastikan dapat mendengarnya.

Mendapat pertanyaan itu, Zania tersenyum pias, ada raut kesedihan diwajahnya. "Menurut tante?"

"Tante sih nggak tau, tapi Daffa itu orangnya lamban. Dia itu dari kecil sedikit pemalu, tante nggak bisa bayangin gimana dia ngomong cinta ke Mikaela."

"Zania juga mikir gitu Tante."

"Nanti kalau Mikaela direbut cowok lain, baru tau rasa dia, Mikaela kan cantik."

Dan 'cowok lain' itu adalah Darren.

Darren baru saja melakukannya.

Merebut Mikaela dari Daffa.

Bukan merebut. Darren membenarkan kata-kata Ibunya. Daffa yang terlalu lamban. Jadi bukan salah Darren jika Mikaela jatuh cinta padanya. Lagipula Mikaela bukan pacar Daffa, jadi ia sama sekali tidak merebut Mikaela dari Daffa. Mikaela bukan milik siapa-siapa tapi sekarang miliknya. Milik Darren.

"Iya tante, Mikaela cantik." suara lembut Zania memecahkan pikiran Darren.

"Jadi, mereka udah pacaran belum?" ulang Ema mengajukan pertanyaan yang sama.

"Zania nggak tau, tante."

"Kok nggak tau? Emang selama disana mereka kelihatannya gimana? Berduaan sama mesra-mesraan nggak?"

"Apa sih ma, mereka itu masih muda." Sela Brata.

Ema terkekeh. "Inget masa muda pa."

"Mereka nggak akan jadian, Ma." Dengan tegas Darren menjawab pertanyaan mamanya.

Ema terlihat mengerutkan keningnya. "Lho kenapa?"

Pertanyaan yang tidak bisa Darren maupun Zania jawab. Mereka sama-sama membisu. Belum waktunya Darren menceritakan pada Ibunya.

"Kenapa sayang? Mereka berantem disana?" Ema mulai khawatir.

Ibu dua anak itu mengeluarkan ponselnya bermaksud menelpon Daffa. "Biar mama tanya."

"Sebaiknya jangan tante." cegah Zania begitu melihat nama Daffa di ponsel Ema.

"Jangan ma, biarin mereka nikmatin liburan mereka, besok mereka balik."

"Iya tante, Darren cuma bercanda tuh, mereka baik-baik aja." Zania tertawa menyembunyikan kebohongannya.

Tidak sepenuhnya berbohong. Mungkin saja mereka memang baik-baik saja menikmati liburan mereka, atau malah sebaliknya. Mikaela sudah mengakui yang sebenarnya kepada Daffa.

Zania hanya dapat menebak-nebak apa yang terjadi.

"Kalian bikin mama panik aja. Kirain mereka kenapa."

Zania nyengir. "Maaf tante."

"Itu urusan mereka ma, kita sebagai orang tua cuma bisa menasehati dan mendukung, nggak bisa banyak ikut campur, mereka kan masih muda, masih panjang masa depannya." timpal Brata.

"Mama cuma nggak mau Daffa sedih pa. Mama tau Daffa itu cinta banget sama Mikaela. Mama bisa ngerasain."

"Iya Tante, kita doain aja yang terbaik buat mereka." Zania mengucapkan itu sambil melirik Darren yang ada di depannya.

Sedangkan Darren terlihat fokus menatap jalanan yang penuh sesak dengan kendaraan.

.

Tak menunggu waktu lama, tidak ingin menunda-nunda lagi Zania mengemasi baju dan barang-barangnya ke dalam koper begitu mereka selesai makan siang bersama. Ia berencana akan terbang ke Singapura besok.

Darren berdiri diambang pintu. Menyandarkan tubuhnya ke kusen pintu bercat coklat gelap itu sambil menyilangkan tangan di depan dada, mengamati Zania yang sedang asik membereskan barangnya.

"Kenapa buru-buru?"

"Apalagi yang harus aku lakuin disini Darren?"

Darren membuang napas lalu mendekat ke arah Zania.

"Lo bahkan nggak ngasih kesempatan cewek itu buat minta maaf?"

"Aku udah maafin dia."

"...."

"Tapi aku cuma belum siap ketemu dia, untuk nggak marah."

Baru Darren sadari sekarang, Zania juga punya sisi kekanakannya. Dia hanya cewek biasa, yang Darren tau selama ini Zania adalah cewek yang sangat dewasa, selalu mengalah kepadanya. Hari ini Darren bisa melihat sisi egois Zania.

"Maaf Darren, mungkin beberapa bulan ke depan, aku baru bisa ketemu dia. Itupun kalau aku bisa ketemu."

