Sasuke pov
"aku sedang berada disunna nii-san, ada beberapa proyek perusahaan yang harus aku tangani sendiri disini", ucapku sambil mengendarai mobil porce kesayanganku
"...."
"aku tidak ada waktu untuk fiting baju pengantin atau apapun itu, kau tahu sendiri aku tidak akan mensetujui pernikahan itu, sudah cukup kalian memaksaku untuk bertunangan dengannya".
"..."
"aku menerimanya juga karena paksaan dari kalian ingat", geramkku
"...."
"jangan mengada-ada nii-san, siapa yang ingin menikah dua minggu lagi, kalau tousan yang menginginkannya, mengapa bukan dia saja yang menikah", aku mematikan ponselku dengan geram, siapa yang tidak marah, kalau tiba-tiba kau dikabarkan harus menikah dalam dua minggu kedepan, WTF. Rasanya usahaku untuk mengulur waktu terasa sia-sia. Ini membuatku pusing, orang tua kolot dengan pemikiran mereka, sangat menyebalkan, dua tahun yang lalu mereka memaksaku untuk bertunangan dengan wanita sama sekali tidak kukenal, dan sekarang tiba-tiba mereka memaksaku untuk segera menikah, MATI SAJA SANA. Sampai kapanpun aku tidak sudi menikahi wanita arogan itu, perempuan bermuka dua, didepan orang tua dia berperingai baik sopan seperti gadis terhormat, tapi dibelakang mereka dia bertingkah layaknya seorang J*lng, menjijikan, dan yang model seperti itu yang akan dinikahkan denganku, tidak akan.
Ponselku kembali berbunyi, kali ini nama kaa-san yang tertera dilayar ponsel pintarku, aku baru saja hendak menjawab panggilan dari kaa-san, kalau saja tidak ada truk yang tiba-tiba melintas kearah yang berlawanan dariku, aku langsung banting stir kekanan jalan, sialnya aku malah menabrak pembatas jalan hingga mobilku ringsek. Kurasakan sakit diseluruh tubuhku, terutama bagian lengan kiriku yang kurasa terdapat kaca yang tertancap disana, dan tubuhku yang rasanya sangat sakit jika kugerakkan sedikit saja, 'kami-sama, tolong aku', pandanganku terasa buram, semakin buram, dan hitam, semuanya terlihat hitam.
.
.
.
Hal pertama yang kulihat saat aku membuka mata adalah, tatapan penuh syukur kaa-san yang tengah menggenggam tanganku erat, aku tersenyum melihatnya,
"syukurlah kau sudah sadar nak", fugaku ayakku juga ikut mendekat kearahku, wajah lega tergambar jelas dalam wajah tuanya,
"sasuke-kun, akhirnya kau sadar juga", dan satu mahluk yang membuatku enggan untuk meliriknya barang sejenak, aku mengedarkan pandanganku kesekitar, sepertinya aku dirumah sakit, lalu kulihat pintu ruangan yang dibuka, itachi-nii datang dengan raut wajah senang kearahnya,
"kau sudah sadar otouto", aku mengacuhkan sapaan itachi, yang membuatku terfokus untuk saat ini adalah orang yang berjalan canggung dibelakang itachi, pandanganku tak pernah lepas dari wanita dibelakang itachi, wanita berseragam dokter dengan raut wajah ragu menatapku, tanpa sadar aku menghela napas lega, malaikat penolongku baru saja kutemukan setelah 7 tahun berlalu, 'cherry', bunga musim semiku telah kembali.
Sasuke pov off
.
.
.
Sakura dengan canggung mendekati sasuke, dia mulai mengecek keadaan saskue, "apakah kau merasa pusing, mual, atau sakit pada area tertentu",
"hn"
Sakura menatap datar kearah sasuke, 'kini aku tahu darimana kata hn sarada berasal', batin sakura.
"baiklah, kurasa kau sudah tidak apa-apa sasuke-san, tinggal masa pemulihanmu saja", ucap sakura kemuadian,
"apakah 'calon suamiku' bisa dipindahkan kerumah sakit dikonoha saja dokter", tanya hanabi yang terang terangan menatap tidak suka terhadap sakura, dia merasa sasuke selalu memperhatikan gerak-gerik dokter muda itu, apakah sasuke menyukainya, batinnya.
"mungkin saja, tapi untuk serang lebih baik beliau dirumah sakit ini saja, 3 tulang rusuknya yang patah akan bertambah parah jika dipaksakan untuk perjalanan sunna konoha".
Hanabi masih tidak puas dengan penjelasan sakura,
Sasuke masih tetap menatap kearah wanita musim seminya, 'Haruno Sakura', eja sakura dalam hati, dia tersenyum tipis, akhirnya dia mengetahui nama perempuan yang dia cari-cari sejak 7 tahun yang lalu. Dia menatap secara menyeluruh kearah sakura
'perasaanku saja atau dia menjadi semakin cantik', pikirnya, wanita dihadapannya jelas sangat berbeda dengan gadis remaja yang ditemuinya 7 tahun lalu, gadis yang ditemuinya dulu masih sangat kekanakan dengan emosi meledak-ledak, sedangkan wanita yang sekarang dia temui terlihat lebih tenang dan terkesan lebih dewasa, tanpa sadar sasuke mengulas senyum tulus kearah sakura. Dan sialnya Itachi melihat senyum tipis dan sejenak sasuke, anikinya tengah menatap curiga kearahnya, sasuke memalingkan wajahnya dari itachi.
Ponsel sakura berdering cukup nyaring mengalihkan atensinya kembali pada wanitanya.
"hallo, sayang", sakura pamit untuk keluar dari ruangan sasuke.
Satu kalimat yang meluncur dari bibir sakura membuat sasuke tegang seketika, 'sayang?'
'apakah dia sudah mempunyai kekasih?, atau yang lebih buruk apakah dia sudah mempunyai seorang suami?', memikirkannya membuat sasuke semakin emosi.
"sasu, ada apa?", melihat putranya menegang membuat mikoto khawatir.
Sasuke hanya menggeleng sebagai jawabannya, otaknya tengah memikirkan berbagai kemungkinan tentang status dokter yang sudah dia doktrin sebagai miliknya.
'siapapun kekasih bahkan suaminya sekalipun tidak akan menghalangiku memilikimu cherry, menjadi PHO tidak buruk juga, aku harus menyuruh jugo untuk kembali menyelidiki wanitaku'.
.
.
.
Sakura masih menjawab telepon dari anaknya,
"ada apa sayang",
"mama,... cepat kemari, sarada dan yuki membuat masalah lagi", lapor haru.
Sakura berhenti berjalan, "apa?".
"emmh,.. sebaiknya mama kesini saja, sensei menyuruhmu untuk datang sepulang sekolah nanti"
Tut
Haru memutuskan sambungan. Sakura memijit pelipisnya, anak-anaknya berulah lagi, ini bukan yang pertama untuk sakura dipanggil kesekolah mereka, 'apa lagi masalah yang mereka perbuat sekarang, tidakkah mereka bisa menjadi anak manis saja'.
Huft...
.
.
..
.
"ini semua salahmu sarada", gerutu yuki yang duduk diruangan guru.
"hn", jawaban sarada malah membuat yuki semakin memdesis tidak suka.
"harusnya aku tidak ikut-ikutan disini, aku bahkan tidak satu kelas dengan kalian", protes haru yang duduk disamping yuki. Dia cemberut membayangkan wajah marah sakura.
Yuki mencubit pipi haru gemas, "hey kau tidak setia kawan sekali, kita saudara kalau susah ya harus susah bersama",
"aku tidak mau susah bersama kalian, akh mama pasti akan marah marah sepulang sekolah nanti", seru haru frustasi, dia mulai membayangkan rentetan kata-kata ocehan dan omelan sakura yang seperti kereta malam menghantui otak kecilnya, 'bencana'.
TOK TOK TOK
Dan disanalah mimpi buruk mereka berdiri. Mamanya yang berdiri dengan pandangan lasernya membuat nyali mereka menciut seketika.
'tamat sudah', batin sarada
'hiks... telingaku', yuki membayangkan telinganya yang akan memerah karena dijewer oleh sakura
'akutidak bersalaaaahhh', haru menatap memelas kearah sakura
.
.
.
minna maaf baru up, author lagi nggak fit
oh ya, makasih buat dukungan kalian para reader, berkat kalian, aku agaknya bisa ngetik dikit dikit, semoga suka, maaf kalau nggak sesuai ekspektasi,
kepala lagi berdenyut mesra kawan,
rasanya semua penyakit lagi PDKT sama gue,
haduh kepala rasanya jalan-jalan, *muter-muter
.
.
ya sudahlah bye bye semua
salam senyum dariku :D