"It's okey."

"Lagian, kita belum ngurus segala sesuatu yang diperluin untuk masuk semester ini. Kenapa kamu santai banget sih?"

Darren tertawa kecil, melihat Zania mengomel, sudah seperti Zania yang sebelumnya.

"Kan ada lo."

"Emang siapa yang bilang aku mau ngurusin kamu lagi?"

"Jadi, Lo nggak mau?"

"Kerjain bareng Darren."

"Okey, seperti semester-semester sebelumnya."

Zania tersenyum menatap Darren yang dengan hebatnya bersikap biasa saja tanpa merasa bersalah padanya. Tetapi itu malah membuat Zania lega, karena ternyata ia masih dapat mengobrol santai dengan mantannya itu.

"Gue bakal nemenin lo besok ke Singapore."

"Untuk?"

"Ngurus kuliah gue Zania. Katanya lo nggak mau ngurusin gue lagi?"

Satu pukulan mendarat tepat di lengan Darren. Cowok itu mengusap-usap lengannya sambil meringis.

"I'm not your mother Darren."

Darren meraih Zania dalam pelukannya.

Mereka terdiam. Zania menerima pelukan Darren karena mungkin itu adalah pelukan terakhir yang ingin Darren berikan padanya.

"Jangan pernah pacaran sama cewek yang nggak bener-bener kamu cinta Darren."

"Iya."

"Jangan pernah peluk cewek yang nggak kamu cinta."

"Lo spesial Zania."

"Jangan pernah cium cewek sembarangan, apalagi kalau nggak cinta."

"Tergantung, kalau gue pengen dan dia cantik, Why not?"

Satu pukulan lagi Zania berikan pada Darren.

"Sakit." keluh cowok itu.

"Jangan bercanda."

Darren terkekeh.

"Mikaela itu cewek baik."

"Gue tau."

"Dia juga cantik."

"Cantikan Lo Zania."

"Kalau cantikan aku, kenapa pilih dia?"

"Hmm.. mungkin karna gue udah gila."

"Darren..." geram Zania.

"Ya."

"Jangan kasar-kasar sama dia. Kasian."

"Gue nggak kasar. Emangnya gue pernah kasar sama Lo?"

Zania menggeleng dalam pelukan Darren. Ya, selama ini Darren sangat lembut padanya, walau Darren terkesan cuek. Tapi cowok itu memperlakukan Zania dengan baik. Setidaknya Darren tidak pernah mengucapkan sesuatu yang menyakiti hatinya. Tapi sikapnya sangat berbeda kepada Mikaela, cowok itu bersikap ketus dan kasar tiap kali berhadapan dengan Mika. Karena itulah Zania sudah menduga-duga bahwa ada sesuatu diantara mereka.

"Lagian kalau gue kasar, kenapa Mikaela bisa suka ke gue?" lanjut Darren.

Zania melepaskan dekapan Darren lalu duduk di pinggir ranjang.

"Kalau gitu, mendingan kamu packing sekarang. Karna kita harus flight besok pagi."

"Oke. kayaknya gue diusir dari rumah gue sendiri. Gue keluar.

Zania memandangi punggung Darren yang menjauh. "Darren.." panggilnya sebelum cowok itu menghilang dibalik pintu.

Darren menoleh.

"Kita tetep temen deket, apapun yang terjadi aku harap nggak ada yang berubah di antara kita."

"Hmm... Zania, semoga Lo dapetin cowok yang lebih segalanya dari gue." ucap Darren tersenyum kemudian menghilang dari balik pintu.

Zania menghela napas, merasakan getaran sakit hati di dadanya, walau bagaimanapun ia tidak bisa marah dan menjauh dari Darren. Berteman baik mungkin adalah pilihan yang terbaik. Dan pelan-pelan ia pasti akan bisa melupakan Darren.

Tbc....

Continue Reading

You'll Also Like

151K 8.9K 51
[HIGHEST RANK #1 IN COOLBOY ON 2-6-24 #02 IN SCHOOL ON 29-01-2023 #4 IN TEENFICTION 02-02-2023 & RANK #01 IN LOVESTORY 26-04-2024] Mengisahkan tent...
536K 90.3K 39
🌸3. Reincarnation Series Karina Lunarie Winston memiliki banyak penyesalan di kehidupannya. Andai saja dia tak mencintai Raja, dan buta akan perasaa...
2.5M 147K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
4K 460 20
𝗡𝗢𝗧𝗘 : Cerita ini nantinya akan berhubungan dengan cerita yang author buat sebelum nya, jika belum baca harap baca dulu. Link : https://www.wattp...